SOLOPOS.COM - Irawan Setyabudi, pemuda yang sehari-hari merawat kedua kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan di Dukuh Watutebok, Desa Potronayan, Nogosari, Boyolali, Rabu (23/11/2016). (JIBI/Solopos/Aries Susanto)

Kisah tragis, seorang pemuda di Boyolali harus merawat kedua kakaknya yang menderita gangguan jiwa.

Solopos.com, BOYOLALI — Seorang pemuda asal Kecamatan Nogosari, Boyolali, M. Irawan Setyabudi, 23, setiap hari sendirian merawat kedua kakak perempuannya yang mengalami gangguan kejiwaan. Irawan bahkan sampai keluar dari pekerjaannya lantaran harus menjaga dan merawat kedua kakaknya yang sudah tak lagi bisa diajak berkomunikasi itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dulu yang merawat ibu saya. Namun, setelah ibu saya meninggal, maka saya harus menggantikan ibu merawat kedua kakak saya,” ujar Irawan saat berbincang dengan Solopos.com di rumah mendiang orang tuanya di Dukuh Watutebok, Desa Potronayan, Nogosari, Boyolali, Rabu (23/11/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Irawan adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertama dan keduanya, LE, 33, dan IA, 30, mengalami gangguan jiwa sejak sepuluh tahun silam. Sementara kakak ketiganya tinggal dan bekerja sebagai operator SPBU di Jogja.

Kini, Irawan tak lagi memiliki ayah dan ibu. Di rumah mendiang orang tuanya yang tak terawat itu, ia hanya ditemani kedua kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan.

“Kedua kakak saya kerap kambuh sakitnya. Kalau kambuh, rumah dilempari, kaca-kaca dipecahkan. Makanya, rumah orang tua kami enggak terawat dan berantakan,” ujar Irawan.

Sebelum orang tuanya meninggal dunia, Irawan sempat bekerja di jasa kontruksi di Kota Solo. Namun, pekerjaannya itu hanya dijalani dua tahun. Ia harus kembali ke Nogosari untuk menggantikan peran ayah dan ibunya merawat kedua kakaknya yang sakit jiwa. “Ayah meninggal dunia lebih dulu. Lalu, sebulan lalu ibu saya juga meninggal dunia,” terang lulusan SMKN 5 Solo ini.

Kondisi inilah yang membuat Irawan tak sempat lagi memikirkan lingkungan sosial dan masa depannya. Ia merasa tak percaya diri dan waswas mengajak temannya atau berkenalan dengan seorang gadis. “Saya enggak berani mengajak teman atau mencari pasangan hidup. Karena jika tahu saya tinggal bersama kedua kakak saya yang mengalami gangguan kejiwaan, mereka pasti takut semua,” papar dia.

Kedua kakak Irawan mengalami gangguan kejiwaan saat masih kuliah di semester awal. Irawan menduga persoalan asmara menjadi penyebabnya. “Saat itu ayah melarang kekasih kakak saya ke rumah. Sejak itulah, terjadi perubahan kejiwaan pada kakak saya hingga saat ini,” kisah dia.

Petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Nogosari, Sunaryo, menjelaskan pemerintah sedang mencoba mencarikan solusi atas masalah keluarga tersebut. Salah satunya, mencoba mencarikan tenaga psikiater untuk kesembuhan kedua perempuan itu. “Selain itu, Pemkab juga memberikan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Irawan,” papar dia.

Saat ini, salah satu kakak Irawan sedang dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo untuk mendapatkan perawatan selama dua bulan dan akan dikembalikan ke kampung.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya