SOLOPOS.COM - Repro foto Samiyati dan suaminya, Rejo Budiono, saat masih muda. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Kisah sukses perantau dari Sukoharjo bisa menjadi inspirasi. Kegigihan berusaha selalu berujung manis.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pasangan suami istri asal Bendosari, Sukoharjo, Samiyati-Rejo Budiono sukses berjualan jamu gendong di Papua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lembar demi lembar Siska membuka album foto keluarganya. Debu yang bertebaran saat perempuan berjilbab itu membukanya menandakan sudah lama almbum itu sudah lama tersimpan. (Baca: Kisah Sukses Perantau Sukoharjo)

Siska Budiarti, 34, mengamati album foto keluarga di dekat daun pintu rumahnya di Gabusan, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Selasa (21/7/2015). Ukiran di pintu sengaja dibuat mendingan ayah Siska sebagai monumen perjuangan keluarga. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Siska Budiarti, 34, mengamati album foto keluarga di dekat daun pintu rumahnya di Gabusan, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Selasa (21/7/2015). Ukiran di pintu sengaja dibuat mendingan ayah Siska sebagai monumen perjuangan keluarga. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Sesekali senyumnya merekah ketika memperhatikan salah satu foto dirinya saat masih kecil. Senyum perempuan 34 tahun itu kembali melebar tatkala melihat foto ibunya, Samiyati, dan mendiang ayahnya, Rejo Budiono, saat melangsungkan pernikahan. (Baca: Kisah Sukses Pedagang Bakso Boyolali)

“Dulu ibu masih kurus,” celetuk pemilik nama lengkap Siska Budiarti itu di rumahnya di Gabusan, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Selasa (21/7/2015).

Anak kedua Samiyati-Rejo Budiono itu mengaku tak menyangka saat ini sudah dewasa. Siska merasa waktu terasa merambat begitu cepat. Dulu saat masih anak-anak dia suka bermain. Kini dia sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jayapura, Papua.

Menurut Siska capaiannya tak terlepas dari peran orang tuanya yang tak pernah berhenti berjuang di tengah pahitnya hidup kala masih berjualan jamu gendong di Jayapura sejak 1977 silam.

Liku-Liku Keluarga

Dia masih ingat betul liku-liku hidup kedua orang tuanya yang tak pernah lelah mencari nafkah selama lebih dari 21 tahun di tanah perantauan. Siska tak dapat membayangkan betapa berat beban yang ditanggung ibunya saat berjualan jamu gendong dari pagi hingga petang.

“Selain menggendong jamu, Umi [ibu] dulu juga membawa kain-kain untuk dijual. Jadi di punggung ada jamu, kedua tangannya ada dagangan lain. Sedangkan bapak memikul jamu,” kata Siska.

Dari jerih payah Samiyati dan Rejo Budiono itu kini keempat anaknya dapat menggapai pencapaian yang tinggi. Anak pertama, Ery Yuliana, 36, kini telah menjadi dokter dan kini tinggal di Surabaya. Dengan bantuan orang tua pula saat ini alumnus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu bisa menempuh pendidikan spesialis kandungan di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Kini dia tinggal bersama keluarga kecilnya di Surabaya.

Keringat Sumiyati dan Rejo Budiono juga telah membuat anak keduanya, Siska, pada tataran yang tinggi. Dia merupakan alumnus Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung jurusan apoteker. Lalu dia melanjutkan pendidikan profesi apoteker di universitas yang sama.

Sukses Anak

Hingga akhirnya setelah lulus dia diterima menjadi PNS BPOM Jayapura. Berkat prestasi yang ditorehnya dia mendapat beasiswa dari kantornya untuk menempuh magister di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University Australia hingga lulus, beberapa tahun lalu.

Anak ketiga, Dedy Kurniawan, 32, merupakan alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Kini dia tinggal bersama keluarga kecilnya di Karanganyar.

Sedangkan anak bungsu, Novi Widyanisa, 26, setahun lalu lulus dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja dengan predikat cum laude. Sebelumnya dia lulusan diploma III (DIII) Ekonomi Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja.

Tak ada kata lain selain syukur yang terucap dari mulut Siska, karena telah terlahir dari kedua orang tua yang tahu memaknai hidup. Dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan ibunya. Bagi Siska membahagiakan orang tua adalah capaian tak ternilai harganya, meski dia menyadari kasih sayang orang tuanya tak akan bisa dibalas dengan apa pun jua.

“Umi [ibu] sangat menantikan saya berkeluarga. Insya Allah saya akan penuhi harapan ibu itu,” ucap Siska sambil menatap wajah Samiyati yang saat itu duduk di dekatnya.

Keuletan

Orang tua bagi Novi adalah segalanya. Sambil memeluk ibunya, dia mengucapkan terima kasih atas segala pengorbanan ibunya itu selama ini. Dia sangat ingin membahagiakan ibunya itu. Saat ini bagi Novi tidak membuat ibunya kecewa merupakan bagian dari salah satu cara mewujudkan harapan ibunya tersebut.

“Ketekunan, keuletan, dan kejujuran. Nilai itu yang bisa saya petik dari bapak dan ibu saya,” ucap dia dengan mata berbinar.

Samiyati, 57, berujar sejak dulu dia selalu berpedoman ingin bisa membekali anak-anak dengan ilmu agar tak seperti dirinya yang hanya lulusan SD. Dia ingin anak-anaknya menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ilmu itu lah yang akan berguna bagi kehidupan di masa mendatang.

“Ilmu itu enggak pernah bisa hilang sampai akhir hayat. Tapi kalau harta bisa hilang. Biar saya yang rekasa asal anak-anak bisa bahagia,” kata dia membuat suasan kian sendu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya