SOLOPOS.COM - Ayah Dhinia Sabatini, Tri Hantoro, menunjukkan foto anaknya kepada wartawan di rumahnya di Kelurahan Surodikraman, Rabu (12/10/2016). Dhinia meninggal dunia di Hongkong pada Sabtu (8/10/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah tragis, Dhinia Sabatini, TKW asal Ponorogo yang tewas di Hongkong, sempat akan mentransfer uang gajinya untuk keluarga di rumah.

Madiunpos.com, PONOROGO — Keluarga Dhinia Sabatini, 24, tenaga kerja wanita (TKW) asal Ponorogo yang tewas di Hongkong telah mengetahui kabar kematian Dhinia sejak Minggu (9/10/2016). Keluarga shock dan tidak percaya atas kematian Dhinia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahkan, ibunda Dhinia sempat pingsan sesaat setelah mendengar kabar duka dari Hongkong itu. Suasana duka masih menyelimuti rumah keluarga Dhinia di Jl. Kumbokarno RT 002/RW 004, Kelurahan Surodikraman, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Rabu (12/10/2016) siang.

Kegiatan tahlilan untuk mendoakan Dhinia pun sudah dilakukan sejak Selasa (11/10/2016) malam, meskipun jasad Dhinia belum sampai di Tanah Air dan belum dimakamkan.

Ekspedisi Mudik 2024

Ayah Dhinia, Tri Hantoro, 60, mendengar informasi mengenai kematian anaknya yang bekerja sebagai TKW di Hongkong dari saudaranya yang juga bekerja di negara itu. Selain itu, keluarga juga sudah mendapatkan informasi resmi dari PPTKIS Mitra Sinergi Sukses mengenai kematian anak ketiga dari tiga bersaudara itu.

“Saat kami mendengar informasi kematian Dhinia, kami sangat shock. Ibunda Dhinia, Mistri, sampai tidak sadarkan diri saking kagetnya,” kata dia kepada wartawan di rumah duka, Rabu.

Tri belum tahu apa penyebab anaknya itu terjatuh dari lantai XI gedung tempatnya bekerja. Dia berharap jasad anaknya bisa segera dipulangkan ke tanah kelahirannya di Ponorogo.

Tri mendapat informasi jasad anaknya akan diterbangkan dari Hongkong tiga hari lagi. Dia menceritakan anaknya baru dua bulan bekerja di Hongkong sebagai asisten rumah tangga.

Sebelum dikabarkan meninggal dunia, Dhinia sempat menelepon ke rumah dan mengabarkan betah bekerja di Hongkong dan mendapatkan majikan yang baik. Dhinia mengatakan akan mengirim uang ke kampung pada 10 Oktober 2016.

Namun, nasib berkata lain. Sebelum sempat mengirim uang itu, Dhinia sudah dipanggil Tuhan.

“Dhinia terakhir menelepon kami itu tanggal 23 September 2016. Saat itu, Dhinia berkata baru mendapat gaji dan hendak mengirim uang ke rumah,” kata dia.

Sebelum berangkat ke luar negeri, ibu satu anak itu berjualan es di depan rumahnya dengan hasil pas-pasan. Dengan semangat ingin memperbaiki perekonomian keluarga, Dhinia membulatkan tekad bekerja ke luar negeri.

Rencana keberangkatannya ke luar negeri juga mendapat persetujuan dari suaminya, Setiono, yang bekerja sebagai karyawan perusahaan sablon.

“Saat hendak berangkat ke Hongkong, Dhinia meminta izin kepada saya. Saya pun mengizinkan dan mengembalikan kepada suaminya. Saya hanya memberikan nasihat supaya hati-hati saat bekerja di luar negeri,” kata Tri.

Menurut Tri, Dhinia merupakan salah satu anak yang rajin dan pekerja keras. Kemauannya bekerja untuk mengubah perekonomian keluarga sangat kuat.

Sosok Dhinia kini sudah tiada. Tri mengaku sudah mengikhlaskan kepergian anak bungsunya itu. Keluarga hanya berharap jasad Dhinia segera dipulangkan ke kampung halaman untuk dimakamkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya