SOLOPOS.COM - Waduk Mulur Sukoharjo. (jatengprov.go.id)

Solopos.com, SUKOHARJO — Waduk Mulur yang berlokasi di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menurut sejarah dibangun tahun 1926 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Meski usianya mendekati satu abad, waduk atau bendungan itu masih tetap berfungsi dengan baik sebagai cadangan air untuk pengairan di wilayah Sukoharjo.

Mengutip jatengprov.go.id, wikipedia.org, dan destimap.com, Senin (23/5/2022), Waduk Mulur Sukoharjo dalam sejarah pernah direnovasi pada 1998, namun hal itu tak menghilangkan kesan produk kolonial Belanda dan masih tetap terjaga bentuk aslinya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dahulu kala ketika Waduk Mulur dibangun, wilayah ini menurut sejarah masuk wewengkon atau perdikan dari Kraton Surakarta Hadiningrat yang dibuktikan dengan adanya prasasti yang masih terjaga di pintu air utama Waduk Mulur. Setelah kemerdekaan Indonesia, otomatis hak kepemilikan Waduk Mulur menjadi milik RI.

Waduk yang mempunyai elevasi sekitar 110 meter dari permukaan laut (dpl) dan volumenya 2,75 juta meter kubik mampu menyuplai irigasi untuk 43 hektare sawah. Waduk terbesar di Sukoharjo itu dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan nila dalam keramba apung. Saat sore hari, tak sedikit masyarakat mengunjungi Waduk Mulur untuk menikmati panorama alam.

Kawasan Waduk Mulur pernah digunakan untuk olahraga air atau lomba dayung, sky air dan sepeda motor air. Ada pula lahan perkemahan di kawasan Waduk Mulur yang dapat digunakan untuk kegiatan kepramukaan.

Baca juga: Ada Makam Keramat di Tengah Waduk Mulur Sukoharjo, Ini Kisahnya

Di balik indahnya panorama alam, Waduk Mulur mempunyai cerita sejarah yang cukup menarik. Berdasarkan catatan Solopos.com, konon nama Waduk Mulur berasal dari kata ulur yang dalam bahasa Jawa artinya berlanjut atau terus menerus. Cerita rakyat mengenai asal usul Waduk Mulur berkaitan erat dengan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro.

Waktu itu, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya ditipu dan dipaksa menyerah oleh pasukan penjajah Belanda. Diponegoro bersedia menyerah dengan syarat seluruh pengikutnya dilepaskan. Akhirnya, Belanda mengabulkan permintaan Pangeran Diponegoro dan melepaskan ratusan pengikutnya.

Perang Gerilya Melawan Belanda

Pangeran Diponegoro menyerahkan pusaka berupa sebilah keris kepada salah satu pengikut setianya bernama Iman Mukmin atau Kyai Sayyid Iman. Dia  diberi tugas khusus menyerahkan pusaka itu kepada Putri Serang atau R.A. Serang untuk melanjutkan perang gerilya melawan Belanda.

Mereka menghimpun kekuatan dan melanjutkan perang gerilya melawan Belanda di sekitar Waduk Mulur yang dulu berupa rawa-rawa yang dikelilingi pepohonan besar. Perang sengit pun pecah selama berbulan-bulan. Lambat laun, jumlah pengikut Pangeran Diponegoro berkurang.

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Susun Ulang Masterplan Pengembangan Waduk Mulur

Mereka gugur dalam medan peperangan. Kyai Sayyid Iman terdesak dan bersembunyi di rawa-rawa dari kejaran pasukan Belanda. Akhirnya, Kyai Sayyid Iman ditemukan Pasukan Belanda di tengah-tengah rawa. Dia gugur di medan pertempuran. Makam Kyai Sayyid Iman berada di daratan kecil di tengah-tengah rawa yang kini berubah menjadi waduk.

Versi lain menyebut sejarah nama Kampung Mulur berasal dari ucapan Kyai Sayyid Iman “Mugi-Mugi Sedulur” yang artinya siapapun yang datang akan menjadi saudara.

Seperti diberitakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo kembali menggulirkan upaya pengelolaan Waduk Mulur di Kecamatan Bendosari guna mengeksplorasi kekayaan perikanan dan pertanian. Saat ini, status waduk merupakan aset milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.

“Masterplan pengembangan Waduk Mulur bakal dievaluasi. Apakah ada kekurangannya atau tidak. Perlu tidak ditambah konsep pendukung wisata lainnya. Ini sedang kami bahas secara mendalam,” kata Kepala Bidang (Kabid) Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappelbangda Sukoharjo, Ibnu Tjahyana, saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Rabu (30/3/2022).

Baca juga: Dijuluki Predator, Benarkah Ikan Toman Seperti di Waduk Mulur Lebih Ganas dari Piranha? 

Masterplan pengembangan waduk seluas 141 hektare itu memadukan konsep wisata air, kegiatan outbond serta bumi perkemahan. Ibnu menyebut pengelolaan Waduk Mulur bisa dilakukan melalui sistem kerja sama antara Pemkab Sukoharjo dan Pemprov Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya