SOLOPOS.COM - Petani pisang cavendish menyortir bonggol pisang di Desa Pranggong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, Kamis (20/10/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI Kepala Desa Pranggong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, Wagimin berhasil membudidayakan bibit pisang cavendish hingga meraup omzet puluhan juta setiap bulan.

Bermodal 1.000 bibit yang ia tanam pada 2020, Wagimin sekarang ini sudah memiliki 100.000 tanaman pisang cavendish pada 2022.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari budidayanya itu, ia bermitra dengan pelaku usaha dari 16 kota/kabupaten untuk merambah pangsa pasar bibit pisang cavendish, buah pisang Cavendish, dan beberapa jenis olahan dari buah pisang cavendish.

Bermula dari imbas pandemi 2020, kondisi perekonomian Wagimin dirasa cukup terpuruk. Wagimin mengatakan sejumlah pelaku usaha termasuk dirinya mesti semangat dan bangkit usai terpaan pandemi.

Melihat ada beberapa petak lahan kosong di desanya, Wagimin mulai mengembangkan gagasannya untuk menanam pisang cavendish.

Baca juga: Tradisi Udan Dawet, Ritual Unik Berisi Doa Minta Hujan Warga Banyuanyar

“Lahan yang kosong dimanfaatkan untuk ditanami pisang cavendish. Tentunya, dengan harap ke depan bisa meningkatkan ketahanan pangan, mengentaskan kemiskinan. Kami berinovasi dan berkreasi melakukan pembibitan pisang cavendish untuk dijualbelikan,” ucap dia ketika disambangi wartawan di tempat usahanya yang masih satu lokasi dengan tempat tinggalnya di Desa Pranggong, Kamis (20/10/2022).

Sejak 2020 itu, Wagimin mulai menjualbelikan bibit pisang cavendish dan produk olahan dari pisang cavendish bersama warga sekitar. Dari pembibitan dan produk olahan itu, ada pundi-pundi pendapatan yang diperoleh warga dan wagimin setiap bulannya.

“Satu bonggol pisang Cavendish bisa menjadi 20 tunas. Setelah menjadi tunas, kami congkel dan disemaikan dipolyback ukuran 20×30. Tentunya ini membutuhkan waktu, untuk mencapai ketinggian tanaman hingga 30 cm. Kami membutuhkan waktu selama tiga bulan. Setelah itu, bibit siap dijualbelikan,” ucap dia.

Untuk setiap satu bibitnya, Wagimin mengkalkulasi harga satu bonggol itu senilai Rp15.000. Setiap satu bonggol itu bisa dipecah menjadi 10 tunas di polybag sesuai pengalaman Wagimin.

Dari pemisahan itu, setiap satu tunas dalam polybag dibanderol dengan harga 5.000, maka omzet nya sudah mencapai 50.000 dengan modal awal 15.000 ditambah tenaga dan polybag.

Baca juga: Jejak Stasiun Kereta Uap & Kampung Sepuran di Kelurahan Siswodipuran Boyolali

“Berarti kami dalam kurun tiga bulan, satu bibit bonggol mendapat keuntungan kurang lebih Rp25.000. kalau jumlah bibitnya ada 1.000 polybag, jadi 25.000.000. misal dibagi tiga, satu bulan nya sekitar 8.000.000,” ucap dia.

Wagimin menganggap budidaya pisang cavendish itu bisa memberikan pendapatan luar biasa bagi warga sekitar, yang setara empat kali upah minimum pekerja di Boyolali.

“Tani pisang saya jamin tidak akan merugi jika sudah mengikuti SOP yang ada. Tentunya dengan niatan yang baik, untuk mengentaskan kemiskinan, mengentaskan pengangguran, saya yakin Allah SWT akan bantu kami,” tandasnya.

Sesuai pengalamannya, Wagimin menjamin kemudahan dalam budidaya pisang cavendish adalah nyata.

Pangsa pasar pisang cavendish milik Wagimin hingga saat ini sudah menyasar 14 kabupaten/kota di beberapa daerah meliputi Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Pacitan, Semarang, Grobogan, Demak, Purworejo, Jogja, Semarang, Bandung, Blora, dan Karanganyar.

Baca juga: 15 Desa di Boyolali Segera Buka Lowongon Kepala Desa, Berikut ini Daftarnya

“Perwakilan dari setiap satu kota/kabupaten itu kami ajak untuk menyemaikan bibit pisang cavendish, kemudian dibagikan pada masyarakat,” ucap dia.

Wagimin bersama mitra dari 14 kota/kabupaten telah menenanam lebih dari 100.000 bibit pisang cavendish. Bibit yang ditanam tersebut, pada awal 2023 direncanakan Wagimin sudah siap dipanen.

Lebih lanjut, Wagimin mengamini tidak semua hasil panen buah pisang cavendish punya tampilan bernilai ekonomis. Ia menyortir pisang Cavendish yang tampilannya tidak layak dijual untuk diolah menjadi beberapa produk turunan.

“Hasil panen itu tidak semua bagus, tidak semua mulus, tidak semua glowing, tentunya ada pisang yang tampilannya tidak layak jual untuk diolah ibu-ibu kelompok tani wanita di Desa kami, untuk dibuat keripik pisang coin, yang notabene nya ini sudah mendapat izin dan bersertifikasi BPOM dan Halal dari pemerintah daerah,” ucap dia.

Produk olahan dari pisang cavendish selain keripik pisang coin, juga ada bolu pisang cavendish babe yang dijual seharga 40.000 per buah nya.

Baca juga: Panen Pisang Cavendish di Sawit Boyolali, Buah Primadona di Dunia



“Tentunya ini menjadi terobosan, semangat baru untuk menghasilkan pundi-pundi, kelompok wanita tani bisa ikut andil dalam pemanfaatan lahan dan pemanfaatan hasil panen,” ucap dia.

Manager Marketing Babe Cavendish, Wisnu Rahmadani berharap sebaran budidaya piaang cavendish bisa semakin berkembang dan menjangkau daerah lebih luas.

“Untuk pengembangannya saat ini masuk di 14 kota/kabupaten, bahkan ini nambah lagi di dua kabupaten/kota, yakni di Bandung dan Madiun,” ucapnya di tempat usaha Wagimin.

Ia mengatakan bagi masyarakat yang tertarik untuk bermitra, akad minimal untuk 1.000 bibit pisang cavendish bagi warga luar kota dipatok dengan harga Rp15 juta.

Baca juga: Pisang Cavendish Dikembangkan di Cibangkong Banyumas

Wisnu mengatakan sebanyak 1.000 bibit pisang cavendish itu bisa ditanam di lahan seluas 4.000 meter. Masyarakat tidak perlu khawatir dan bingung dalam proses penanamannya, karena akan didampingi oleh tim Wagimin hingga pemeliharaannya.

Untuk pemasarannya, produk pisang cavendish akan dibeli oleh Wagimin sesuai yang disebutkan dalam akad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya