SOLOPOS.COM - Keluarga duduk di dekat jenazah Hilda Firdaus Nur Hadiyanto, 14, yang disemayamkan di rumahnya, Josari RT 001/RW 003, Jimbar, Pracimantoro, Wonogiri, Jumat (10/11/2107). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Kisah tragis siswi SMP di Wonogiri meninggal setelah pingsan saat upacara.

Solopos.com, WONOGIRI — Siswi SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Pracimantoro, Wonogiri, Hilda Firdaus Nur Hadiyanti, 14, meninggal dunia 50 menit setelah pingsan saat mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Pracimantoro, Jumat (10/11/2017) pagi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Penyebab kematian remaja warga Josari RT 001/RW 003, Jimbar, Pracimantoro, itu belum diketahui secara pasti. Saat menyambangi rumah duka, kedua orang tua Hilda, Yono dan Supriyanti, tidak memungkinkan ditemui karena masih sangat shock.

Ekspedisi Mudik 2024

Informasi yang dihimpun, Hilda pingsan saat upacara baru berjalan beberapa menit. Saat itu dia tiba-tiba kesakitan sambil memegangi kepala. Lalu teman dan guru pendamping memapahnya belakang. Sesampainya di belakang barisan, petugas kesehatan menghampiri lalu memberikan pertolongan.  Tak lama siswi kelas VIII tersebut pingsan dan langsung dibopong ke dalam ambulans.

Kepala SMP Muhammadiyah PK Pracimantoro, Kusaini, melalui guru pendamping, Endri Karwandi, mengatakan setelah keluar dari barisan upacara, Hilda langsung mendapat pertolongan pertama.

Sampai akhirnya petugas membawanya ke ambulans dan memberinya oksigen. Lantaran kondisinya tak membaik, petugas membawa Hilda ke Puskesmas Pracimantoro I Rawat Inap. Sesampainya di UGD, sejumlah petugas medis memompa dada Hilda dengan menekannya menggunakan telapak tangan.

Kepala Puskesmas I Pracimantoro, dr. Cahyo Indriyanto, menyampaikan Hilda meninggal dunia 50 menit setelah pingsan di lapangan upacara. Dalam perjalanan ke puskesmas Hilda sempat muntah. Di puskesmas Hilda ditangani dokter dan petugas medis lainnya secara optimal, termasuk menginfus. Hingga meninggal dunia pihaknya belum mengetahui penyebab kematian Hilda secara pasti.

Dia belum mengetahui Hilda memiliki riwayat penyakit tertentu atau tidak. Jika sebelumnya tidak memiliki penyakit, ada kemungkinan nyeri kepala hebat yang dialami Hilda disebabkan adanya anomali di pembuluh darah otak yang tidak bergejala.

Beberapa penderita kelainan itu memang tidak pernah merasakan gejala sakit. Kelainan baru ketahuan setelah check up atau saat mendapat pemeriksaan penunjang medis, seperti rontgen, USG, dan lainnya. “Kalau dilihat dari gejala awal, nyeri hebat di kepala Hilda terjadi karena adanya kenaikan intra kranial [tekanan di ruang kepala],” terang dr. Cahyo.

Kepala Desa (Kades) Jimbar, Sutrisno, mengatakan menurut keterangan keluarga, Hilda sebelumnya tak memiliki riwayat penyakit tertentu. Sebelum mengikuti upacara Hilda sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya