SOLOPOS.COM - Pemilik The Daily Smith, Deny Setiawan. Foto diambil pada Kamis (8/6/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sebelum sukses berbisnis produk aksesoris fesyen, tas kulit sintetis Pemilik The Daily Smith, Deny Setiawan, 32, dulunya merupakan pekerja proyek kontruksi. Ia juga sempat menjajal beberapa bisnis food and beverage (FnB), namun tidak berhasil.

Deny menggeluti dunia bisnis fesyen ini sejak 2017. Berawal dari kesukaannya terhadap fesyen, khususnya tas kulit memunculkan gagasan untuk memproduksi sendiri.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Dulunya ia bekerja di Surabaya, dengan basic keahlian di bidang teknik sipil. Ia menyukai tas kulit untuk dibawanya bekerja.

Pada 2013 ia ingin membeli tas kulit, namun ternyata harga tas kulit waktu itu cukup mahal. Waktu itu harga tas kulit mencapai Rp900.000 hingga Rp1,2 juta. Belum lagi ketika dijual di mal bisa harga tas kulit bisa mencapai Rp 2 jutaan.

Pada 2017 ia akhirnya mempunyai tas kulit yang merupakan hadiah. Ia membelinya di mal dengan harga lumayan tinggi hingga jutaan rupiah.

Tali tas kulit miliknya sempat putus, ia harus memperbaikinya. Namun, ketika mendatangi penjahit-penjahit di sekitar Solo tidak ada yang mampu memperbaikinya.

Singkat cerita ia bertemu penjahit tas kulit. Butuh tiga hari untuk memperbaiki tali tas kulit miliknya.

“Saya ngobrol dengan penjahit ini, dia cerita, tas kulitnya bagus, padahal sintetis. Saya bingung, karena saya tahu itu kado, mahal, beli di mal, dengan harga jutaan, kok dibilang sintetis. Dari situ saya cari tahu memang rata-rata tas kulit yang dijual di mal itu enggak semua kulit asli. Ternyata kulit sintetis juga ada kelasnya,” terang Deny saat ditemui Solopos.com di ruko miliknya di Solo, pada Kamis (8/6/2023).

Lebih lanjut ia menguraikan waktu itu banyak perajin kulit sintetis di Kota Solo. Namun mereka tidak membuat tas, tapi sepatu. Kelas dari kulit sintetis sendiri berbeda-beda, tergantung ketebalan, warna, dan tekstur.

Kulit sintetis dengan kualitas premium menurutnya lebih awet karena tidak mengelupas ketika digunakan dengan jangka waktu lama. Tas kulit sintetis yang ia buat enam tahun lalu, hingga saat ini ia klaim tetap bagus dan tidak terkelupas.

“Asal perawatannya tepat, biasanya kulit sintetis kalahnya itu ketika udara lembab, terkena air tidak segera dibersihkan,” ujar Deny.

Berbekal kesukaan terhadap tas kulit, ia kemudian mencoba memproduksi sendiri. Ia mencoba berjualan online melalui Facebook, dan mulai merambah ke marketplace.

Ternyata produk tas kulit sintetis miliknya direspons positif oleh masyarakat. Sebab, ia menjualnya lebih murah dibandingkan produk-produk yang dijual di mal. Ia menjual dengan range harga Rp149.000 hingga Rp400.000-an.

Saat memulai usaha ia skala produksinya hanya lusinan. Ia bekerja sama dengan rekannya untuk bagian konten dan fotografi. Sedangkan ia bertugas untuk operasional dan produksi.

“Dari yang awalnya sebulan jualan 20 hingga 30 tas, naik ke 50 hingga 100 tas. Kalau sekarang penjualan kami di angka 800 hingga 1.200 per bulan, di luar event. Untuk pasar event, lebih untuk premium suvenir ke perusahaan-perusahaan,” papar Deny.

Ia menggunakan fitur Ads untuk pemasaran produk miliknya di media sosial dan marketplace. Dulunya budgeting untuk iklan berkisar ratusan ribu dan sekarang mencapai puluhan juta. Menurutnya market online saat ini sangat potensial.

Deny juga sempat menjajal pasar ekspor melalui program Shopee Ekspor, hingga Filiphina, Malaysia, dan Singapura.

Ia beberapa kali mendapat permintaan customer luar negeri namun terkendala metode pembayaran dan ekspedisi. Ia juga bekerja sama dengan untuk offline store di Jakarta, Surabaya, dan Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya