SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terus menjadi bahan gunjingan. Sistem baru tersebut memakan korban, kali ini berasal dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bocah bernama Muhammad Pasha Pratama, 12, itu gagal mendapat sekolah karena ditolah oleh sekolah di daerah zonasinya.

Muhammad Pasha Pratama yang merupakan warga Bulu RT 005/RW 014 Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul itu terancam putus sekolah. Bocah yang berasal dari keluarga miskin itu terpental dari SMP N 2 Karangmojo akibat peraturan zonasi PPDB.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Pasha tidak bisa memilih menjadi siswa SMP swasta atau bersekolah di tempat lain karena kakek dan neneknya tak punya biaya. Padahal, dia sudah mantap ingin melanjutkan sekolah di SMP. Dia juga sudah membeli peralatan sekolah dan seragam dengan menjual kambing kesayangan sang nenek.

Sayangnya, Pasha terdepak dari sekolah terdekat di zonasinya karena rumah sang nenek tidak terdeteksi di GPS. Dia tidak diterima di SMP N 2 Karangmojo yang berjarak dua kilometer dari rumah. Itu adalah SMP yang paling dekat dengan rumahnya, sehingga tidak perlu biaya transportasi.

Kisah tragis yang dialami Pasha membuat netizen prihatin. Sejumlah followers di fanpage Solopos.com memberikan beragam komentar terkait nasib buruk Pasha, Sabtu (13/7/2019). Sebagian netizen menilai sistem zonasi membuat banyak orang emosi, sehingga perlu dikaji ulang.

“Sama, anakku peringkat I USBN juga gagal total karena zonasi. Sabar, semua ada hikmahnya, dik,” komentar Siti Lestari.

“Mohon pakar yang menentukan zonasi tolong dikaju ulang supaya tidak merugikan rakyat yang daerahnya tak terjangkau zonasi,” Agustina Sri Paningsih.

“Lama-lama anak pada depresi dan bisa jadi enggak mau sekolah karena sistemnya kayak gini,” imbuh Noer Baithy.

Beruntung, kasus yang dialami Pasha langsung direspons Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY. ORI bahkan terjun langsung menjenguk Pasha di rumahnya.

Kepala ORI DIY Budhi Masturi mengungkapkan, selepas adanya kabar tersebut, pihaknya lantas menerjunkan tim untuk melakukan verifikasi ke lapangan. Menurutnya, masalah yang dialami Pasha ini tidak boleh dibiarkan lantaran akan berdampak besar terhadap masa depan anak tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya