SOLOPOS.COM - Sumidi,42, membuat pengiris alat serbaguna di Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, Selasa (7/6/2022). Produk yang ditemukan tahun 2009 itu telah dipasarkan hingga Internasional. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sumidi, 42, dikenal sebagai penemu pasah atau alat pengiris serbaguna asal Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri. Ia menemukan alat itu sekira tahun 2009.

Penemuannya sudah terjual dan tersebar di pasar nasional hingga Internasional. Melalui penemuannya, Sumidi berhasil mengangkat perekonomian desa hingga mengatasi pengangguran.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Solopos.com menjumpai Sumidi di samping rumahnya, Selasa (7/6/2022). Kala itu Sumidi sedang sibuk membuat alat yang diklaim dapat memudahkan mengiris bawang, ketela, dan buah-buahan dalam jumlah besar.

Alat itu berbentuk segi panjang dengan pisau berada di tengah bagian bawah laiknya alat penyerut es. Sementara, bagian atas terdapat boks diisi barang/benda yang hendak dicacah atau diiris.

Penggunaan alat itu pun cukup mudah, yaitu dengan menggeser maju dan mundur boks yang berada di atas.

Baca Juga: Hipmi Wonogiri Fasilitasi UMKM Agar Lebih Dikenal

Sumidi beserta para pekerjanya tampak fokus pada apa yang mereka kerjakan sesuai dengan tugas masing-masing. Di antara mereka, hanya Sumidi yang tampak tua.

Para pekerja di industri rumahan milik Sumidi merupakan kawula muda di Desa Slogoretno. Sumidi mengaku mengajak para pemuda desa agar mereka turut membangun desa.

Semula, ia tidak menyangka hasil penemuannya berdampak baik pada lingkungan dan masyarakat desa. Berkat penemuannya itu, tidak ada pemuda desa yang menganggur. Padahal sebelum Sumidi menciptakan alat itu, tidak sulit menemukan pengangguran di Desa Slogoretno.

Ngapunten, dulu di sini banyak pemuda yang nganggur, minum-minum [minuman keras]. Tapi sekarang, sulit menemukan pemuda yang menganggur. Bahkan saya mau mencari pekerja saja kesulitan karena semua sudah bekerja,” kata Sumidi.

Baca Juga: Begini Gambaran Mal Pelayanan Publik Wonogiri di Gedung Bekas Bioskop

Sebelum sukses seperti sekarang, Sumidi sempat merasakan pahitnya perjuangan memasarkan penemuannya. Sekira 2009-2010, Sumidi kesulitan memperkenalkan produk hasil ciptaanya.

Butuh perjuangan keras untuk memasarkan alat pengiris serbaguna. Titik balik sumidi terjadi ketika ia mencoba mengikuti pameran inovasi produk di pasar.

Ia memamerkan sekaligus mendemonstrasikan alatnya. Sejak saat itu, produknya mulai dilirik dan dipesan masyarakat.

Berkat usahanya, saat ini terdapat 14 industri pembuatan pengiris serba guna di Desa Slogoretno dan sekitarnya. Sumidi menularkan usahanya kepada orang lain.

Baca Juga: Tingkat Pengangguran Terbuka Wonogiri 2021 Terendah se-Jateng

Ia mengaku tidak takut tersaingi dengan usaha-usaha yang muncul seperti usahanya. Justru ia sangat bersyukur dapat memberikan manfaat kepada masyarakat desa.

Usaha Sumidi telah menimbulkan efek domino. Para produsen kayu jati dan mahoni di sekitar Jatipurno pun turut senang. Para produsen kayu kewalahan menyediakan bahan baku pengiris serbaguna.

Tak hanya itu, para pemuda Desa Slogoretno dapat dikatakan memanen hasil jerih payah Sumidi. Mereka mengambil produk pengiris serbaguna untuk dijual secara online/marketplace, seperti Facebook, Tokopedia, dan Shoppe. Kini mereka sudah meraup untung hingga jutaan rupiah dari produk Sumidi.

Salah seorang penjual produk pengiris serbaguna, Rudi Purwanto, mengaku sangat terbantu dengan produk yang dihasilkan Sumidi. Ia berterima kasih kepada Sumidi karena sudah memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya.

Baca Juga: Pengangguran di Wonogiri Meningkat Selama Pandemi, Ini Solusi Pemkab

Rudi telah manjual pengiris serbaguna dari Sumidi sejak 2017. Ia menjualnya melalui Facebook. Meski awalnya sulit terjual, sekarang ia sudah menghidupi keluarga hanya dengan berjualan pengiris serbaguna.

“Dulu saya usaha rongsok. Awalnya, usaha rongsok sangat menjanjikan (tahun2005-2010). Setelah itu, usaha rongsok mulai goyah. Pendapatan dari usaha rongsok tidak menentu. Harga rongsok terus menurun. Awal 2017, saya mencoba beralih menjual pengiris serbaguna,” jelas Rudi saat ditemui di rumahnya di Desa Slogoretno.

Dia menceritakan, selama sembilan bulan pertama, Rudi hanya berhasil menjual satu produk pengiris serbaguna. Namun, Ia tidak pantang menyerah. Usahanya mulai naik pada 2018.



Bahkan saat pandemi Covid-19 mulai mewabah pada awal 2020, usahanya justru melonjak. Sekarang, ia sudah bisa membangun rumah berkat berjualan pengiris serbaguna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya