SOLOPOS.COM - Pawang buaya, Suparyanto, memandikan buaya di Jurug Solo Zoo. (Solopos-Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo memiliki beragam jenis koleksi satwa. Berbagai jenis satwa dari yang jinak hingga buas seperti harimau, beruang, dan buaya, bisa dilihat di kebun binatang kebanggaan wong Solo.

Semua hewan tersebut memiliki pawang. Peran pawang atau keeper satwa sangat penting. Mereka menjadi sosok yang sering berinteraksi secara langsung dan bertanggung jawab merawat satwa. Mereka juga berkewajiban membersihkan kandang dan memberikan makanan kepada hewan yang dirawat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Beberapa pawang terlihat membersihkan kandang hewan, Kamis (4/7/2019) sekitar pukul 09.00 WIB. Selain membersihkan kandang, mereka juga tampak sedang memandikan satwa yang dirawat di lembaga konservasi satwa terbesar di Solo tersebut.

Uniknya, tidak sekadar memberikan makan dan membersihkan, para pawang memiliki cara tersendiri untuk berinteraksi dengan satwa yang mereka urus di Jurug Solo Zoo. Seperti Suparyanto, 55, yang menjadi pawang buaya dan angsa. Dia memperlakukan satwa tersebut layaknya anaknya sendiri.

Hal itu terlihat ketika Suparyanto memberi makan angsa di danau Jurug Solo Zoo. Suparyanto memanggil para angsa menggunakan suara unik. Kawanan angsa yang sebelumnya berenang di tengah danau menepi menuju tempat Suparyanto berada.

Setelah memberi makan para angsa, Suparyanto melanjutkan aktivitasnya memandikan buaya muara. Buaya muara yang sudah berumur satu tahun tersebut digendongnya tanpa rasa takut. Lucunya, ketika buaya tersebut mencoba memberontak, dia menegur buaya itu seperti seorang ayah menegur anaknya.

Suparyanto mengatakan menjadi pawang harus memiliki keberanian untuk berinteraksi dengan para satwa tak terkecuali yang buas. Menurutnya, satwa tersebut bisa merasakan perlakuan manusia.

“Khusus buaya memang saya yang bertugas menjadi pawang. Rasa takut ada saat berada di luar kandang. Tapi setelah masuk kandang, rasa takut itu malah hilang. Saya awalnya hanya berani mendekat dengan jarak lima meter saja. Perlahan-lahan saya mendekati buaya itu, ternyata tidak apa-apa. Sekarang saya kalau membersihkan kandang buaya ya langsung turun bersih-bersih di dekat mereka,” bebernya.

Suparyanto menambahkan semua orang sebenarnya bisa menjadi pawang hewan. Seorang pawang hanya butuh keberanian dan kasih sayang. Sehingga, satwa juga akan memperlakukan pawang dengan baik.

“Sebenarnya semua orang bisa menjadi pawang. Karena saat terbiasa berinteraksi dengan satwa, rasa sayang kepada hewan akan muncul. Itu yang saya percayai,” kata dia.

Manajer Pemasaran Jurug Solo Zoo, Nonot Harwanto, mengatakan pawang di TSTJ Solo harus memiliki karakter penyayang binatang. Sebab, ketika menjalani profesi tersebut seseorang akan terus berinteraksi dengan satwa. Dengan menjadi penyayang binatang, pawang akan mudah menjalani pekerjaannya.

“Sama halnya dengan manusia. Hewan juga butuh diperlakukan dengan baik dan diajak berinteraksi. Memang kami memberikan syarat para pawang minimal adalah orang yang memiliki sifat penyayang binatang. Kalau bukan seorang penyayang binatang, untuk melakukan interaksi akan sulit nantinya. Karena satwa juga punya perasaan,” terang Nonot Harwanto. (Candra Mantovani/Solopos).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya