SOLOPOS.COM - Warga Sragen penderita kanker kulit, Mbah Parjo, 72, (mengenakan masker), dibawa ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro untuk menjalani CT scan, Jumat (3/2/2017). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Kisah tragis Mbah Parjo warga Sragen menderita kanker kulit selama lima tahun.

Solopos.com, SRAGEN — Partojo alias Mbah Parjo, 72, warga Dusun Ngrombo, Sunggingan, Miri, Sragen, yang menderita kanker kulit di wajahnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Jumat (3/2/2017).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kedatangan Mbah Parjo di RSUD kemarin disambut Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyanto dan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen Hargiyanto dan dokter spesialis bedah tumor Priyambodo. Sesampainya di RSUD, Mbah Parjo langsung dibawa ke Ruang Laboratorium Rawat Jalan.

“Hasil lab itu akan dijadikan bahan kajian tim dokter untuk menentukan langkah berikutnya. Karena dia dari keluarga miskin, dia sudah punya Jamkesmas. Seluruh biaya ditanggung oleh Jamkesmas yang sudah terintegrasi dengan BPJS [Badan Penyelenggara Jaminan Sosial] Kesehatan,” terang Dedy Endriyatno saat ditemui di lokasi.

Dedy menyayangkan Mbah Parjo baru dibawa ke RSUD Sragen saat ini. Padahal, kanker kulit itu sudah menjangkiti Mbah Parjo sekitar lima tahun lalu. Dedy mengganggap kurangnya edukasi kepada keluarga Mbah Parjo membuat proses penanganan medis menjadi terlambat.

“Yang bersangkutan itu tidak mau dibawa ke Solo, alasannya jauh. Maunya di Sragen. Padahal, fasilitas kesehatan di Solo lebih lengkap daripada di sini,” ucap Dedy. (baca: 4 Tahun Idap Tumor, 40% Wajah Warga Sragen Ini Membusuk)

Tim dokter memastikan jenis penyakit yang menjangkiti Mbah Parjo adalah kanker kulit atau Basal Cell Carcinoma. Jenis penyakit itu juga sesuai hasil diagnosis dokter dari RSUD dr. Moewardi Solo lima tahun silam. Meski begitu, Priyambodo menganggap jenis kanker kulit itu memiliki grading yang rendah.

“Kalau kanker kulit itu memiliki grading tinggi bisa mengakibatkan kematian karena jaringan sel kanker itu bisa menyebar ke otak dan paru-paru. Mbah Parjo bisa bertahan hidup meski sudah lima tahun menderita seperti itu karena ini jenis kanker kulit dengan grading rendah,” ucap Priyambodo.

Setelah menjalani CT Scan, tim dokter akan berdiskusi upaya medis yang akan ditempuh. Setidaknya ada dua alternatif upaya medis yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit kanker kulit Mbah Parjo.

“Pertama kemoterapi, kedua penyinaran radioterapi [terapi radiasi]. Kalau kemoterapi bisa dilakukan di sini [RSUD Sragen], kalau radioterapi bisa dilakukan di Solo,” terang Priyambodo.

Priyambodo menilai sel kanker kulit sulit dihilangkan 100% karena sudah telanjur parah. Tim dokter hanya bisa meminimalkan sel kanker kulit itu. Setelah diminimalkan, upaya rekonstruksi wajah bisa dilakukan dengan melibatkan dokter spesialis bedah plastik.

“Rekonstruksi wajah itu urusan nanti. Yang terpenting sekarang bagaimana meminimalkan sel kanker. Ini akan lebih maksimal bisa dilakukan penyinaran melalui radioterapi. Memang tidak bisa menghilangkan sel kanker secara 100%, tapi bisa diminimalkan. Kalau tidak diminimalkan, kanker kulit itu bisa muncul lagi pascaoperasi,” terang Priyambodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya