SOLOPOS.COM - Warga Desa Sari Mulyo RT 003/ RW 001 Kemusu, Jiyem, dirawat sukarelawan kemanusiaan, Jumat (2/3/2018). (Istimewa/Sukarelawan PAYB)

Kisah tragis seorang nenek-nenek di Boyolali yang sebatangkara dan menderita kanker di wajah.

Solopos.com, BOYOLALI — Nenek-nenek miskin asal Desa Sari Mulyo RT 003/RW 001 Kemusu, Mbah Jiyem, 70, yang digerogoti kanker hingga wajahnya nyaris tak berbentuk tak kunjung ditangani hingga sekarang. Padahal, kisah hidup nenek-nenek yang hidup telantar dan sebatangkara itu sudah terungkap dan dilaporkan ke instansi terkait di Pemkab Boyolali sejak Oktober 2017 lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saat ini, kondisi kesehatan Mbah Jiyem kian memprihatinkan. Bola matanya nyaris pecah,” ujar aktivis kemanusiaan Boyolali, Subarjo, menyampaikan kondisi terkini Mbah Jiyem kepada Solopos.com, Jumat (2/3/2018).

Mbah Jiyem diketahui mengidap kanker ganas di wajahnya sejak sembilan tahun silam. Namun, karena hidup sebatangkara dan miskin, penyakit Mbah Jiyem tak terobati hingga menggerogoti separuh wajahnya.

Kondisi sakit Mbah Jiyem yang parah itu baru diketahui empat bulan terakhir setelah aktivis kemanusiaan di Boyolali mendapatkan informasi dari para anggotanya. Subarjo menjelaskan setiap hari Mbah Jiyem merintih kesakitan di dalam gubuknya.

Satu-satunya warga yang bersedia menengok untuk membersihkan luka dan menyuapinya makan adalah seorang ibu yang juga anggota sukarelawan Peduli Anak Yatim Boyolali (PAYB). “Soalnya, saudara dan tetangganya enggak ada yang berani mendekat. Kalau melihat luka di wajah Mbah Jiyem, mereka takut dan enggak tega,” jelasnya.

PAYB sudah berkali-kali mencari tenaga perawat Mbah Jiyem dan siap mengeluarkan uang Rp1 juta-Rp1,5 juta/bulan untuk menggaji mereka. Namun, sampai saat ini belum ada orang yang bersedia.

Akibatnya, Mbah Jiyem hanya mendapatkan perawatan alakadarnya dari sukarelawan PAYB dengan pengobatan dan makan bubur. “Kami pasok sendiri obat-obat pereda nyeri dan bubur instan. Kalau kami tinggal pulang, kondisi Mbah Jiyem benar-benar telantar,” jelasnya.

Subarjo sangat menyayangkan sikap pemerintah setempat, baik desa, kecamatan, maupun Dinas Sosial yang terkesan membiarkan tragedi kemanusiaan itu. “Yang cerita itu Mbah Jiyem sendiri. Selama ini enggak ada petugas yang membantu dia merawat luka. Padahal, dia sudah buta, sakit, dan sebatangkara,” kisahnya.

Camat Kemusu, Supana, saat dimintai konfimasi terkait hal itu mengatakan segera menggelar rapat koordinasi dengan jajaran Pemkab dan pemerintah desa untuk mencarikan solusi. Menurut Supana, kanker yang menggerogoti wajah Mbah Jiyem memang sudah memasuki stadium empat dan sangat memprihatinkan.

Ia sendiri mengaku tak tega melihat langsung kondisi Mbah Jiyem. “Sekitar dua bulan lalu, kami sempat menjenguk. Kondisinya memang cukup mengenaskan. Saya enggak tega melihatnya,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya