SOLOPOS.COM - Tarian Kethek Ogleng. (wonogirikab.go.id)

Solopos.com, WONOGIRI — Tarian Kethek Ogleng merupakan salah satu seni tradisional di Wonogiri. Kethek Ogleng menjadi ikon atraksi budaya dan pariwisata Kabupaten Wonogiri yang memuat kisah legenda Panji.

Tarian Kethek Ogleng disajikan dengan gerakan lucu kera putih dengan diiringi musik gamelan menghentak dan menghibur. Tarian ini berkembang hingga wilayah Pacitan, Jawa Timur, dan Gunung Kidul, DIY.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari laman Pemkab Wonogiri, Senin (10/1/2022), tarian Kethek Ogleng diciptakan seorang warga Wonogiri bernama Darjino. Dalam penyempurnaannya, Darjino dibantu warga lain, Suwiryo.

Baca Juga: Kesenian Emprak Khas Rembang, Kini Hampir Punah

Suwiryo menyempurnakan tarian ini hingga menyerupai gerakan-gerakan kera sehingga digemari dan diterima banyak masyarakat. Sepeninggal Suwiryo, Darjino melanjutkan seni tari tradisonal ini hingga kini. Tari Kethek Ogleng yang memuat kisah legenda ini menjadi salah satu ikon Kabupaten Wonogiri dan diresmikan pada 1967.

Tarian yang belum diketahui kapan diciptakan ini memuat kisah legenda Panji yang terdapat cerita kera. Karena menghibur masyarakat, tarian ini kemudian menyebar ke seluruh kecamatan di Wonogiri.

Tarian Kethek Ogleng difungsikan sebagai kesenian rakyat setelah masa panen atau hiburan pada berbagai macam kegiatan seperti pesta hajatan, nazar seseorang, dan khitanan.

Baca Juga: Sosok Prabu Siliwangi, Raja yang Bawa Sunda Galuh ke Masa Kejayaan

Tarian Kethek Ogleng di Wonogiri menyajikan pethilan, menampilkan Kethek Ogleng saja meski pun ada kolosan dan banyak penari. Nama Kethek Ogleng berasal dari kostum kethek atau kera yang ditampilkan pada tarian dan ogleng dari bunyi saron demung atau gleng.

Kisah di Kethek Ogleng

Tarian Kethek Ogleng dilatarbelakangi kisah Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji. Diceritakan Panji meninggalkan istana Kerajaan Jenggala dan menyamar mejadi rakyat biasa bersama dua pembantunya, Jarodeh dan Prosontono.

Panji menyamar dengan mengganti namanya menjadi Jaka Asmara. Kepergian panji membuat sang Dewi Sartika pergi berama adiknya Dewi Ragil Kuning mencari kekasihnya tersebut. Keduanya pun menyamar dengan mengganti namanya.

Singkat cerita, Raja Jenggala yang mengetahui putra-putrinya meninggalkan istana mengutus Panji Gunung Sari untuk mencari saudara-saudaranya. Panji Gunung Sari kemudian meminta petunjuk Dewi Kilisuci. Atas petunjuk Dewi Kilisuci, ia kemudian mendaki ke puncak Gunung Anjasmara. Sesampainya di puncak Panji Gunung Sari berubah menjadi kera putih bernama Kethek Ogleng.

Baca Juga: Makna Pepali yang Jadi Pantangan Warga Banyumasan

Panji Gunung Sari yang menjadi Kethek Ogleng kemudian melanjutkan pencarian Jaka Asmara atau Panji Asmarabangun. Namun, setelah bertemu keduanya malah bertengkar. Karena sama-sama sakti, pertengkaran sengit itu tidak ada pemenang hingga kemudian mereka kembali ke wujud semula. Dewi Sartika dan Dewi Ragil Kuning yang sudah bertemu Jaka Asmara juga kembali ke wajah semula.

Keempat bersaudara itu kemudian kembali ke Kerajaan Jenggala untuk mengusir musuh yang tengah menyerang. Raden Panji diceritakan berhasil mengalahkan prajurit Klono. Kisah pada tarian  Kethek Ogleng ini ditutup kehidupan tenang dan bahagia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya