SOLOPOS.COM - Rehan bersama Neneknya, Sadiyem, di rumahnya, Dusun Sidorejo, Desa Setrorejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Sabtu (11/7/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Nasib malang dialami Rehan, 14, warga Dusun Sidorejo, Desa Setrorejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Jika anak seusianya kini asyik bersepeda, Rehan hanya bisa tengkurap.

Untuk bergerak, anak berkebutuhan khusus (ABK) asal Wonogiri ini mengandalkan bagian tubuhnya, yakni dada dan perut. Ia tidak bisa duduk, terlebih berjalan. Jika ingin bergerak atau berpindah tempat, ia mengesotkan badannya sambil tengkurap.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini Rehan tinggal bersama kakek, nenek, dan sepupunya. Nenek Rehan, Sadiyem, 70, mengatakan ibu kandung Rehan sudah meninggal dunia sejak lima tahun lalu. Ibu Rehan merupakan anak ketiga Sadiyem.

Begini Solusi Bisnis Properti Saat Pandemi

Sedangkan ayahnya, sudah meninggalkan Rehan sejak usia tujuh bulan. Sejak saat itu ayahnya baru satu kali menengok Rehan ke rumah, waktu itu ibunya masih ada.

Sadiyem mengatakan keluarga mengetahui Rehan berkebutuhan khusus ketika ABK asal Wonogiri itu bisa tengkurap saat masih bayi.

"Saat bisa tengkurap kok tidak bisa segera duduk. Akhirnya kami mencoba memeriksakan Rehan ke berbagai tempat, baik dukun urut maupun dokter," kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (11/7/2020).

Sapi TPA Putri Cempo Tidak untuk Kurban di Wilayah Solo

Pernah Mencari Obat ke Jakarta

Usaha keluarganya untuk mengobati Rehan belum berhasil. Ibunya saat itu membawa Rehan ke Jakarta untuk mencari penyembuhan selama tiga tahun.

Selama tiga tahun, tidak ada perubahan. Kondisi Rehan masih sama. Pada 2015, ibu kandung Rehan meninggal dunia. Ibu ABK asal Wonogiri itu saat di Jakarta pernah jatuh dan baru terasa saat pulang ke Wonogiri.

"Ibu Rehan sudah tiga kali saya periksakan ke Solo. Saat itu mau dioperasi. Kami baru selesai mengurus BPJS pada pagi hari, sore harinya sudah meninggal," ujar Sadiyem.

Konser Ambyar Tak Jogeti Siap Digelar, Hologram Didi Kempot Bakal Nyanyikan Cidro

Menurut Sadiyem, Rehan anak penurut, meskipun ia tidak bisa berbicara dan berjalan. Saat dimandikan bocah 14 tahun itu tidak mudah menangis. Makannya pun tidak sulit.

Bahkan terkadang ia bisa makan lima kali dalam satu hari, tetapi dengan porsi yang sedikit. Segala macam makanan disukai ABK asal Wonogiri itu. Seandainya kondisinya normal, Rehan mungkin tumbuh jadi anak yang sehat dan lincah.

Untuk memenuhi kebutuhan Rehan, Sadiyem mengandalkan hasil pertanian. Keluarga ini juga mendapat bantuan pemerintah. Namun, tentu saja tidak mencukupi untuk kembali membawa Rehan berobat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya