SOLOPOS.COM - Alm Johny Indo, sang Robin Hood Indonesia (Instagram/@duatujuh_id)

Solopos.com, CILACAP — Dikenal sebagai Alcatraz-nya Indonesia, Pulau Nusakambangan yang berlokasi di sebelah selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah adalah tempat penampungan tahanan atau narapidana (napi) kelas kakap yang dilengkapi dengan sistem keamanan yang sangat ketat. Namun, seketat apapun sistem yang digunakan, banyak napi yang berhasil membedol benteng pertahanan Lembaga Pemasyarakatan (LP/lapas) Nusakambangan tersebut, salah satunya adalah Johny Indo.

Dihimpun dari Wikipedia, Jumat (7/1/2022), Johny Indo yang bernama lahir Johanes Hubertus Eijkenboom, kelahiran Garut, Jawa Barat, 6 November 1948 ini dikenal sebagai aktor film era 1980an. Namun sebelum aktif bermain film, dia dikenal sebagai perampok emas legendaris pada era 1970an. Aksi perampokan dia lakukan saat siang hari bersama kelompoknya yang dikenal sebagai Pasukan China Kota atau Pachinko.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aksinya yang paling dikenal adalah perampokan yang dilakukan pada 1979, tepatnya di sebuah toko emas di daerah Cikini, Jakarta Barat. Sebelumnya, Johny juga terlibat dalam aksi perampokan di toko emas di kawasan Roxy. Dalam perampokan itu, Johny berhasil merampas 4 kg emas. Karena kelihaiannya, dia berhasil lari dari kejaran polisi.

Baca Juga: Pepali Banyumasan Masih Dipercaya Warga, Begini Praktiknya

Namun pada akhirnya Johny Indo tertangkap setelah aksi ikoniknya di Toko Emas Cikini. Dia tertangkap saat berada di Sukabumi. Penangkapannya diawali dari salah satu anggota Pachinko yang berhasil ditangkap dahulu oleh kepolisian yang akhirnya menggiring pada penangkapan Johny. Atas tindakan perampokannya, Johny divonis 14 tahun penjara di LP Nusakambangan, Pulau Nusakambangan.

Setelah tiga tahun dipenjara, dia dan 34 napi lannya berhasil menjebol lapas Nusakambangan pada 1982. Namun Johny berhasil ditangkap setelah bertahan selama 12 hari. Johny dibebaskan secara murni dari penjara pada 1987 dan mengganti namanya lahirnya menjadi H.Umar Billah bin Muhammad namun dia masih dikenal dengan panggilan Johny Indo.

Setelah keluar dari penjara, karena parasnya yang tampan saat itu, Johny ditawari untuk bermain dalam sejumlah film, seperti Johny Indo (1987), Badai Jalanan (1989), Tititsan Si Pitung (1989), Laura Si Tarzan (1989) dan masih banyak film lainnya di era 80an dan 90an silam. Dalam wawancaranya di sebuah kanal Youtube, Johny mengaku bahwa yang mendorong dia untuk melakukan perampokan adalah karena dia miris melihat banyaknya orang miskin.

Baca Juga: Seperti Apa Sih Kegiatan di Penjara Nusakambangan? Yuk Intip!

Kisah Pelarian dari LP Nusakambangan

Keinginannya untuk merampok semakin kuat saat melihat film Robin Hood dan Si Pitung. Hasil rampokan ini dia bagikan kepada warga kampungnya sehingga mereka bisa hidup berkecukupan. Saat aktif menjadi perampok, dia mengaku kepada keluarganya bahwa hasil rampokannya ini dia dapat dari pekerjaannya dalam  proyek film. Saat itu, Johny Indo memang sudah ditawari untuk bermain film namun hanya sekedar menjadi tokoh pendukung dan figuran.

Saat disinggung soal  bagaimana dirinya bisa menjebol tembok lapas Nusakambangan, Johnny mengaku bahwa dia mencari kelemahan sistem keamanannya, mulai mendeteksi keluar masuk penjaga, dan sistem-sistem lainnya hingga akhirnya dia berhasil melarikan diri dari lapas dengan mengecoh dan melucuti senjata para petugas lapas saat itu.

Setelah berhasil keluar lapas, dia beserta rekan napi lainnya meninggalkan jejak berupa pakaian, celana dan ikat pinggang dan membuangya ke arah yang berlawanan untuk mengecoh petugas. Sedangkan  Johnny Indo dan rekan-rekannya juga berhasil menyebrang ke dataran Jawa melalui kampung nelayan.

Baca Juga: Inilah Freddy Budiman, Gembong Narkoba yang Dieksekusi di Nusakambangan

Saat itu, dia hanya naik transport yang disediakan tanpa memikirkan biaya. Karena orang sekitar tahu kalau dia dan rekan-rekannya adalah seorang napi, para kondektur transportasi itu tidak berani bertidak apa-apa, bahkan meminta tarif pun tidak berani.

Pelariannya dari lapas Nusakambangan menjadi berita heboh di seluruh negeri, bahkan foto pencariannya ada di setiap sudut kota. Hingga akhirnya setelah 12 hari, Johnny berhasil ditangkap dan ditahan di lapas yang ada di Tangerang.

Dalam menghabsikan hari tuanya, Johny aktif dalam  ceramah keagamaan dan juga menggeluti hobinya, yaitu mengkoleksi batu akik. Pada 26 Januari 2020, dia meninggal dunia karena mengalami sesak nafas akut. Hingga sekarang, Johny selalu diingat sebagai sang Robbin Hood Indonesia dan kisah perampokannya serta pelariannya dari lapas Nusakambangan itu menginspirasi para sineas Tanah Air saat itu untuk membuat film

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya