SOLOPOS.COM - Ilustrasi demonstrasi menyelamatkan etnis Rohingya (Istimewa/Thedailystar.net)

Kisah tragis tentang seorang gadis cilik Rohingnya yang dijual di Malaysia setelah melarikan diri dari Myanmar.

Solopos.com, KUALA LUMPUR – Kisah tragis dialami gadis cilik, 12, warga muslim Rohingya asal Rakhine, Myanmar. Ia tidak dapat menahan air mata saat mengingat kejadian buruk yang menimpanya dalam perjalanan melarikan diri dari Rakhine ke Malaysia.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Dilansir Reuters, Rabu (15/2/2017), gadis yang tak disebutkan namanya itu dijual untuk dipaksa menikah dengan seorang pria yang jauh lebih tua setelah ia tiba di Malaysia. Ia menjadi semakin sedih lantaran dipisahkan dengan keluarganya saat bertolak ke Malaysia melalui jalur laut. Saat itu, ia ditangkap oleh sekelompok orang yang terlibat perdagangan manusia.

Setelah ditangkap, gadis itu dibawa ke penampungan kotor di tengah hutan dekat perbatasan Thailand-Malaysia bersama puluhan orang lainnya. Ironisnya, saat itu si penculik mengatakan ada seorang pria Rohingnya yang bersedia memberi kebebasan jika ia mau dinikahi.

“Saat itu, si penculik mengatakan saya telah dijual kepada seorang pria yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa mereka tega melakukan itu? Tahukah Anda, hati saya sangat hancur. Saya merasa ketakutan, seolah dunia ini sungguh kejam,” tutur gadis itu.

Menurut berbagai laporan, kejadian semacam itu merupakan hal lumrah yang terjadi pada para gadis Rohingya yang melarikan diri ke Malaysia. Bahkan, akhir-akhir ini jumlah korban terus meningkat seiring dengan munculnya kelompok yang melakukan perdagangan manusia. Biasanya, kelompok tersebut menjual para gadis untuk dinikahi oleh pria Rohingnya.

Pernikahan dianggap sebagai solusi terbaik mengingat berbagai kekerasan dan bentrokan antar warga yang membuat ratusan etnis Rohingya terbunuh sejak 2012. Sementara itu, beberapa warga yang berhasil selamat memilih melarikan diri ke berbagai negara seperti Malaysia, Thailand, dan Bangladesh.

Menanggapi kejadian tersebut, direktur eksekutif imigran dan perlindungan pengungsi Fortify Rights, Matthew Smith, mengatakan pihaknya melihat kenaikan jumlah pernikahan akibat kekerasan yang tejadi di Rakhine, Myanmar. Menurutnya, pernikahan itu merupakan hal wajar yang dilakukan kelompok Rohingnya untuk meneruskan keturunan. Tak jarang, pernikahan itu juga dilakukan terhadap anak di bawah umur.

Kendati demikian, tidak ada data statistik resmi tentang jumlah gadis yang dijual untuk dijadikan pengantin. Namun, pada 2015, komisi tinggi untuk pengungsi PBB mengatakan telah ada 120 pengantin anak Rohingya yang menjadi korban pernikahan di malaysia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya