SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan (Rachman/JIBI/Bisnis)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Bagi pekerja dengan penghasilan kisaran upah minimum kota atau UMK di Solo, pilihan untuk membeli rumah sangat terbatas. Hanya ada dua opsi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pertama membeli rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah subsidi di wilayah satelit Kota Solo dan kedua, membeli tanah kosong di daerah perbatasan dengan harga yang kian bersaing.

Perumahan subsidi di Kota Solo terakhir dibangun pada 2017. Praktis opsi untuk membeli rumah subsidi harus beralih ke daerah satelit seperti Kartasura (Sukoharjo) atau Ngemplak (Boyolali).

Tetapi pilihan tersebut tidak serta merta membuat rumah subsidi menjadi primadona kalangan pekerja bergaji UMK di Solo. Selain jarak, ada faktor lain seperti kualitas bangunan hingga sarana dan prasarana yang dianggap masih sangat minim di perumahan subsidi.

Wiko, pegawai bank yang saat ini mengontrak rumah di daerah Jebres, Kota Solo, menceritakan perjuangannya berburu rumah murah di daerah Gentan, Kabupaten Sukoharjo, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Dilema Pekerja Solo Bergaji UMK: Cari Rumah dalam Kota Sulit, Luar Kota Jauh

Tergiur harga yang terjangkau dengan tenor kredit pemilikan rumah (KPR) yang panjang, pemuda 27 tahun asal Semarang yang masih lajang itu mengecek rumah subsidi yang ditawarkan di wilayah satelit tersebut. Namun, ia kemudian urung membeli setelah melihat kualitas bangunannya.

“Awalnya tergiur buat beli di daerah Gentan ada rumah MBR yang dibangun tahun 2019, harganya sekitar Rp80 juta dengan tipe 36. Uang mukanya juga kecil, cuma Rp15 juta dan tenor 15 tahun. Cicilan per bulannya sekitar Rp800.000. Tapi setelah lihat salah satu bangunannya yang sudah jadi, enggak jadi beli,” ungkapnya saat diwawancarai Solopos.com, Sabtu (21/8/2022).

Kualitas Hunian

Wiko menyebut kualitas hunian yang ditawarkan di perumahan subsidi sangat kurang. Ia mencontohkan kualitas lantai dan pipa saluran yang digunakan. Pekerja di Solo itu menyebut lantai rumah yang diminatinya tersebut bahkan pecah ketika terkena panas.

“Jadi pas lihat rumahnya, kami masuk ke dalam, tiba-tiba ada bunyi kencang mirip piring pecah, saya kira ada yang berantem, ternyata lantai depan rumah pecah karena kena panas. Terus pipa salurannya juga sudah ada yang berlubang, jadi kualitasnya sangat kurang,” ungkap Wiko.

Baca Juga: Intip The Nyaman Riverside, Kompleks Perumahan Terakhir yang Dibangun di Solo

Kisah perburuan rumah subsidi yang tak sesuai harapan juga diungkapkan Aditya, 32, karyawan perhotelan yang sudah lebih dari empat tahun tinggal di Kota Solo. Keinginan memboyong keluarganya dari Purwodadi, Grobogan, menjadi alasan ia sempat terpikat rumah subsidi di kawasan Mojosongo, Jebres, Solo.

Namun, karena unit yang terbatas, membuatnya gagal membeli rumah tersebut. “Unitnya waktu itu 50-an rumah dan kebetulan ada yang batal beli sebanyak empat orang. Pas berminat ternyata saingannya banyak, akhirnya tidak terbeli. Padahal sudah siap untuk bayar uang muka, belum rezekinya mungkin,” ucapnya.

rumah subsidi di Semarang keluarga di Sukoharjo belum punya rumah Perumahan bersubsidi di Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (23/9/2020). (Solopos-Candra Mantovani) KPR subsidi pekerja solo
Ilustrasi rumah subsidi. (Solopos-Candra Mantovani)

Pengalaman pekerja di Solo berebut rumah juga dialami Nurpratiwi, 29, yang sempat terpikat dengan perumahan di daerah Ngipang, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Perempuan asal Cirebon yang bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Solo itu sempat optimistis mendapatkan rumah tersebut.

Baca Juga: Harga Perumahan di Wonogiri Masih Ada yang Murah Meriah Lo

Apalagi lokasinya yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Boyolali, membuatnya yakin tidak banyak peminat perumahan tersebut. Namun, perkiraannya salah. Ketika rumah dengan tipe 36 dengan luas tanah 50 meter persegi tersebut dipasarkan, hanya hitungan pekan, perumahan tersebut sudah habis terjual.

Persaingan Ketat

“Waktu itu harganya sekitar Rp100 juta, luasnya lumayan bahannya juga bagus, karena waktu itu mikirnya dekat perbatasan bakalan lama lakunya. Sambil ngumpulin duit, pas ke sana sudah laku semua total 15 unit kalau tidak salah,” ulas perempuan yang masih lajang dan tinggal di Pucangsawit, Solo, tersebut.

Menurut Nurpratiwi, selain harga yang murah, ia juga mempertimbangkan aspek kualitas dari rumah subsidi yang dibeli. Pekerja di Solo itu juga sempat melihat salah satu rumah di daerah Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, yang secara kualitas menurutnya tidak layak.

“Memang ana rega ada rupa istilahnya, tapi kalau kualitasnya terlalu jelek ya eman, karena rumah juga investasi jangka panjang jadi harus benar-benar bagus. Dulu sempat tertarik sama yang di Kartasura, cuma begitu lihat kondisi catnya udah mengelupas pipa sudah ada yang pecah padahal baru selesai dibangun, ya tidak jadi, meskipun harganya murah sekitar Rp76 juta tahun 2019,” ceritanya.

Baca Juga: Cerita Developer Boyolali Bangun Tegalan jadi Rumah Subsidi Kekinian

Seperti diberitakan sebelumnya, saat ini semakin sulit bagi warga maupun pekerja di Kota Bengawan untuk memiliki rumah di dalam kota. Selain harganya yang mahal karena harga tanahnya juga tinggi, ketersediaan lahan juga hampir tidak ada lagi.

Jangankan untuk membangun perumahan subsidi yang harganya terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), untuk rumah komersial saja sekarang sangat sulit untuk membangun di Solo.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, dalam lima tahun terakhir, tepatnya sejak 2017 lalu, hanya dua kompleks perumahan yang dibangun di Kota Solo. Kali terakhir perumahan dibangun sekitar 2019 dengan jumlah 40-an unit di wilayah Mojosongo, Jebres.



Mau tidak mau mereka harus beralih ke kawasan satelit Solo seperti Kartasura dan Gentan (Sukoharjo), Ngemplak (Boyolali), atau Wonorejo (Karanganyar). Konsekuensinya mereka harus menempuh perjalanan lebih jauh dari rumah menuju lokasi kerja di dalam Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya