SOLOPOS.COM - Presiden Soeharto mengunjungi SD inpres (soeharto.co)

Solopos.com, SOLO -- Salah satu sekolah dasar atau SD inpres di Cilacap, Jawa Tengah, mendapatkan kunjungan istimewa di pertengahan 1970-an. Ketika itu, Presiden Soeharto mengunjungi SD itu.

Kunjungan Soeharto ke SD itu kemudian membuat gempar karena adanya tendangan maut dari Presiden.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kala itu Soeharto marah besar karena melihat adanya ketidakberesan dalam pembangunan gedung SD.

Di laman soeharto.co yang mengutip berita dari Harian Pelita edisi 15 Februari 2013 disebutkan Soeharto menendang dinding sekolah dengan sepatu. Ternyata dinding itu ambruk.

Ekspedisi Mudik 2024

26 Tahun Eksis! Ini Rahasia Kelezatan Mi Ayam Batas Kota Boyolali

”Siapa anemer [pemborong] bangunan ini?” tanyanya sambil sekali lagi menendang dinding yang keropos. Dia minta agar pihak pemborong bertanggung jawab terhadap bangunan tersebut.

SD di Cilacap yang ditinjau Soeharto kala itu lahir dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.

Salah satu tokoh yang punya peran besar dalam SD inpres adalah Widjojo Nitisastro. Inpres kala itu dikeluarkan untuk memperluas kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan bagi daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasailan rendah.

Berusia 27 Tahun, Ini Wisudawan S3 Termuda UNS Solo 2020

Era Presiden Soeharto, pelaksanan tahap pertama program SD inpres adalah pembangunan 6.000 gedung SD yang masing-masing memiliki tiga ruang kelas.

Ketika itu, Indonesia baru saja mendapat limpahan dana hasil penjualan minyak bumi yang harganya naik sekitar 300 persen dari sebelumnya. Uang itu kemudian digunakan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, salah satunya pendidikan.

Warung Mbok Yem Di Puncak Lawu Punya Televisi Dan Kulkas, Ternyata Ini Sumber Listriknya

Setelah itu, Presiden Soeharto juga mengeluarkan Instruksi Presiden No. 6/1974 tentang Program Bantuan Pembangunan SD. Program yang merupakan bantuan pembangunan SD tahap kedua ini menjadi kelanjutan program sebelumnya.

Pelaksanaan tahap pertama program itu adalah pembangunan 6.000 gedung SD yang masing-masing memiliki tiga ruang kelas. Pelaksanaan pengajaran di SD itu dimulai pada 1975.

Istana Sindir Reporter TVOne Pakai Masker Respirator, Ini Reaksi Karni Ilyas

Pada akhir tahun ajaran 1980 untuk kali pertama SD inpres meluluskan siswa mereka. Saat awal pelaksananaan program ini ada masalah mendasar yaitu sulitnya mencari guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil.

150.000 SD Inpres

Pada dekade 1980-an, pembangunan SD kian gencar. Pembangunan SD paling besar terjadi pada periode 1982/1983 ketika 22.600 gedung SD baru dibuat. Hingga periode 1993/1994 tercatat hampir 150.000 unit SD inpres telah dibangun.

Total ada sekitar satu juta lebih guru inpres yang ditempatkan di sekolah-sekolah selama beberapa tahun selama program itu berjalan. Gencarnya program itu menjadikan Soeharto memperoleh penghargaan Avicenna Award dari UNESCO.

Sobat Ambyar... Didi Kempot Bakal Konser Meriahkan HUT Wonogiri, Catat Tanggalnya!

Kemudian pada 1993, Soeharto menerima penghargaan medali emas Avicenna Award dalam Pembangunan Bidang Pendidikan untuk Rakyat.

UNESCO menyebutkan Indonesia dalam konsep pembangunan bidang pendidikan sejak 1970-an telah mewujudkan kebijakan wajib belajar 6 tahun dan pembangunan sarana dan prasarana sekolah dasar dengan dibangunnya SD inpres serta perbaikan kualitas guru dan kurikulum SD.

Vanessa Angel Hamil Anak Pertama: Aku Hamil Kebo

Cerita SD inpres berlanjut pada 2019 saat tiga warga Amerika Serikat Abhijit Banerjee, Esther Duflo, dan Michael Kremer memenangi Nobel di bidang ekonomi. Ketiga warga AS itu, memenangkan penghargaan tertinggi atas penelitian mereka terkait kemiskinan global.

Duflo meneliti mengenai SD inpres di Indonesia. Penelitian ini diterbitkan pada Agustus 2000 dengan judul schooling and labor market consequences of school construction in Indonesia: evidence from an unusual policy experiment (konsekuensi sekolah dan pasar tenaga kerja dari pembangunan sekolah di Indonesia: bukti dari eksperimen kebijakan yang tidak biasa).



Timbun Masker Lalu Jual Online, Perempuan Muda Cantik Ditangkap Polda Metro

Setelah beberapa dekade berlalu, SD inpres kini menghadapi tantangan lain. Mulai urusan bangunan sekolah yang menua karena dibangun di tahun 1970-1980-an hingga persaingan ketat antar-SD. Ada pula di beberapa tempat yang lahan SD masih bermasalah.

Beberapa SD inpres mampu menjadi sekolah unggulan, namun tidak sedikit yang kalang kabut karena kekurangan siswa hingga akhirnya sekolah itu digabung dengan SD lain.

Sah! Obat Ini Jadi Anti-Virus Corona Pertama

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya