SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS. (freepik)

Solopos.com, BOYOLALI – Bak disambar peting di siang bolong, itulah pepatah yang menggambarkan perasaan Y saat tau dirinya divonis menderita HIV atau Human Immunodeficiency Virus di RSUD Pandan Arang Boyolali, pada Desember 2018.

Laki-laki tersebut tak pernah menyangka HIV akan terdeteksi dalam tubuhnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Sebelumnya, setelah lebaran 2018 itu saya sering sakit-sakitan. Jadi keluar masuk rumah sakit, sampai di-rontgen, diperiksa semua dan hasilnya normal. Awalnya keluhan saya diare, saya kira normal karena habis Lebaran, tapi kok enggak sembuh-sembuh sampai saya kurus kering,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (30/11/2022).

Tak hanya diare parah, Y juga mengungkapkan perut di bagian kirinya sangat sakit. Sehingga dia berkali-kali opname di rumah sakit.

Merasa tak kunjung sembuh dan selalu mengganggu pekerjaannya, atas saran dokter, Y mengambil tes HIV.

Baca juga: Orang dengan HIV/AIDS di Boyolali Tambah 88, Ada 13 yang Belum Mau Berobat

“Waktu itu saya rasanya shock, sedih, enggak percaya, dan menangis. Saya juga minta maaf ke istri dan istri memaafkan. Walau pun begitu, sempat mikir hidup ini buat apa dengan adanya HIV,” jelasnya.

Tak ingin berlarut dalam kesedihan, beberapa bulan setelah itu dia bangkit dari keterpurukan. Dirinya tetap rutin untuk menjalankan berobat sambil bekerja untuk menghidupi istri dan anaknya.

Ia mengungkapkan semua ODHA dapat bertahan dengan baik karena dukungan keluarga. Dirinya sendiri juga mampu bertahan karena sang istri mendukungnya.

Tak hanya dukungan keluarga, setahun setelah divonis menjadi ODHA, Y bergabung dengan kelompok dukungan sebaya (KDS) Merbabu yang isinya orang yang senasib dengannya.

Dalam KDS tersebut, anggota saling menguatkan dan memotivasi untuk berobat setiap bulannya. Walaupun sudah menerima dirinya sebagai ODHA, Y tetap memilih untuk merahasiakan penyakit yang ia derita kecuali pada istrinya.

Baca juga: Dekat Perkotaan, Kasus HIV/AIDS Sukoharjo Terbanyak dari Kecamatan Grogol

“Yang tahu saya positif hanya istri. Beberapa ODHA juga yang tahu hanya keluarga dekat. Teman di kerjaan juga tidak tahu, bahkan lebih baik seperti itu,” ujarnya.

Y menceritakan salah satu ODHA ada yang diberhentikan saat perusahaan tahu dia seorang ODHA. Namun, jelas Y, pemberhentian tak langsung serta merta, akan tetapi pemberhentian secara halus.

Ia menceritakan awalnya perusahaan mempersilakan ODHA tersebut untuk berobat hingga sembuh dan dijanjikan akan diberikan fasilitas. Namun, lama kelamaan fasilitas tersebut dicabut dan akhirnya diberhentikan.

“Ya lebih baik disembunyikan dulu, kadang masyarakat kan belum tahu terkait HIV/Aids. Yang belum tahu begitu biasanya malah mudah mendiskriminasi dan memberikan stigma,” kata dia.

Baca juga: 25 ODHA Terima Bantuan Kewirausahaan dari Kemensos, KPA Solo: Biar Mandiri

Perlakuan Istimewa

Namun, tak semuanya mendapatkan diskriminasi. Y menceritakan anak dengan HIV/Aids (ADHA) justru mendapatkan perlakuan yang istimewa dari sekolah mereka. Bahkan, guru-guru dan teman-temannya juga sudah mengetahui keadaan anak tersebut.

Ia mencontohkan beberapa privilese yang didapatkan ADHA yakni, biasanya jika sang anak tidak masuk maka guru tidak akan mencari karena mengerti kemungkinan sedang berobat. Di KDS Merbabu, ia mengungkapkan ada 20 ADHA.

“Bahkan kalau masuknya [absen] terlalu lama, guru juga kangen, sampai anaknya itu diciumi dan dipeluk karena tidak masuk lama,” kata dia.

Ia mengungkapkan bagi masyarakat yang paham jika HIV/Aids tidak mudah menular maka diskriminasi tidak akan terjadi. Y menegaskan HIV/Aids memang menular akan tetapi tidak mudah ditularkan.

Baca juga: Peroleh Bantuan dari Kemensos, ODHA di Klaten Ini Ingin Serius Beternak Bebek

Akses Berobat

Y menilai akses berobat ODHA dan ADHA di Boyolali sudah sangat bagus. Ada 11 Puskesmas dan tiga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menjadi tempat perawatan dan dukungan pengobatan (PDP) bagi dirinya dan obat antiretroviral (ARV) dapat didapatkan gratis.



Akan tetapi, untuk berobat di RSUD ada tarif retribusi sendiri sehingga ODHA dan ADHA harus membayar ketika datang ke sana.

“Di RSUD Pandan Arang sendiri ada retribusi Rp68.000 per orang dalam sekali datang. Kadang itu yang memberatkan, karena ada yang berobat enggak hanya satu orang, misal ibu, anak, dan ayah. Kan jadi dikali tiga. Sebelum 1 Juni 2022 retribusinya Rp27.000, di rumah sakit lain mungkin beda,” kata dia.

Lebih lanjut, Y menjelaskan jika berobat ke Puskesmas gratis. Hanya, akan diminta membayar sebesar Rp5.000 per orang saat pertama kali berobat, selanjutnya gratis.

Baca juga: 21 PNS dan 12 Pelajar di Klaten Terinfeksi HIV/AIDS sejak 2007 hingga Juni 2022

Selain itu, kendala yang dihadapi adalah ada beberapa ODHA yang malas untuk berobat setiap bulannya. Namun, hal tersebut coba diatasi dengan saling memberikan dukungan lewat KDS Merbabu Boyolali.

“Harapan saya di Hari Aids Sedunia ini adalah sesuai target pemerintah yaitu pada 2030 three zero, yaitu nol diskriminasi dan stigma, nol kematian akibat HIV/Aids, dan nol infeksi baru,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, sejak Januari hingga Oktober 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat ada 88 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) baru. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13 orang belum mau memulai pengobatan.

“Jadi rinciannya 75 ODHA baru sudah memulai pengobatan ARV [antiretroviral], ada delapan yang meninggal, kemudian 13 belum memulai pengobatan. Yang menolak pengobatan ada juga bagian dari yang meninggal,” ujar Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, dalam acara Peringatan Hari Aids Sedunia 2022 Kabupaten Boyolali di Gedung Panti Marhaen, Kamis (1/12/2022).

Baca juga: Hoaks! HIV Menular Lewat Gigitan Nyamuk

Puji mengungkapkan Dinkes Boyolali masih berjuang agar yang tidak mau menjalani pengobatan untuk mau berobat. Ia mengungkapkan dengan obat, setidaknya virus HIV/Aids dapat dorman atau tidak menjadi lebih serius.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan secara akumulatif ODHA di Boyolali hingga Oktober ada 572 ODHA. Sebanyak 394 dari 572 ODHA atau 68,88 persen sudah minum ARV.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya