SOLOPOS.COM - Sardi (kanan) dan Jon (kiri) saat bekerja di rumah Sardi, Banjarejo, Candi, Ampel, Boyolali, Minggu (4/12/2022). Sardi Elektro telah berdiri sejak 2000 dan didirikan oleh penyandang disabilitas daksa, Sardi. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Tangan kanannya memegang solder listrik, tangan kirinya tak gagap memegang peranti dalam televisi.

Matanya fokus dibantu kacamata berlensa tebal, dengan tenang ia duduk di atas kursi rodanya sambil terus menyolder.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lelaki di atas kursi roda tersebut bernama Sardi. Sebelumnya, dia bukanlah seorang penyandang disabilitas. Namun, suatu kecelakaan saat dia kecil membuatnya menjadi penyandang disabilitas daksa.

Setelah menjadi penyandang disabilitas daksa, Sardi berhenti bersekolah saat kelas III SMP. Kemudian, pada 1994 dirinya mendapatkan pelatihan servis elektronik dari Dinas Sosial (Dinsos) Boyolali.

Dari sana, Sardi termotivasi untuk belajar berbagai macam servis elektronik seperti televisi, lampu, sound system, dan alat-alat elektronik rumah tangga lainnya.

Baca Juga: Aksi Drumband SLB YPAC Solo Meriahkan Peringatan Hari Disabilitas Internasional

Kemudian, pada 2000 dirinya mulai mendirikan jasa servis alat elektronik bernama Sardi Elektro di rumahnya Dukuh Banjarejo, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.

“Waktu itu yang saya ajari kebanyakan malah nondifabel. Pegawai saja juga semuanya nondifabel. Terus sekitar 2015 kemudian kepikiran, kok saya enggak mengajarkan kepada sesama difabel saja ya? Akhirnya mulai 2015 semuanya pegawai itu difabel,” ujar dia saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Minggu (4/12/2022).

Ia berkeinginan agar tidak ada difabel yang hanya berdiam diri di rumah dan menganggur. Lewat ketekunannya, sudah lebih dari 50-an difabel mampu bekerja mandiri di bidang servis elektronik. Jika ditambah dengan murid dan pegawai nondifabel, total Sardi telah menelurkan 100-an murid di bidang servis elektronik

Tak main-main, muridnya tak hanya dari Boyolali, tapi juga dari Jepara, Semarang, dan kota-kota lain. Beberapa mantan pekerjanya yang juga penyandang disabilitas daksa, ia latih dari nol hingga menjadi ahli juga telah banyak membuka usaha servis sendiri.

“Saya tidak takut tersaingi, saya percaya rezeki sudah Allah atur. Dan saya yakin, kalau semakin banyak ilmu yang saya bagikan, saya malah semakin kaya,” ujarnya.

Baca Juga: Warga Peringati Hari Disabilitas Internasional di Area CFD Solo

Saat ini, ia bersama dua orang pekerjanya yang juga penyandang disabilitas daksa menghidupkan Sardi Elektro. Beberapa jasa yang ditawarkan antara lain servis lampu, servis televisi, dan alat rumah tangga elektronik lainnya.

Dalam sehari, Sardi biasanya bisa menyervis satu hingga dua televisi. Paling banyak dalam sehari dia bisa menyervis delapan televisi. Dua pekerjanya biasanya berfokus pada servis lampu, per orang dalam sehari bisa menyervis 30 lampu.

“Servis televisi kalau yang tv tabung Rp50.000 – Rp100.000 per buah. Kemudian yang TV LED Rp200.000 – Rp250.000 per buah. Untuk servis lampu, per buah Rp5.000 – Rp10.000,” ujarnya.

Ia menyebutkan pelanggan servisnya datang sendiri, terutama servis lampu yang berasal dari sekolah, pemerintah desa, kepolisian, dan instansi lainnya.

Sementara itu, salah satu pekerja, Sarjono, 41, mengaku sejak 2019 dia bergabung bersama Sardi Elektro.

Baca Juga: Seratusan Difabel Konvoi Motor Kampanye Keselamatan Berkendara di Kudus

Lelaki yang akrab disapa Jon tersebut mengaku sebelum bergabung dengan Sardi dia hanya bisa berbaring di rumah.

Kemudian, cerita Jon, Sardi mendatanginya dan memberikan motivasi untuk bekerja. Sardi juga memintanya membuat kendaraan roda tiga untuk transportasinya.

“Dulu memang tidak termotivasi bekerja, soalnya bingung saya mau kerja apa, saya difabel. Down juga karena enggak bisa apa-apa, soalnya sudah dewasa, tapi enggak ada penghasilan. Alhamdulillah Pak Sardi datang datang memotivasi saya,” ujarnya.

Jon mengaku saat bergabung dengan Sardi Elektro, dia belum bisa menyervis lampu. Namun, Sardi mengajarinya hingga bisa menservis peralatan elektronik lainnya.

Setelah bergabung bersama Sardi, ia juga lebih termotivasi untuk berkumpul dengan banyak orang. Ia juga mengikuti grup WhatsApp yang berisi difabel dari banyak daerah.

Baca Juga: Penyandang Disabilitas Dapat Pelayanan Khusus di MPP Sragen



“Dari grup WhatsApp itu, saya termotivasi untuk ikut kejar paket C dan lulus tahun ini. Saya kan lulusan MTs, di grup itu banyak sekali difabel yang berpendidikan tinggi,” ujar dia.

Saat ini pria asal Selodoko ini telah memiliki sumber penghasilan sendiri sehingga tak tergantung dengan orang tua atau orang lain. Jon ingin pada peringatan Hari Disabilitas Internasional 2022 pada Desember ini, akan tumbuh banyak difabel yang mau bekerja keras dan termotivasi agar tumbuh seperti dirinya dan juga Sardi-Sardi lain.

“Penghasilan sekarang alhamdulillah cukup, dan sekarang bisa ngasih uang ke keponakan dan membantu kebutuhan sehari-hari keluarga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya