SOLOPOS.COM - Nenek korban, Sarsi (kanan), dan Cempluk (kiri) menunjukkan foto kenangan Shaqilla saat masih hidup di rumah mereka di Desa Kiringan, Boyolali Kota, Minggu (27/8/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Keluarga di Boyolali yang keracunan obat kutu rambut diduga memakai pembasmi serangga.

Solopos.com, BOYOLALI — Polisi menemukan fakta baru terkait kasus keracunan obat kutu rambut yang dialami satu keluarga di Boyolali hingga mengakibatkan dua bocah tewas. Keluarga itu diduga menggunakan obat kutu rambut hasil racikan sendiri yang dicampur pembasmi serangga atau insektisida.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu dikuatkan pemeriksaan polisi atas dua kaleng obat serangga yang dipakai keluarga korban untuk membasmi kutu di rambut mereka. Kasatreskrim, AKP Miftahul Huda, mewakili Kapolres Boyolali, AKBP Aries Andhi, membenarkan adanya bukti obat serangga yang digunakan keluarga asal Dukuh Kedung Ombo, Kelurahan Kiringan, Boyolali Kota, itu untuk membasmi kutu.

Saat ini, insektisida tersebut diamankan polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Iya benar [keluarga korban menggunakan obat pembasmi serangga],” ujar Miftahul Huda menjawab pertanyaan wartawan, Minggu (27/8/2017).

Hasil pemeriksaan kepolisian yang dirilis kepada wartawan menyebutkan ada tiga kaleng obat yang digunakan keluarga korban untuk membasmi kutu rambut. Dua kaleng di antaranya bermerek Diazinon yang biasa dipakai petani untuk membasmi serangga di sawah.

Sementara satu botol tanpa merek diduga bekas dipakai pewarna pakaian. Botol-botol itu dipakai keluarga korban untuk meracik obat pembasmi kutu rambut.

Sejumlah saksi yang telah diperiksa polisi antara lain Agus sebagai pelapor dan Sumiati sebagai saksi yang mengetahui pencampuran obat Diazinon dengan air. Sumiati juga mengaku mengetahui pemesanan obat kutu oleh ibu korban, Akhir Rustiyani.

Selain itu, kata Miftah, polisi juga memeriksa Budi yang membelikan Diazinon di toko pertanian. Budi juga mengetahui saat Akhir menuangkan Diazinon ke botol-botol kecil sebelum dipakai membasmi kutu rambut ketiga anaknya dan dirinya.

“Keluarga korban untuk sementara belum bisa kami mintai keterangan karena masih berduka,” kata Miftah.

Keluarga korban juga menolak outopsi atas kematian kedua anak mereka yang masih kecil. “Keluarga menerima kejadian ini dan tidak akan menuntut secara hukum,” jelasnya.

Meski demikian, Miftah tetap berkoordinasi dengan ahli dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Disperindag, serta Dinas Kesehatan Boyolali. “Pemeriksaan kepada korban juga akan kami lakukan setelah kondisi memungkinkan,” tambahnya.

Sementara itu, menurut keterangan Sarsi, 66, nenek korban yang juga ibu Suhardi, selama ini ketiga cucunya dan menantunya sudah sering memakai obat kutu untuk memberantas kutu di rambut mereka dan tak menimbulkan masalah. Meski demikian, Sarsi mengaku tak tahu apakah obat yang dipakai saat itu berbeda dari yang dipakai sebelumnya.

“Maunya mengobati kutu rambut, malah nggondol nyawa,” ucapnya sedih.

Saat kejadian, Sarsi mengaku tidak ada di rumah korban lantaran ia tinggal di Boyolali. “Memang sejak TK [Klarissa, anak pertama] sampai sekarang kelas VI SD, masih tumanen [ada kutu di rambutnya]. Jadi sudah sering diobati ibunya menggunakan obat kutu,” jelasnya.

Qaulan Shakila dan Khamilla tutup usia tak lama setelah memakai obat kutu rambut racikan ibunya. Keduanya telah dimakamkan di permakaman umum Suyudan, Desa Kiringan.

Qaulan Shakila meningal dunia pada Sabtu (26/8/2017) dini hari dan dimakamkan siang harinya pukul 13.00 WIB. Sedangkan Khamila yang akhirnya menyusul kakaknya mengembuskan napas terakhirnya Sabtu pukul 20.15 dan dimakamkan Minggu (27/8/2017) pukul 01.00.

Qaulan Shakila merupakan pelajar SD kelas III dan Khamilla masih TK. Kerabat lain keluarga Sardi, Cempluk Tukirah, 55, menambahkan ibu korban mengobati kutu rambut kepada ketiga anaknya karena anaknya kerap mengaku malu saat di sekolah lantaran sering garuk-garuk.

“Katanya malu di sekolah saat temannya tahu dia banyak kutu dan sering garuk-garuk kepala. Terus ibunya berusaha membasmi kutu rambut tersebut menggunakan obat,” imbuh Cempluk.

Saat ini, kedua korban yang masih hidup, Akhir Rustiyani, 35, (ibu) dan anak pertamanya, Klarissa, 12, masih dirawat di Rumah Sakit Pandan Arang, Boyolali. Rustiyani dirawat di ruang Muria, sedangkan Klarissa dirawat di bangsal perawatan anak, Edelweis.

Kondisi rumah korban terlihat sepi. Suasana duka tampak menyelimuti rumah di Dukuh Tegal Ombo RT 002/ RW 012 Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali Kota, itu. Sejumlah pelayat berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.

Kajang masih terpasang di depan rumah. Sejumlah kursi berjejer di halaman rumah. Sementara di teras depan rumah masih ada satu karangan bunga ucapan belasungkawa.

Kepala keluarga, Suhardi, tak terlihat di rumah. Dia masih menunggui istri dan satu anaknya yang masih dirawat di RSUD Pandan Arang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya