SOLOPOS.COM - Ical (kanan) tengah melayani pembeli (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Ical (kanan) tengah melayani pembeli (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Di atas sebuah box besar, Fahri Rizal, warga asli Palembangmenjajakan jamu kunir asem dan beras kencur dalam sebuah botol bekas air mineral. Bertempat di Jalan Gamelan, pria yang akrab dipanggil Ical ini sudah berjualan berpuluh-puluh tahun lamanya. Melalui jamu tersebut, Ical bertahan hidup dan membesarkan ketiga anaknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tepatnya pada 1994, Ical mulai berjualan di tempat tersebut. Ini bermula dari pertemuannya dengan Sudilah, 40, yang tak lain adalah istrinya. Saat Sudilah mengandung anaknya, Ical melarang Sudilah berjualan jamu. Pria lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Janabadra tersebut kemudian berganti berjualan, sedangkan istrinya cukup meracik jamu di rumah.

Awalnya lapaknya berada di trotoar barat jalan, namun kemudian berpindah di seberangnya. Pasalnya, rumah tradisional yang berada di belakang tempat jualannya dulu dijual. Dan oleh pemilik barunya lalu dibuatlah menjadi semacam wisma sehingga dirinya harus berpindah.

Ekspedisi Mudik 2024

Berada di tempat jualannya, Ical bahkan tak dapat berbincang leluasa dengan Harian Jogja. Apa pasal? Karena semakin siang, semakin banyak pelanggan yang berdatangan untuk membeli jamunya. Daganganya banyak digemari karena jamu diraciknya sekaligus juga untuk pengganti minuman instan. Jamunya tidak terlalu kental, tapi juga tidak terlalu encer, pas di lidah.

“Berjualan itu selalu mau menerima kritikan dari konsumen, jadi tidak bisa jika sesuai dengan selera saya sebagai pembuat,” ujarnya belum lama ini.

Selain itu, ia berprinsip tidak mencari keuntungan yang berlebihan, semisal dengan membuat campuran jamu yang tidak pas sehingga racikan jamu terlalu encer. Dan membuat khasiatnya justru kurang. Untuk jamu beras kencur, bahan-bahan penambah rasa dan kashiat jamu seperti manis jangan, kapulogo, dan cabe puyeng tak pernah ditinggalkannya. Sedangkan untuk kunir asem, hal yang diperhitungkan pada campuran gula jawanya untuk disesuaikan dengan lidah jawa.

Dengan begitu, pelanggannya akan setia. Dalam sehari, Ical menjual jamu sebanyak 40 botol ukuran besar dan 30 botol ukuran sedang. Untuk ukuran besar dijual dengan harga Rp8.000, sedangkan ukuran sedang Rp4.000. Tiap botol dia mengambil keuntungan sekitar 20%. Saat lapaknya dibuka pada pukul 09.00, pada tengah hari,jamunyua sudah ludes.

Pengetahuan membuat jamu tersebut diperoleh dari almarhum ibu mertuanya penjual jamu di Pasar Ngasem yang kemudian diturunkan kepada istrinya. Sejak saat itu resepnya tak pernah berubah. Hanya kini pembuatannya dibantu dengan mesin untuk menghancurkan kunyit dan kencur yang kemudian diperas dengan menggunakan tangan.

“Sudak tak bisa kalau mengandalkan blender. Karena dengan bertambahnya produksi, dalam setengah tahun saya harus tombok dua mesin blender. Karenanya saya harus menambah modal untuk membeli mesin,” kata pria kelahiran 24 Maret 1968 itu.

Berjualan jamu menjadi mata pencaharian utamanya. Pernah ia berpindah menjual mainan justru keuntungannya tak seberapa dan hanya lelah yang didapat karena harus berjalan kesanakemari. Dengan berjualan jamu itu pula, Ical dapat membeli tanah yang kemudian didirikannya rumah yang berlamatkan di Suryowijayan, Mantrijeron I/194. Ketiga anaknya pun dibesarkannya dengan berjualan jamu tersebut, hingga kini yang paling besar sudah duduk di bangku SMA.

Menambah luas pemasarannya jualannya diimpikan oleh Ical mengingat kebutuhan hidup yang kian hari kian bertambah. Hanya Ical sempat kena tipu saat membuka dua cabang lapaknya di Wirobrajan dan Taman Sari. Orang yang diberikan kepercayaan untuk menjualnnya membawa lari uang keuntungan hasil penjualan jamu. Dan setelahnya orang itu justru membuat jamu sendiri dengan label namanya. Sehingga merugikannya karena racikan jamu yang dibuat tidak sesuai dengan yang dibuatnya.

Makanya saat ini,Ical hanya berusaha untuk menitipkan jamunya di warung-warung kecil. Walau penjualannya tak selaris dengan lapaknya,cukuplah menambah pendapatannya. Pernah Ical juga menjual jamu jenis lainnya tapi rupanya tidak terlalu disuka banyak orang,sehingga cukuplah ia menjual jamu kunir asem dan beras kencur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya