Solopos.com, BATANG — Serabi Kalibeluk khas dari Desa Kalibeluk, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah ternyata memiliki kisah yang panjang. Di balik rasanya yang gurih dan manis, makanan ini rupanya sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam.
Berdasarkan penelusuran Solopos.com, Kamis (24/3/2022), asal usul kue serabi yang melegenda ini ternyata ada sosok pelopor pembuat Serabi Kalibeluk yang bernama Nyai Randinem. Dia adalah seorang wanita cantik yang kali pertama membuat dan menjual kue serabi tersebut.
Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024
Resep kue serabi ini dia dapatkan dari Ki Ageng Cempaluk dari Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Ki Ageng Cempaluk ini adalah ayahanda dari Tumenggung Bahurekso yang merupakan Senopati Kerajaan Mararam Islam. Dia dikenal sebagai sosok pembuka jalan di Alas Roban yang kini dikenal angker.
Baca juga: Langka! Serabi Kalibeluk Kuliner Khas Batang Ukurannya Jumbo
Nyai Randinem
Nyai Randinem mendapat wejangan dari Ki Ageng Cempaluk bahwa dengan keahlian membuat serabi, dirinya akan hidup penuh berkah dan berkecukupan. Perkataan Ki Ageng Cempaluk membuahkan hasil di mana keturunan Nyai Randimen berhasil memasarkan kue Serabi Kalibeluk Batang hingga sekarang.
Bahkan ada mitos bahwa kue serabi buatan keturunan Nyai Randinem memiliki cita rasa yang khas. Rahasia cita rasa yang khas dan menarik ini hanya diketahui oleh garis keturunan Nyai Randinem.
Berdasarkan cerita yang ada, Nyai Randinem adalah wanita asal Desa Kalibeluk adalah penjual kue serabi yang ditemukan oleh Tumenggung Bahurekso saat berada di Kadipaten Batang. Saat itu, dia diajak bersengkongkol untuk membohongi Sultan Agung Hanyakrakusuma dengan mengaku sebagai wanita asal Desa Kalisalak.
Baca juga: Batang Dulu Disebut Tempat Jin Buang Anak, Kini Jadi Kawasan Industri
Persengkongkolan ini berawal dari persyaratan Tumenggung Bahurekso untuk memperistri Rantansari, wanita asal Desa Kalisalak, Kadipaten Batang. Dalam persyaratan itu, dia harus mencari gadis yang cantiknya sepadan dengan Rantansari.
Saat menghadap sang Sultan, Nyai Randinem merasa sangat gugup hingga dia tidak bisa berkata bohong. Nyai Randinem berkata kalau dia bukan dari Desa Kalisalak, melainkan dari Kalibeluk dan dia juga mengaku bahwa dia hanyalah penjual kue serabi.batang
Singkat cerita, Sultan Agung tidak marah karena telah dibohongi oleh Nyai Radinem, justru dia memberikan modal kepada Nyai Randinem untuk berjualan kue serabi hingga sekarang diteruskan oleh keturunan-keturunannya.