SOLOPOS.COM - Dimas Nugroho Jati, 12 (kiri) ditemani ibunya di rumahnya di Dukuh Soko, Desa Pelem, Simo, Boyolali. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Kisah tragis dialami bocah usia 12 tahun asal Simo Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Nasib malang menimpa Dimas Nugroho Jati, 12. Bocah asal Dukuh Soko, Desa Pelem, Simo, Boyolali, ini setiap hari menghabiskan separuh besar waktunya dengan duduk di teras rumah orang tuanya. Selain tak mampu berdiri, Dimas tak mampu menggerakkan kedua lengannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dimas hanya bisa memandangi pematang sawah di depan rumahnya sembari melihat teman-temannya berangkat sekolah bersepeda. Begitulah aktivitas Dimas setiap hari, mulai pagi hari hingga mentari kembali lingsir.

“Kalau sudah Magrib, [Dimas] ya saya gendong masuk ke dalam rumah. Pagi harinya, saya gendong ke sini lagi [teras rumah],” ujar Sumaidah, ibu kandung bocah malang itu saat berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu.

Dimas mengalami kelumpuhan tangan dan kaki sejak empat tahun lalu. Saat itu, Dimas duduk di bangku SD kelas IV. Orang tuanya sudah tak kurang-kurang memeriksakan anak sulungnya itu ke sejumlah rumah sakit dan tempat pengobatan alternatif. Namun hasilnya sama; nihil!

“Awalnya kepleset di kamar mandi. Lalu saya periksakan ke rumah sakit, katanya enggak apa-apa. Tahu-tahu, anak saya enggak bisa berjalan. Tangannya juga tak bisa digerakkan,” kenang Sumaidah penuh kesedihan.

Sumaidah tak menyerah. Ia melihat masa depan Dimas masih panjang. Ia pun berusaha tetap menyekolahkan anaknya itu ke sekolah luar biasa (SLB). Namun, karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Dimas pun putus sekolah di tengah jalan. Dan sekarang, Dimas hanya bisa menggelengkan kepala ketika ditanya cita-citanya.

“Dimas kini telah kehilangan harapan dan asa. Dulu sebenarnya sudah ada orang tua asuh yang mengantarnya. Namun karena waktunya berbenturan terus, akhirnya tak berlanjut,” ujar Purwanto, perangkat desa setempat yang rajin memantau kondisi kesehatan Dimas.

Tanpa Perabot

Rumahya berlantai tanah. Rumah Dimas tak ada perabotan TV atau pun radio. Ayah angkat Dimas hanya sebagai buruh serabutan. Sementara ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang sehari-hari merawat Dimas dan memomong anak bungsunya yang masih balita.

“Sebenarnya saya juga pingin Dimas bisa sekolah lagi. Tapi, persoalan waktu dan biaya, saya tak mampu. Dan sekarang Dimas juga sudah mau sekolah lagi,” ujar Sumaidah.

Untuk menyambung hidup, keluarga Dimas hanya mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah. Setiap tiga bulan sekali, keluarga Dimas menerima bantuan uang tunai serta beras sejahtera. “Dimas juga dapat bantuan khusus bagi penyandang cacat,” sahut Purwanto.

Di tengah kondisi Dimas yang cukup memprihatinkan itu, ada lagi kabar buruk tentang Dimas. Bocah itu mulai kecanduan makan mi instan mentah.
Kenyataan ini membuat kondisi kesehatan Dimas kian mencemaskan. “Kalau lagi bosan dan lapar, Dimas minta mi instan mentah. Lalu dimakan sedikit-sedikit sampai habis,” ujar ibunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya