SOLOPOS.COM - Wakidi. (Solopos.com/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Baru beberapa bulan setelah lulus dari pendidikan tentara, tugas berat harus diemban oleh Wakidi pada 1960, dan menjadi awal kisah pahlawan miliknya. Saat itu, warga Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah itu masih berusia 21 tahun dengan pangkat prada.

Tugas berat pertama Wakidi ialah berperang melawan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di wilayah Padang, Sumatra Barat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Namanya menghadapi kawan sendiri jelas lebih berat. Mereka ini musuh dalam selimut. Siang jadi kawan, malam bisa jadi musuh. Kalau yang dihadapi adalah Belanda, lebih jelas musuhnya,” ujar Wakidi yang kini berusia 87 tahun saat ditemui Solopos.com di Kantor Pepabri Sragen, Selasa (10/11/2020).

Saat berperang mengadapi pemberontak itu, Wakidi tergabung dalam rombongan pasukan yang tengah patroli. Saat melewati jalan di dekat sungai, tiba-tiba mereka diberondong peluru dari atas bukit.

Ternyata, keberadaan mereka sudah diintai oleh pasukan PRRI dari atas bukit. Lima orang kawan Wakidi gugur dalam pertempuran itu. Wakidi sendiri selamat setelah bersembunyi di balik batu besar bersama beberapa temannya.

“Kami tidak memberi perlawanan karena posisi kami tidak menguntungkan. Kami berada di bawah, sementara musuh mengintai dari atas tebing. Alhamdulillah, atas kehendak Allah, saya selamat dari berondongan peluru itu,” papar Wakidi.

Operasi Trikora

Sang pahlawan yang kini menjadi warga Sragen itu juga memaparkan kisah saat terjun dalam Operasi Trikora untuk membaskan Irian Barat pada 1962. Ia mengaku menjadi satu-satunya tentara asal Sragen yang terjun dalam operasi tersebut.

Angkut Mesin Pabrik 20 Ton, Truk Longbed Nyangkut di Rel KA Wonosari Klaten

Beruntung bagi dia karena perundingan antara Indonesia dan Belanda sudah membuahkan hasil. Irian Barat pada akhirnya bergabung dengan NKRI.

“Enam bulan saya di [Pulau] Seram untuk persiapan perang menghadapi Belanda. Tapi, perundingan antara Indonesia yang diwakili Pak Soebandrio membuahkan hasil. Akhirnya, kami tidak jadi berperang. Pasukan akhirnya ditarik mundur ke Makassar,” kenang Wakidi.

Angkut Mesin Pabrik 20 Ton, Truk Longbed Nyangkut di Rel KA Wonosari Klaten

Meski batal berperang melawan Belanda dalam operasi pembebasan Irian Barat, Wakidi tetap diganjar penghargaan sebagai veteran pembela kemerdekaan. Ia beruntung di usianya yang menginjak 87 tahun masih bisa menerima insentif dari pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya