SOLOPOS.COM - Sukimin, 74, (kiri) melayani jemaah yang menitipkan tas ransel di serambi Masjid Agung Solo, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Minggu (18/4/2021). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO -- Sukimin, 74, sudah puluhan tahun menjadi penjaga rak sepatu dan alas kaki di Masjid Agung Solo. Tiga bulan sebelum pandemi Covid-19 melanda, Sukimin akhirya bisa berangkat ibadah umrah ke Tanah Suci.

Namun, cita-cita Sukimin yang sebenarnya adalah naik haji. Ia pun sudah menabung dan mendaftar sebagai calon haji. Lalu bagaimana akhirnya ia malah berangkat umrah lebih dulu?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepada Solopos.com yang menemuinya di sela-sela menjaga rak sepatu di pintu utama serambi Masjid Agung Kota Solo, Minggu (18/4/2021) pukul 12.15 WIB, Sukimin pun menceritakan kisahnya.

Baca Juga: Pemkot Solo Buka Link Pendaftaran Vaksinasi Covid-19, Tapi Khusus Lansia

Hari itu rak sepatu tersebut tampak kosong karena jemaah banyak yang memakai sandal dan meninggalkan alas kaki di lantai dekat batas suci. Ada pun rak berfungsi menjaga keamanan alas kaki milik jemaah salat.

Kotak uang tersedia bagi jemaah yang ingin memberikan uang bagi penjaga alas kaki. Pendapatan dari situ lah yang ditabung Sukimin sang penjaga alas kaki di Masjid Agung Solo tiap harinya agar bisa naik haji.

Sukimin tidak pernah mematok berapa uang yang harus diberikan oleh jemaah yang menitipkan sepati. Mereka memasukkan uang ke kotak tersebut seikhlasnya.

Baca Juga: Wali Kota Gibran Izinkan Loji Gandrung Jadi Tempat Jualan UMKM

Pendapatan Tidak Menentu

Sukimin sudah menjadi jemaah Masjid Agung Solo sejak 1971. Sebelum menjadi penjaga rak sepatu, ia pernah menjadi petugas kebersihan, petugas yang mengurusi air, dan terakhir menjadi penjaga alas kaki umat di Masjid Agung Solo.

Ia menjaga rak sepatu di masjid itu sejak sebelum zuhur sampai magrib. Pendapatan yang ia peroleh tidak menentu. Bahkan saat Ramadan pun tidak meningkat meski banyak orang beribadah di masjid itu.

"Pendapatan enggak mesti. Hari biasa kadang Rp2.000, kadang Rp10.000, kadang Rp15.000. Ada yang memberi duit alhamdulillah. Kalau tidak, enggak apa-apa. Yang penting bisa cari makan di masjid," katanya.

Baca Juga: 19 Sekolah Dasar di Solo Sudah Menggelar Simulasi PTM

Sejak masih bujang, bapak tiga anak tersebut bercita-cita menunaikan ibadah haji. Penjaga ia dan istrinya pun sudah mendaftar namun harus menunggu antrean selama 18 tahun.

Akhirnya, tiga bulan sebelum pandemi Covid-19, penjaga rak sepatu dan alas kaki di Masjid Agung Solo itu dan istrinya memutuskan berangkat umrah. “Niatnya bismillah. Nyelengi, celengan kasih ke bank [untuk daftar ibadah haji]. Celengan masih sampai sekarang,” paparnya.

Ia menjelaskan tabungan itu ia kumpulkan dari hasil menjaga alas kaki jemaah Masjid Agung. Menurutnya, untuk bisa menabung harus melakukan penghematan termasuk pada pengeluaran untuk biaya makan. ”Makan godhong kates sama sambel. Kan punya cita cita itu ya harus rekasa uripnya tapi kudu dilakoni,” paparnya.

Baca Juga: Vaksinasi Guru SD Utamakan Sekolah Yang Simulasi PTM

Haji Terlalu Lama

Ia menjelaskan waktu menunggu ibadah haji terlalu lama sampai akhirnya menjual lahan seluas 2.000 meter persegi di Sragen untuk biaya umrah. Kini ia bercita-cita ketiga anaknya juga bisa ibadah umrah atau ibadah haji.

Sekretaris Pengurus Masjid Agung, Abdul Basid Rochmad, mengatakan ada empat orang penjaga rak sepatu setiap hari. Mereka memberikan pemasukan untuk kas masjid setiap bulan.

“Mereka membantu takmir karena bagi kami tidak perlu menggaji mereka untuk menyediakan jasa menjaga sepatu. Jamaah yang punya sepatu bagus enggak khawatir hilang,” paparnya.

Baca Juga: Kasus Baru Positif Covid-19 Klaten Tambah 89 Orang, 5 Meninggal

Menurutnya, masih sering terjadi pencurian sepatu atau sandal milik jemaah yang tengah beribadah. Pengelola masjid memasang 24 kamera pengawas untuk merekam dan mencari pelaku atau pencuri.

“Biasanya yang kehilangan lapor. Kami tanya letaknya di mana dan jam berapa. Nanti satpam membantu. Yang ketahuan kadang datang lagi lain waktu,” paparnya.

Menurutnya, takmir Masjid Agung bekerja sama dengan Polsek Pasar Kliwon untuk menindak pencuri alas kaki. Pengelola masjid biasanya meminta pelaku mengembalikan alas kaki dan mengarahkan pelaku agar meminta maaf kepada pemilik alas kaki. Tapi hal itu tergantung motivasi pelaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya