SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu menyusui. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Melahirkan di tengah merebaknya wabah Covid-19 menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Gera seorang ibu muda asal Kota Jogja. Wanita yang berusia 26 itu mengalami jatuh bangun dalam perjuangannya memberikan ASI kepada sang buah hati, Nashwa, yang lahir pada Juni 2021.

Beruntung Gera melahirkan dalam kondisi sehat dan negatif Covid-19. Meski demikian, dia sempat stres dan ketakutan sampai harus mengungsi selama satu bulan ke rumah kakaknya karena suami, ibu, dan neneknya positif Covid-19. Hal itu pun membuat dia masuk dalam kelompok kontak erat pasien Covid-19  yang harus ekstra menjaga diri, apalagi baru saja melahirkan.

Promosi Apresiasi dan Berdayakan AgenBRILink, BRI Bagikan Hadiah Mobil serta Emas

Suatu malam melalui pesan Whatsapp Gera menceritakan jatuh bangun meng-ASI-hi anak pertamanya itu. Dia mengatakan bahwa sang anak sempat tidak mau menyusu langsung kepadanya selama beberapa hari.

“Awalnya enggak mau nenek sampai beberapa hari. Jadi harus pakai piper, sama dot sendok. ASI sampai merembes karena anak ini enggak banyak minum,” katanya, Rabu (11/8/2021).

Baca juga: Inilah Deretan Rumah Cebol di Demak yang Terancam Tenggelam

Sebagai ibu muda yang baru saja melahirkan, kondisi pandemi yang membuat beberapa orang di sekitar terinfeksi Covid-19 cukup mengganggu kondisi mental Gera. Dia mengaku sangat stres dan kebingungan karena belum memiliki cukup banyak ilmu dalam merawat bayi.

“Aku sempat ditinggal ART untuk selama-lamanya. Repot banget rasanya sebagai new mom. Apalagi suami, ibu, sama eyangku positif Covid-19. Akhirnya aku ngungsi di rumah kakakku selama sebulan,” sambung dia.

Gera sadar betul meng-ASI-hi lebih berat ketimbang melahirkan. Apalagi belakangan ini sang buh hati sering kali muntah setelah minum ASI. Hal-hal semacam ini tentu membuat sang ibu semakin stres, apalagi jika tidak mendapat dukungan yang cukup dari keluarga. Beruntung dalam kondisi seperti ini Gera memiliki keluarga yang terus mendukungnya untuk menyusui.

Bahkan wanita yang berstatus sebagai mahasiswa pascasarjana UNS Solo sempat menjadi donor ASI bagi seorang bayi prematur yang ibunya meninggal karena positif Covid-19.

“Aku sempat jadi donor ASI untuk bayi prematur yang lahir beda 4 hari sama anakku. Keluarganya sempat datang dua kali ke rumahku untuk minta ASI. Tapi setelah tahu keluargaku ada yang positif, dia enggak menghubungi lagi,” tutur dia.

Baca juga: Manfaat ASI

Ketakutan bayi tertular Covid-19 tentu dialami semua orang. Berdasarkan data di laman Covid19.go.id kasus Covid-19 pada anak berumur 0-18 tahun di Indonesia mencapai 12,6 persen. Hal ini berarti 1 dari 8 orang yang tertular Covid-19 adalah anak-anak.

Kasus positif Covid-19 anak umur 1-5 tahun tercatat sebanyak 2,9 persen. Sedangkan, anak usia sekolah remaja umur 6-18 tahun adalah sebesar 97 persen. Angka kematian pada anak umur 1-5 tahun adalah 0,6 persen. Demikian pula angka kematian akibat infeksi Covid-19 pada anak usia 6-18 tahun juga sebanyak 0,6 persen.

Infografis Espospedia Manfaat ASI. (Solopos/Galih Ertanto)

Sejumlah dokter mengatakan bahwa transmisi virus corona pada anak khususnya bayi umumnya terjadi dari klaster keluarga. Bayi rentan tertular Covid-19 jika orang yang merawatnya terkonfirmasi positif. Tetapi perlu diketahui bahwa penularan Covid-19 bukan dari ASI, melainkan droplet.

ASI justru mengandung antibodi yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. WHO pun menganjurkan para ibu tetap menyusui anaknya meski dalam kondisi positif Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Menyusui anak dalam kondisi terkonfirmasi positif Covid-19 dialami oleh Melati, 27, seorang warga Bali. Melati terkonfirmasi positif Covid-19 pada Juli 2021 saat hendak kembali ke Bali setelah urusannya di Kota Solo, Jawa Tengah selesai.

Baca juga: Masih Bingung? Ini Beda Gejala Covid-19 dan Flu/Pilek Biasa

Namun karena terkonfirmasi positif, Melati gagal terbang ke Bali dan menjalani isolasi mandiri di rumah keluarganya di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selama isolasi mandiri, Melati tetap berusaha memberikan ASI kepada anaknya, Embun, yang berusia satu tahun.

Sebagai ibu muda, Melati bersikukuh memberikan ASI kepada anaknya dalam kondisi apapun. Dia yakin betul bahwa ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi.

“Aku tetap menyusui. Kalau mau nyusuin cuci tangan dulu sama payudaranya dibasuh dulu dan pake masker,” katanya kepada Solopos.com, Selasa (10/8/2021).

Dia menceritakan awalnya sang anak enggan minum ASI sampai usianya dua bulan. Namun, sebagai ibu dia terus berupaya memberikan ASI eksklusif meski bayinya terus menolak.

“Aku dulu habis melahirkan empat hari pisah sama bayi karena kondisiku drop dan mulai pandemi. Akhirnya bayi minum susu formula dan enggak mau ASI sampai berusia dua bulan. Tapi tiap hari aku paksa minum ASI di luar jadwal minum susu formula. Walaupun anaknya nangis tetap aku paksain, dan akhirnya mau menyusu sampai sekarang,” kenangnya.

Baca juga: Pandemi Boleh Terjadi, Menyusui Jangan Berhenti

Pengalaman berbeda dialami Ira, 25, warga Boyolali, Jawa Tengah, saat melahirkan bayi prematur dalam kondisi positif Covid-19 pada Mei 2021. Setelah melahirkan dia harus menjalani isolasi di rumah sakit selama hampir dua pekan sementara bayinya dirawat di incubator selama satu pekan.



Setelah kondisi membaik, bayi Ita dibawa pulang dan dirawat oleh suami serta ibunya. Bayi yang baru lahir itu pun diberikan susu formula sebagai pengganti ASI sampai ibunya selesai isolasi. Sayangnya hingga saat ini bayi berusia tiga bulan itu tidak mau minum ASI.

“Anakku enggak mau minum ASI sampai sekarang karena sejak awal kenap susu formula. Jadinya ASI ku kering deh,” terang dia.

Menyusui di tengah pandemi memang menjadi tantangan tersendiri bagi para ibu. Namun WHO dan Kementerian Kesehatan menyarankan ibu yang memiliki bayi atau anak di bawah usia dua tahun wajib menyusui, apapun kondisinya.

Infografis Espospedia panduan menyusui. (Solopos/Galih Ertanto)

Baca juga: Embung Imogiri, Pilihan Alternatif Liburan di Masa Pandemi

Hasil Penelitian

Sejumlah hasil studi terbaru menunjukkan bahwa menyusui di tengah pandemi memberikan sederet manfaat bagi bayi. ASI mengandung Mucin, Lactalbumin, Lactadherin, dan Casein yang baik sebagai antimikroba, meningkatkan sistem imun, dan antiinflamasi, serta imunoglobulin yang bagus untuk melawan infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

“Ibu yang positif [Covid-19], di dalam ASI-nya mengalir antibodi imunoglobulin A dan B, Lactoferrin dan lain yang secara spesifik menjadi benteng perlawanan melawan SARS-CoV-2. Inilah yang dikenal imunisasi pasif yang alami, yang diberikan ibu penyintas Covid kepada bayi,” kata anggota Satgas ASI PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Wiyarni Pambudi, dalam talkshow virtual yang digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kamis (5/8/2021).

Menyusui bayi di tengah pandemi semakin penting dan relevan apalagi dengan munculnya Covid-19 varian delta. Data per akhir Juli 2021, menemukan ada 42 persen atau 447 anak di bawah satu tahun meninggal karena Covid-19. Dari jumlah ini, 16 persen di antaranya adalah bayi baru lahir.

Meskipun pada kenyataannya menyusui di tengah pandemi menjadi tantangan yang membuat para ibu stres. Plt Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Kartini Rustandi, menyebutkan stres yang dialami ibu saat menyusui memicu berkurangnya volume ASI bagi bayi. Stres bisa juga disebabkan tingginya beban yang dialami ibu selama pandemi.

Baca juga: Efek Pandemi, 800 Konsumen Tirta Makmur Sukoharjo Berhenti Berlangganan Air Bersih

Infografis Espospedia manfaat menyusui. (Solopos.com/Galih Ertanto)

Manfaat Menyusui

Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk masa depan generasi yang gemilang. ASI bermanfaat besar pada perkembangan kognitif, emosi, dan mental anak.

Keberadaan virus Covid-19 pada ASI belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Jadi, WHO tetap merekomendasikan ibu untuk menyusui karena manfaat yang lebih besar daripada risikonya.

MengASIhi atau menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga ibu. Menyusui membantu meredakan stres pada ibu karena menghasilkan hormon oksitosin dan mengurangi risiko kanker payudara serta ovarium. Selain itu menyusui memungkinkan kontak kulit antara ibu dan bayi yang mengurangi risiko kematian pada bayi yang baru lahir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya