SOLOPOS.COM - Area Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dan sekitarnya yang akan dikembangkan mulai tahun ini. Foto diambil dari Wisata Watu Cenik, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (17/4/2021). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Di balik megahnya proyek pengembangan wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri menjadi mirip Guatape Dam di Kolombia ternyata tersimpan kisah pilu.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, masih ingat betul kalimat yang disampaikan transmigran asal Wonogiri yang dahulu bermukim di wilayah terdampak pembangunan WGM. Transmigran itu berkunjung ke area Monumen Bedol Desa, beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepada Jekek, transmigran itu mengaku heran waduk tersebut sejak awal dioperasikan sampai kini kondisinya sama saja. Padahal, puluhan ribu jiwa rela berkorban meninggalkan tanah kelahirannya agar waduk tersebut terbangun. “Saya terhenyak mendengar kalimat itu,” ucap Bupati yang akrab disapa Jekek itu.

Baca Juga: Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Dikembangkan Mirip Guatape Dam Kolombia, Ini Harapan Warga Sekitar

Jekek menceritakan hal itu dalam forum Focus Group Discussion atau FGD Penyusunan Rencana Pembangunan Infrastruktur Kawasan Wisata WGM di Ruang Girimanik Sekretariat Daerah atau Setda, Wonogiri, Kamis (22/4/2021).

Percakapan dengan transmigran tersebut membuat Bupati teringat sejarah di balik pembangunan WGM. Sejarah menulis WGM dibangun dengan menenggelamkan 51 desa di enam kecamatan.

Bedol Desa

Sebanyak 67.515 jiwa harus rela bedol desa atau bertransmigrasi ke Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan pada 1976. Mereka melakukannya dengan harapan WGM dapat memberi manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat Wonogiri.

Baca Juga: Baru 3 Tahun, Selter Pedagang WGM Wonogiri Senilai Miliaran Rupiah Dibongkar

Namun, fakta berbicara lain. Waduk seluas lebih kurang 8.800 hektare (ha) yang mulai dioperasikan pada 1982 itu tak memberi kontribusi optimal untuk Wonogiri. Manfaat terbesar atas keberadaan WGM Wonogiri justru diperoleh daerah lain.

Waduk itu dapat mengendalikan banjir di wilayah hilir, seperti Sukoharjo, Solo, Sragen, dan sebagian daerah di Jawa Timur. Air tampungannya pun dimanfaatkan untuk irigasi areal pertanian seluas 23.600 ha di daerah-daerah tersebut.

Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air atau PLTA dengan memanfaatkan air waduk juga tak sepenuhnya untuk kepentingan Wonogiri. “Wonogiri praktis hanya bisa mengelola tempat wisatanya. Itu ironis. Padahal, di balik pembangunan waduk ini ada pengorbanan 67.000 jiwa warga kami ada 51 desa di enam kecamatan yang tenggelam,” kata Bupati.

Baca Juga: Dana Rp170 Miliar untuk Perombakan Wisata WGM Wonogiri Mirip Guatape

Perbincangan dengan transmigran kala itu membuka mata Jekek. Sejak saat itu ia bertekad mengubah WGM. Baginya WGM harus mampu memberi manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat Wonogiri.

Proyek Strategis Nasional

Tekad tersebut harus diwujudkan sebagai bentuk penghormatan terhadap puluhan ribu jiwa yang telah merelakan tanah kelahiran mereka tenggelam dan harus hidup di tanah orang sejak 45 tahun silam.

Cita-citanya mengubah waduk mulai mendapat jalan tatkala pemerintah pusat merealisasikan proyek strategis nasional di Wonogiri, yakni Waduk Pidekso di Kecamatan Giriwoyo.

Baca Juga: Intip Keindahan Guatape Dam Kolombia, Wisata Hit yang Bakal Ditiru WGM Wonogiri

Saat bertemu otoritas pemerintah pusat di sela-sela kegiatan di Wonogiri, Bupati melancarkan lobi agar objek wisata WGM bisa dikembangkan atau di-upgrade. Modalnya sederhana, yakni kisah pengorbanan puluhan ribu jiwa dan ihwal Wonogiri yang belum mendapat kontribusi optimal.

Kisah itu rupanya ampuh untuk mengetuk hati pejabat bersangkutan. “Waktu itu saya terus terang agar dikasihani. Alhamdulillah Kementerian PUPR [Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat] memberi perhatian kepada Wonogiri melalui proyek pengembangan Wisata WGM ini,” ujar Bupati.

Selanjutnya, Jekek berharap Pemkab diberi kewenangan penuh mengelola objek wisata hasil pengembangan WGM yang diproyeksikan mirip Wisata Guatape Dam, Kolombia, tersebut nantinya.

Baca Juga: Pengembangan Wisata WGM Wonogiri, Kades Sendang: Warga Akan Punya “Pohon Uang”

PAD Berlipat Ganda

Bupati meyakini pengelolaan wisata baru bakal mampu memberikan pendapatan asli daerah atau PAD yang berlipat ganda daripada sebelumnya. Jika PAD tinggi Pemkab dapat menggunakannya untuk menjalankan program intervensi kemiskinan lebih masif lagi.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat atau Kementerian PUPR, Kusuma Wardani, mengakui terenyuh mendengar cerita Bupati.

Menurutnya, kisah seperti itu bisa dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi poin plus bagi promosi wisata baru nanti. Ia menilai story telling yang demikian tak boleh hilang. Sebaliknya, sejarah perlu diceritakan dari generasi ke generasi, agar mereka menghargai pengorbanan masyarakat yang merelakan tanah kelahirannya tenggelam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya