SOLOPOS.COM - Warga Dusun Bulusari RT 002/RW 004, Desa Bulusulur, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Mujiyani, 47, saat akan dibawa kontrol ke rumah sakit oleh anggota Satlantas Polres Wonogiri, Senin (30/8/2021). (Solopos/M Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI — Nasib malang dialami Mujiyani, 47, warga Dusun Bulusari RT 002/RW 004, Desa Bulusulur, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri. Selama empat tahun terakhir ia hanya bisa terbaring di tempat tidur dan tidak bisa melakukan aktivitas normal.

Sejak 2016 lalu, Mujiani mengidap penyakit kanker payudara. Kondisi itu diperparah dengan penyakit bawaan yang sebelumnya sudah dideritanya yakni saraf kejepit di bagian tulang ekor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Selama sakit kanker payudara kan saya menjalani kemoterapi. Mungkin karena efek kemoterapi itu, kemudian saya juga punya penyakit kanker tulang,” kata perempuan yang akrab disapa Tutik itu saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Senin (30/8/2021).

Akibat penyakit itu, dalam satu bulan Tutik harus menjalani kemoterapi dua kali, yakni untuk kanker payudara dan kanker tulang. Sakit itu ia rasakan sejak 2016, namun ia mulai terbaring di kasur sejak empat tahun terakhir.

Baca Juga: Jadwal Vaksinasi Covid-19 untuk PKL hingga Ibu Hamil di Wonogiri, Cek di Sini!

“Sebelumnya kaki saya tidak bisa digerakkan. Dulu kaki kanan mati total. Tapi sekarang mulai sedikit bisa digerakkan, semua ujung jari tumit bisa. Tapi kalau disentuh masih terasa sakit,” ungkapnya.

Sehari-hari, Mujiyani tinggal bersama suaminya, Suratmanto. Sebelumnya Suratmanto bekerja di salah satu toko bangunan di daerahnya. Namun, karena harus merawat sang istri, Suratmanto keluar dari pekerjaan itu. “Saya kan enggak bisa ngapa-ngapain. Mulai makan, minum hingga mandi yang melayani suami saya,” paparnya.

Anak Jadi Tulang Punggung Keluarga

Kini, anak semata wayang Mujiani menjadi tulang punggung keluarga. Anak laki-laki itu bekerja di salah satu pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Menurut Mujiani, biaya selama ia kontrol ditanggung oleh BPJS.

Namun, di luar itu banyak kebutuhan yang tidak terduga dan menyebabkan ia harus mengeluarkan banyak biaya. Mulai dari administrasi seperti fotokopi hingga biaya transportasi.

Baca Juga: Kawasan Stadion Pringgodani Wonogiri Sudah Beberapa Hari Ditutup, Kenapa Ya?

“Saat ini sudah ada perkembangan. Dengan kemoterapi dan minum obat banyak perubahan. Tapi saya merasakan sakit yang luar bisa. Sakitnya bisa tiga kali lipat dari biasanya,” katanya.

Ia mengatakan setiap bulan ia dikirimi uang oleh anaknya. Gaji anaknya di perantauan dibagi dua, untuk anak dan dirinya beserta sang suami. Ia bersyukur berapa pun uang yang dikirim anaknya.

“Saya bersyukur, tetesan keringat anak saya bisa untuk biaya sakit orang tuanya. Jika dihitung matematika, logikanya tidak cukup. Anak saya gajinya UMR sana. Tidak tahu yang mengutus rezeki siapa, alhamdulillah dicukupi,” katanya.

Pada Senin pagi, Mujiani mendapatkan bantuan dan perhatian dari Kasatlantas Polres Wonogiri. Mujiyani diantarkan kontrol ke salah satu rumah sakit swasta di Solo.

Baca Juga: Petani Wonogiri Usul Pengeringan Colo Barat Diundur, Ini Alasannya

Dapat Bantuan dari Kasatlantas

Jika biasanya harus membayar sopir ambulans, kini Mujiyani tidak perlu mengeluarkan biaya. Karena kendaraan yang digunakan untuk kontrol memakai ambulans Satlantas Polres Wonogiri. “Saya bersyukur karena Kasatlantas Polres Wonogiri dan jajarannya peduli dengan saya. Terima kasih,” katanya.

Kasat Lantas Polres Wonogiri AKP Marwanto, mengaku tidak sengaja bertemu Mujiyani. Awalnya ia ingin mencari rumah kontrakan karena ia baru saja pindah ke Wonogiri.

“Saya ditawari rumah ibu [Mujiyani] itu. Ibu itu justru berniat menjual rumahnya. Kami baru komunikasi lewat telepon. Karena ibunya bilang sedang sakit, saya dan anggota mencari rumahnya,” katanya.

Mengetahui kondisi Mujiyani, baik melihat langsung maupun dari cerita orang, Marwanto langsung tergugah untuk segera menolongnya. Bantuan itu ia wujudkan dalam bentuk memberi fasilitas ambulans saat Mujiyani kontrol.

Baca Juga: Salut! Paguyuban Sinau Kabecikan Wonogiri Rutin Gelar Kegiatan Sosial

Koordinasi dengan Komunitas

“Segala urusan kontrol saya yang backup. Barusan juga sudah lapor Pak Kapolres [Wonogiri]. Beliau mendukung dan mungkin nanti Pak Kapolres akan langsung memberikan bantuan,” ungkapnya.

Marwanto mengaku sangat prihatin dengan kondisi Mujiyani. Sebab untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya kontrol, Mujiyani bergantung kiriman anaknya setiap bulan sebesar Rp1,9 juta.

Sedangkan kebutuhannya cukup banyak, mulai dari pampers Rp700.000, biaya sopir kendaraan kontrol Rp500.000 hingga biaya sosial kemasyarakatan lainnya.

“Saya akan berusaha mencukupi kebutuhan bulanan ibu itu dulu, agar sedikit meringankan. Ke depannya mungkin saya akan koordinasi dengan komunitas di Solo agar ikut berbagi. Paling tidak sudah ada tindakan awal dulu,” kata Marwanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya