SOLOPOS.COM - Warga Kadipiro, Solo, Andreas Sukirman (kanan) berfoto bersama anaknya Maria Krismonika Anjarsari di SLB C Yayasan Sosial Setya Darma, Nusukan, Solo, beberapa waktu lalu. (JIBI/Koran O/Eni Widiastuti)

Solopos.com, SOLO – Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga sebaik-baiknya. Hal itu terpatri di benak Andreas Sukirman, 64, warga Kadipiro, Solo.

Meski memiliki anak yang menderita kelainan syaraf, ia tetap mencintai sang anak, Maria Krismonika Anjarsari, 15, dengan sepenuh hati.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sukirman yang ditemui Koran O (Jaringan Informasi Bisnis Indonesia/JIBI) di taman Sekolah Luar Biasa (SLB) C Yayasan Sosial Setya Darma di Bibis Baru, Nusukan, Solo, beberapa waktu lalu, mengatakan Maria Krismonika Anjarsari atau yang akrab disapa Monik adalah anak semata wayangnya.

Buah cinta Sukirman bersama istrinya, Kristina Sularti, 64, itu memang terlihat berbeda dengan anak-anak pada umumnya. “Katanya anak kami ada kelainan syaraf. Jadi sekolah di sini [SLB C untuk anak tunagrahita],” ungkapnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebagaimana dikutip dari www.wikipedia.org, tunagrahita adalah keadaan keterbelakangan mental. Keadaan ini dikenal juga dengan istilah retardasi mental. Tunagrahita sering disepadankan antaralain dengan istilah lemah pikiran, terbelakang mental, cacat mental, gangguan intelektual.

Sebenarnya, kata Sukirman, kondisi Monik saat masih kecil berbeda dengan kondisinya saat ini. Monik kecil adalah anak yang relatif normal seperti anak lainnya. Hanya saja Monik mengalami keterlambatan berjalan karena sejak bayi senang berjalan dengan tumpuhan tubuh bagian belakang.

“Pas kecil dia jalannya ngesot. Jadi umur 4,5 tahun baru bisa berjalan dengan kaki,” jelasnya.

Meski demikian, ungkapnya, saat kecil Monik sangat lincah dan terbiasa bermain dengan teman-teman sebayanya. Hingga suatu hari, Monik yang berusia 5,5 tahun jatuh di selokan dekat rumah.

Kepala Monik bagian belakang terbentur bagian selokan sehingga kepala bagian belakangnya agak masuk ke dalam. Peristiwa itulah yang menjadi awal perubahan hidup Monik.

Monik yang awalnya ceria dan bisa bermain sepuasnya, tiba-tiba sering mengalami kejang. Terlebih ketika Monik kaget atau terlalu capek, bisa dipastikan ia langsung kejang. Sukirman dan istrinya pun berusaha mengobati Monik.

Mereka membawa Monik berobat ke Rumah Sakit Brayat Minulya Solo. Setelah diperiksa intensif, dokter mengatakan bahwa ada syaraf otak kecil Monik yang merenggang sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

“Karena ada masalah itu, ketika dia TK saya disarankan menyekolahkan Monik di sini [SLB C],” jelasnya.

Ketika Koran O berusaha mengajak komunikasi Monik, ia terlihat susah menjawab pertanyaan. Siswa kelas II SMP itu mengaku sangat sayang kepada Sukirman. “Sayang banget,” ujarnya sambil tertawa.

Menurut Sukirman, sejak kejadian itu Monik tak pernah lagi bermain bersama teman-temannya. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain sendiri atau menonton televisi dan menyetel VCD di rumah.

“Dia suka mendengarkan lagunya Didi Kempot dan grup musik Armada. Beberapa lagunya dia hafal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya