SOLOPOS.COM - Suyadi, 37, warga Dusun Penthur, Desa Selodoko, Ampel, ayah Wafa Dhia Faiha Khairunnisa, 8, terbaring di kasur, Rabu (27/7/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kisah tragis yang dialami keluarga Wafa, bocah asal Ampel, Boyolali, terjadi beruntun.

Solopos.com, JAKARTA — Wafa Dhia Faiha Khoirunnisa, 8, siswi SDIT Annur Ampel meramaikan dunia maya. Setelah kisahnya muncul di Facebook, cerita keluarga Wafa kini pelan-pelan terkuak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ayah Wafa, Suyadi, 37, mengalami kelumpuhan total sejak dua tahun lalu. Dia butuh tiga tali yang digantungkan di atas kasur di rumahnya, Dusun Penthur, Desa Selodoko, Ampel, Boyolali, untuk membantunya duduk. Satu utas tali dia gunakan untuk berpegangan saat hendak mengangkat badannya. Hanya tangan kanan yang bisa dia pakai untuk berpegangan tali.

Telapak tangan kirinya sudah diamputasi sejak usianya 19 tahun. Kemudian tali itu dikalungkan dipunggungnya sebagai media bersandar. Kemudian, dua tali lainnya sesekali juga untuk pegangan tangan, kanan dan kiri.

“Dari pinggang ke bawah sudah tidak bisa digerakkan. Tali ini sangat membantu saya, karena kalau tiduran terus pasti capek,” kata Suyadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (27/7/2016).

Suyadi menjadi penyandang disabilitas sejak usia 19 tahun. Saat itu, telapak tangan kirinya harus diamputasi karena terkena mercon berukuran kaleng susu. Saat dewasa, Suyadi menikah dengan dengan Mulyati. Sebagai penyandang disabilitas, Suyadi pernah mendapat bantuan dari pemerintah untuk membuka usaha. Usahanya berkembang sehingga dia bisa membuka warung kelontong di sebelah rumahnya.

Sayangnya, saat anak mereka berusia 6 tahun, Suyadi jatuh dari pohon jati. Syaraf tulang belakangnya kena sehingga dia membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk pengobatan. “Tapi kata dokter di RS Karima Utama, hanya mukjizat Allah yang bisa menyembuhkan saya.”

Saat itu, Mulyati sedang mengandung adik Wafa. Cobaan belum juga berhenti, Mulyati meninggal dunia setelah dua bulan melahirkan adik Wafa.
“Isi warung kelontong lama-lama habis buat biaya pengobatan, akhirnya saya bongkar. Selain itu, saya sakit jadi ndak ada yang mengurus warung,” ujar Suyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya