SOLOPOS.COM - Asmadi si penyelam tradisional yang memburu harta karun Sriwijaya, sedang memegang dayung kuno dengan latar belakang beragam koleksi kunonya, Sabtu (28/9/2019). (ANTARA/Aziz Munajar/19)

Solopos.com, PALEMBANG — Menyelam Sungai Musi di Palembang, Sumatra Selatan, bukan perkara mudah. Hal itu diceritakan Asmadi, seorang penyelam yang sering berburu harta karun Kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi.

Rumah Asmadi yang terletak di pinggiran Pulau Kemaro, Palembang menyimpan ratusan koleksi peninggalan masa pra-Kerajaan Sriwijaya hingga kolonial Belanda. Koleksi itu pun tampak lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan koleksi museum setempat.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Dikutip dari Antara, Jumat (29/10/2021), selama dua tahun terakhir rumah Asmadi menjadi museum pribadi yang menyimpan berbagai harta karun seperti koin, gerabah, dayung kapal, hingga jimat kuno. Berbagai koleksi itu didapatkan Asmadi dengan menyelam langsung di Sungai Musi sejak 2017.

Baca juga: Harta Karun Kerajaan Sriwijaya Ditemukan, Harganya Miliaran

Asmadi sengaja mengumpulkan koleksi harta karun Sriwijaya itu untuk memajangnya di museum pribadi.

“Dengan demikian berbagai koleksi ini tak melulu dijual-belikan. Namun lebih-lebih harus menjadi sarana edukasi sejarah sekaligus daya tarik wisata,” terangnya.

Penyelam tradisional kelahiran Palembang, 7 Desember 1995 itu ingin mewujudkan impiannya membangun Museum Musi Treasure. Demi mewujudkannya dia rela menyelami Sungai Musi yang penuh tantangan.

Baca juga: Berburu Harta Karun di Sukoharjo

Menurut Asmadi, menyelam di Sungai Musi sama dengan bertaruh nyawa jika hanya mengandalkan peralatan seadanya.

“Saya sudah sering berada pada keadaan antara hidup dan mati saat menyelam. Sebab di dalam, kami hanya meraba-raba dasar sungai. Kami tidak tahu bahaya apa yang akan datang. Itu sebabnya kami wajib membuat perkiraan sebelum menyelam,” jelasnya.

Berbekal kompresor dan selang oksigen, Asmadi memberanikan diri menyelam hingga ke dasar Sungai Musi. Sesampainya di dasar, dia mengarahkan selang ke berbagai arah agar pasir bisa tersedot naik ke kapal. Hal ini dilakukan untuk mengeruk dasar sungai mencari benda berharga.

Baca juga: Mangkrak karena Dikorupsi, Masjid Sriwijaya Jadi Hunian Ular dan Babi

Asmadi harus bertahan di dasar sungai Musi hingga dua jam dengan berbagai risiko, mulai dari suhu dingin hingga pendarahan. Pada awal melakukan penyelaman dia diajarkan untuk menciptakan kondisi di dalam sungai. Bukan melihat kondisi yang ada.

Bagi Asmadi, risiko menyelam berbanding lurus dengan hasil harta karun yang didapatkan. Jika sedang beruntung, kelompok selamnya bisa mendapatkan emas berbentuk perhiasan yang harganya mencapai jutaan rupiah. Akan tetapi jika sedang tidak beruntung, dia hanya mendapatkan koin kuno atau keramik yang harga jualnya tidak terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya