SOLOPOS.COM - Pelatih Tari Sri Sumarmi saat mengajar menari anak didiknya di Sanggar Tari Laras Mutiara Persada, Sabtu (17/3/2018). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Warga Bangsan rintis dusun budaya.

Harianjogja.com, SLEMAN–Selain desa wisata, keberadaan desa budaya menjadi pembeda dari desa-desa lainnya. Selain dapat mengelola potensi yang ada, sebutan desa wisata dan juga desa budaya menjadi prestisius.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Tekad itulah yang juga ingin diwujudkan masyarakat padukuhan Bangsan, Kayen Sindumartani, Ngemplak. Agar dapat menjadi dusun yang berkah dan mendatangkan manfaat, warga mulai merintis Bangsan sebagai dusun budaya.

Perintisan tersebut dilakukan oleh Sutarmini, seorang pensiunan Polri yang memang getol menggerakkan warga untuk membangun wisata dan melestarikan budaya di dusun tersebut. Beberapa hal yang dilakukan adalah membentuk sanggar tari Laras Mutiara Persada bagi anak-anak.

Sekitar 40 anak dusun tersebut diajarkan menari dengan musik gamelan milik keluarga. Keberadaan sanggar tari tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya dan tradisi. Maka dari itu anak-anak diajarkan menari srimpi, bedoyo, wanoto seto dan lainnya. Beberapa tarian modern atau tari kombinasi juga diajarkan seperti tari kipas, perang-perangan dengan tetap mengikuti musik gamelan.

“Ini bagian untuk membangun fondasi tradisi kepada anak-anak. Kalau tari-tari berbau tradisi dirasa sulit, mereka juga diajarkan menari modern. Tetapi musiknya tetap pakai gamelan,” katanya kepada harianjogja.com, akhir pekan lalu.

Sutarmini sendiri bukan penari tetapi memahami tari-tarian.  Ketertarikan dan keinginan untuk membangun dusun budaya cukup tinggi. Rencana tersebut awalnya tidak berjalan mulus. Sebab anak-anak lebih suka bermain gawai dibandingkan menari. Tak kalah akal, ia pun memberikan iming-iming bagi anak-anak yang mau belajar menari bisa mandi sepuasnya di wahana permainan air waterboom mini di sebelah rumahnya.

Bagi Sutarmini, agar budaya dan tradisi dapat ditanamkan kepada jiwa anak-anak saat ini perlu ada sedikit “pemaksaan” atau stimulan.  “Cara itupun manjur. Anak-anak setiap hari yang ditentukan mau belajar menari. Karena saya tidak bisa menari, saya datangkan guru tari dari desa sebelah,” katanya.

Tidak hanya anak-anak, para orang tua di dusun tersebut juga diajak untuk membentuk kelompok karawitan Larasada. Upaya itu dilakukan agar para orangtua memiliki ruang untuk berekspresi dan memberi teladan kepada generasi saat ini. “Setiap Jumat dan Sabtu orang tua berlatih karawitan. Saat pentas, mereka cukup antusias karena ada kepuasan tersendiri yang diperoleh,” ujarnya.

Baginya, seni dan budaya bisa membangun kebersamaan dan integritas masyarakat. Melalui seni komunikasi antargenerasi bisa dilakukan, tidak mengenal usia. “Seni bisa membangun integritas. Kalau lingkungan rusuh dan tidak nyaman, dengan seni bisa kembali tentram,” katanya.

Hingga kini memang belum banyak orang tahu lokasi Dusun Bangsan. Padahal katanya dusun ini memiliki banyak potensi alam, wisata dan budaya yang bisa ditonjolkan. “Kalau dusun ini bisa jadi dusun budaya, dusun karawitan, nanti wisatawan bisa datang dengan sendirinya. Kesadaran ini terus ditanamkan kepada warga,” kata Sutarmini.

Pelatih Tari Sanggar Laras Mutiara Persada Indri Puji Lestari mengaku tidak ada kesulitan selama mengajar tari kepada anak-anak. Hanya saja tantangan terberat masih seputar waktu latihan. Selain gerakan menari anak-anak sudah luwes, mereka juga mulai sering ikut pementasan. “Masih susah untuk berlatih, pengennya masih main. Tapi enggak apa-apa, namanya anak-anak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya