SOLOPOS.COM - DI ATAP EROPA—Sabar (memegang tongkat) bersama anggota ekspedisi Merdeka berhasil menapakkan kaki dan menancapkan Merah Putih di Puncak Elbrus, Rusia, beberapa waktu lalu. (ist)

Merah Putih tetap digenggam, salat 2 rekaat di titik akhir

DI ATAP EROPA—Sabar (memegang tongkat) bersama anggota ekspedisi Merdeka berhasil menapakkan kaki dan menancapkan Merah Putih di Puncak Elbrus, Rusia, beberapa waktu lalu. (ist)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski hanya dengan satu kaki, toh M Sabar mampu mendaki puncak gunung tertinggi di daratan Eropa. Apa yang diimpikan penyandang tunadaksa asal Solo yang kehilangan kaki kanannya sejak 22 tahun silam ini akhirnya terwujud.

Tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 RI, Rabu (17/8/2011) lalu, Sabar mampu menancapkan bendera Merah Putih di Puncak Gunung Elbrus. Ia tancapkan Merah Putih tepat pukul 15.45 menit WIB.

Pencapaian ini membuatnya menjadi penyandang tunadaksa yang kali pertama mampu mencapai Elbrus.

Sebelum Sabar, tim pendakian lainnya yakni dari Unnes Semarang dan UNY Yogyakarta tiba terlebih dulu di Puncak Elbrus. Mereka berhasil tiba 15 menit lebih awal dibanding Sabar yang bergabung dengan rombongan Tim Ekspedisi Merdeka.

Meski menggapai kesuksesan, namun semua itu tak didapat dengan mudah. Butuh perjuangan panjang dan semangat pantang menyerah untuk mencapainya.

Berbagai pengalamanan menegangkan mewarnai perjalanan Sabar ke puncak. Sabar berulangkali terjatuh. Akan tetapi ia enggan dibantu rekan, Budi Cahyono maupun dua pendaki Rusia, Sergey dan Viktor yang memandu Tim Ekspedisi Merdeka.

Angin kencang dan suhu yang mencapai minus 15 derajat Celsius menerpanya dalam ketinggian. Sabar kembali terjatuh. Akan tetapi bangkit lagi. Tangan kanannya memegang tongkat, sementara bendera Merah Putih berukuran kecil berada di tangan kirinya.

Tak lama berselang, sebuah prasasti berbentuk bintang kecil terlihat jelas di depannya. Itulah prasasti yang menandakan puncak Elbrus.

Sabar langsung berteriak lepas. Sesegera mungkin ia langsung menancapkan bendera Merah Putih. Selama lima menit di puncak Elbrus tak banyak yang dilakukan Sabar.

Mengenakan jaket tebal, sarung tangan dan kaca mata, Sabar berulang kali merebahkan diri di hamparan salju. Ia tak berani terlalu lama berdiri. Meski demikian, Sabar sempat melakukan salat dua rakaat tanda syukur atas pencapaian yang diraihnya.

“Saya tak berani berdiri terlalu lama. Datarannya licin, takut tergelincir. Pasalnya, di sana banyak jurang es yang enggak kelihatan,” tutur Sabar saat dijumpai Espos di rumahnya, Gendingan RT 3/RW VI, Jebres, Solo, Senin (19/9/2011) malam.

Meski demikian, Sabar sesekali sempat berdiri. Sergey dan Viktor lah yang membantunya untuk berdiri.

Kedua pendaki asal Rusia ini memang cukup membantu perjalanan Sabar. Sejak memulai perjalanan dari base camp Emanuel pada ketinggian 2.580 mdpl, kedua pemandu ini terus mengiringi Sabar.

Dengan menggunakan tali yang diikatkan satu persatu ke rombongan Sergey berada di depan Sabar. Diikuti Budi Cahyono dan Viktor di belakang keduanya.

Setiap 10 langkah dari Sergey, Sabar mengikuti di belakangnya. Hal itu dilakukan terus menerus hingga mencapai puncak.

Ucapan selamat

Keberhasilan mencapai Puncak Elbrus membuat nama Sabar semakin mencuat. Berbagai ucapan selamat pun keluar dari berbagai kalangan, mulai kerabat, rekan dekat hingga pejabat.

Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut memberikan selamat kepada pria berusia 43 tahun ini. SBY mengucapkan selamat melalui teleconference selang beberapa jam seusai Sabar menancapkan Merah Putih di pegunungan tertinggi di dataran Eropa itu.

Bahkan, Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah belum lama ini sempat menyempatkan diri berkunjung ke rumah Sabar. Pak Menteri secara pribadi memberikan selamat atas pencapaian yang dilakukan Sabar.

Ironisnya, meski ucapan selamat berdatangan justru tak ada satu pun bagian dari Pemerintah Kota Solo yang memberinya selamat.

Padahal apa yang dilakukan Sabar turut mengharumkan nama Solo, baik di mancanegara maupun dalam negeri.

Kendati demikian, Sabar tak sakit hati. Ia mengaku apa yang dilakukan semata-mata bukan untuk mencari nama besar.



Ada pesan khusus yang dibawanya dalam misi tersebut. Ia ingin memberi contoh pada generasi muda agar jangan mudah menyerah.

“Bukan hanya untuk kaum difabel. Semua orang tidak boleh menyerah,” ujarnya.

Memuncaki Elbrus belum usai bagi Sabar. Pria yang kehilangan kakinya akibat terjatuh dari gerbong kereta api pada 1989 silam ini berniat mengukir sejarah kembali dengan menaklukan puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Oktober mendatang. Semoga sukses Sabar!

(Imam Yuda Saputra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya