SOLOPOS.COM - Dua anggota Koramil Miri meminta keterangan Sriyati, 65, istri salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Tarno, 70, di rumahnya di Dusun Girimargo, Desa Girimargo, Miri, Sragen, Sabtu (8/10/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Dimas Kanjeng Taat Pribadi juga punya pengikut di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Foto seorang pria berjubah hitam dan mengenakan sorban putih di kepala menghiasi ruang tamu rumah Tarno, 70. Sosok pria di dalam foto itu belakangan kerap menghiasai layar kaca seiring maraknya pemberitaan perihal kasus penipuan dengan modus penggandaan uang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ya, pria dalam foto itu adalah Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Ruang tamu rumah mantan perangkat Desa Girimargo itu memang dipenuhi sejumlah foto dari Dimas Kanjeng. (Baca Ada 4 Pengikut Taat Pribadi di Sragen)

Beberapa foto Dimas Kanjeng dengan tokoh penting negara seperti mantan panglima TNI Jenderal Moeldoko, mantan Kabaintelkam Polri Komjen (Pol) Suparni Parto, hingga presiden Joko Widodo menghiasi ruang tamu itu. (Taat Pribadi Menipu)

Ekspedisi Mudik 2024

Sudah hampir tiga bulan, Tarno pergi dari rumahnya. Kepada istri dan anak-anaknya, saat itu dia berpamitan ingin mengunjungi Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo Jawa Timur.

Bagi Tarno, sosok Dimas Kanjeng bukanlah orang asing. Dia sudah menjadi pengikut Dimas Kanjeng selama lebih dari tiga tahun. Selama itu pula, Tarno sudah kerap bolak-balik menuju Padepokan Dimas Kanjeng.

“Setahu saya, di sana suami saya hanya mengikuti pengajian atau istigozah. Biasanya hanya butuh waktu 1-2 hari. Baru kali ini suami saya ke sana hingga berbulan-bulan, sampai sekarang belum pulang,” kata Sriyati, 65, istri dari Tarno kala ditemui wartawan di rumahnya di Dusun/Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen, Sabtu (8/10).

Maraknya pemberitaan di media massa terkait penangkapan Dimas Kanjeng sempat membuat Sriyati khawatir dengan kondisi suaminya di padepokan. Beruntung dia masih bisa berkomunikasi dengan suaminya melalui telepon.

Dalam pembicaraan via telepon itu, Tarno selalu mengabarkan kondisi dirinya baik-baik saja. “Terakhir baru tadi pagi saya berbicara dengan suami saya melalui telepon. Kata dia, kondisi sebenarnya tidak seperti yang diberitakan TV selama ini,” ucap Sriyati.

Kepada Dimas Kanjeng, Tarto pernah membayar mahar senilai Rp1 juta. Uang itu dibayarkan melalui empat tahap. Sriyati menilai mahar itu hukumnya tidak wajib. Besarnya mahar pun tidak ditentukan.

Konon mahar senilai Rp1 juta itu akan dilipatgandakan menjadi Rp200 juta. Namun, uang itu tidak akan dinikmati oleh penyetor mahar. “Uang itu akan disumbangkan untuk kepentingan sosial seperti menyantuni yatim piatu, membantu orang miskin dan lain-lain. Namun, sampai sekarang saya juga belum melihat hasilnya [penggandaan uang],” terang Sriyati.

Kepada Sriyati, Tarto sudah bersikap terbuka. Sriyati tidak keberatan Tarto menjadi pengikut  Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Sedikitpun dia tidak menghalangi niat suaminya untuk berguru kepada Dimas Kanjeng. “Ini kan negara hukum. Kalaupun ada pelanggaran hukum, pasti akan diselesaikan dengan cara hukum,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya