SOLOPOS.COM - Sumini, pemilik rumah yang menumpang di teras tetangganya beraktivitas di tempat tinggalnya yang sederhana, Senin (16/1/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah tragis, salah satu keluarga hidup memperihatinkan dengan tinggal di teras rumah tetangganya.

Madiunpos.com, MADIUN — Satu keluarga terdiri atas seorang ibu dan dua anak terpaksa menumpang hidup di teras rumah tetangganya. Teras itu sebelumnya merupakan kandang kambing milik tetangganya itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sumini, 37, bersama dua anaknya, Eka Sumbi Mahendra, 14, dan Macica Putri Diansyah, 12, terpaksa menumpang di teras tetangganya karena tak punya rumah. Suami Sumini, Sarbini, 39, yang bekerja sebagai sopir truk di Surabaya jarang pulang.

Pantauan Madiunpos.com di lokasi, Senin (16/1/2017) siang, rumah di RT 005/RW 001, Dusun Wates, Desa Kebonagung, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, itu tampak sepi. Beberapa menit kemudian, pemilik rumah, Sumini, datang membukakan pintu rumahnya.

Teras itu berukuran sekitar 10 meter x 2 meter dan tinggi 2,5 meter itu. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, namun karena anyaman bambunya sudah usang di beberapa bagian terlihat menganga dan berlubang.

Dinding dari anyaman bambu itu sebagian juga dilapisi potongan terpal yang bentuknya tak lagi utuh. Ruangan teras itu dibagi tiga bagian, yaitu ruang depan, ruang tidur, dan ruang memasak.

Sekatnya menggunakan tumpukan barang dan almari  plastik. Selebihnya tumpukan pakaian usang tersebar di beberapa tempat. Ada satu sepeda kayuh mini rusak teronggok di salah satu sudut ruangan.

Di dapur hanya ada tungku kayu bakar dan beberapa peralatan masak. Tidak ada kamar mandi dan toilet di rumah itu.

“Kami kalau mandi ya ikut di kamar mandi milik tetangga. Sedangkan untuk buang air besar, kami biasanya buang air besar di hutan dekat rumah,” kata Sumini kepada Madiunpos.com.

Sumini sudah empat tahun tinggal bersama dua anaknya di rumah itu. Hari-harinya dihabiskan di rumah sederhana itu. Sumini bersama dua anaknya tidur, istirahat, makan, dan belajar di rumah itu.

Dia menuturkan saat hujan mengguyur atap rumahnya bocor dan air menerobos ke dalam rumah. Lantai rumah yang berupa tanah liat saat hujan mengguyur pasti becek karena tergenang air.

Meski demikian, dia bersama dua anaknya tetap tidur dengan nyaman di kasur lantai. “Kalau hujan ya tetap tidur di rumah. Sudah biasa, jadi tidak kaget dengan kondisi itu,” ujar dia.

Saat malam hari, kata dia, di rumahnya hanya diterangi sinar lampu senter kecil pemberian tetangganya. Di ruangan itu tidak ada aliran listrik dan lampu penerangan sehingga saat malam hari rumah tersebut gelap gulita.

“Baterai senter itu diisi ulang di rumah nenek yang letaknya di dekat sini,” kata dia.

Dia menuturkan awalnya rumah tersebut merupakan kandang kambing milik tetangganya. Saat itu, dia meminta izin kepada pemilik rumah untuk menempatinya. Setelah diperbolehkan, ia pun membersihkannya dan menjadikannya sebagai tempat tinggal.

Pada awalnya dia hanya ingin tinggal di rumah itu selama tiga bulan. Namun, karena kondisi ekonomi pas-pasan ia pun terus tinggal di ruangan itu hingga kini. Pemilik teras meminta keluarga itu membelinya seharga Rp1 juta. Saat ini teras itu sudah dibeli Sumini, namun baru dibayar Rp500.000.

“Sebelum tinggal di sini, keluarga saya tinggal bersama ibu mertua yang rumahnya tidak jauh dari sini. Tetapi, karena ada masalah akhirnya kami sepakat untuk hidup mandiri, tinggal di sini. Meskipun kondisinya serbaterbatas, ini pilihan kami,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya