SOLOPOS.COM - Rendi, 11, bocah asal RT 005/ RW 004, Kampung Gatak, Kelurahan Siswodipuran, Boyolali Kota, diikat di pohon talok. Foto diambil Jumat (4/11/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

KIsah tragis terkait bocah hiperaktif yang diikat di pohon coba diselesaikan oleh pemkab setempat.

Solopos.com, BOYOLALI – Pemkab Boyolali mengaku akan terus melobi keluarga Rendi Setiawan—bocah 11 tahun yang diikat di pohon—, agar anak mereka bisa diasuh negara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Upaya tersebut sebagai langkah agar Rendi, asal RT 005/ RW 004 Kampung Gatak, Kelurahan Siswodipuran, Boyolali Kota, Boyolali, tetap mendapatkan hak-hak dasarnya sebagai anak, seperti hak bermain, hak mendapatkan kasih sayang, hak tumbuh dan berkembang.

“Kami terus melobi keluarga anak itu. Soalnya mereka enggak mau jika bocah itu dirawat pemerintah. Alasannya, ‘iki anakku, iki cucuku’,” kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Boyolali, Purwanto, saat dihubungi , Selasa (8/11/2016).

Jauh sebelum ramai diberitakan di media, kata Purwanto, pihak Pemkab Boyolali sebenarnya sudah berulang kali membujuk keluarga Rendi agar anaknya tersebut tetap sekolah. (Baca: Nenek Kewalahan Momong, Bocah Boyolali Ini Diikat di Pohon)

Namun, upaya itu belum membuahkan hasil lantaran Rendi dinilai cukup hiperaktif dan merepotkan pengasuhnya. “Pernah juga Rendi sampai nyaris hilang gara-gara lupa enggak diikat. Akhirnya mereka kerepotan. Makanya diikat di pohon,” papar Purwanto.

Purwanto mengaku bersikap terbuka kepada siapa pun pihak yang ingin membantu mendampingi hak-hak dasar Rendi. Menurutnya, upaya pendampingan itu harus dilakukan dengan pelan-pelan dengan memahamkan pihak keluarga bocah malang itu. “Beberapa hari lalu, juga sudah kami tinjau lagi dan kami beri masukan. Keluarga sepertinya sudah mulai mau berubah pikiran,” akunya.

Musibah yang menimpa Rendi sendiri kini mulai menarik perhatian luas kalangan pengguna internet (netizen) khusunya media sosial. Ada yang langsung mendatangi rumah keluarga Rendi dan bahkan ada yang siap memberikan pendampingan untuk masa depan bocah itu.

“Sekarang banyak yang menengok dan ngasih bantuan. Saya terbuka siapa saya yang mau kerja sama untuk membantu Rendi,” tambah Purwanto.

Sebelumnya, kalangan pemerhati anak meminta negara harus hadir guna menyelamatkan masa depan Rendi Setiawan, 11, anak yang diikat di pohon lantaran hiperaktif. Selain itu, masyarakat mulai tingkat RT/ RW dan kelurahan harus memberikan informasi dan dukungan kepada keluarga bocah  itu.

“Jika orang tua memiliki keterbatasan, peran negara dan masyarakat adalah memberikan penguatan, memberikan informasi dan memberikan suport sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga,” ujar Direktur Yayasan Kakak Solo, Soim Sahriati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya