SOLOPOS.COM - Nyoto, 73, nelayan pertama di Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Rabu (31/8/2022). Ia mencari ikan di aliran sungai yang bermuara ke Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri sejak 1977. (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Nyoto, 73, warga Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, mengklaim menjadi nelayan pertama di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Sebelum WGM Wonogiri dibangun, Nyoto bekerja sebagai seorang petani.

Sebelum WGM dibangun pada 1976, Nyoto mulanya berprofesi sebagai petani di lahan miliknya seluas dua hektare. Setahun berselang, yakni tahun 1977, ia memutuskan beralih pekerjaan dari petani ke nelayan. Hal itu berbarengan dengan tergenangnya lahan pertanian yang biasa digarap Nyoto.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di era 1970-an, volume air di WGM Wonogiri belum banyak seperti sekarang. Nyoto nekat ingin menjadi seorang nelayan.

Bermodal ban karet dan jala, Nyoto menyusuri sejumlah sungai di sekitar rumahnya yang bermuara ke WGM Wonogiri. Saat air mulai tinggi, ban karet itu diganti menjadi rakit. Dari jala kecil diubah menjadi jaring besar. Seluruh peralatan mencari ikan itu ia buat sendiri.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam sehari, Nyoto bisa memperoleh ikan seberat 25 kg. Jumlah sebanyak itu berbanding terbalik dengan kondisi sekarang, yakni hanya 5-10 kg tiap kali menjaring.

Baca Juga: Kurang Tidur, Banyak Nelayan di Wuryantoro Wonogiri Idap Hipertensi

“Saya yang pertama kali jadi nelayan di sini. Ikan-ikannya dulu sudah banyak. Mulai dari lele, gabus, tawes. Masih alami, belum ada pembenihan seperti sekarang,” kisah Nyoto kepada Solopos.com, Rabu (31/8/2022).

Kendati memperoleh banyak ikan, di zaman dahulu Nyoto terkendala sulitnya memasarkan ikan. Saat itu, tak ada tempat pendaratan ikan (TPI). Ikan hasil tangkapannya dijual secara berkeliling.

“Biasanya orang rumah [anggota keluarga] yang mengurus. Bisa berkeliling ke perkampungan warga dan menawarkan ikan ke bakul-bakul luar kota. Setelah punya relasi dari Solo, bakul dari Solo itu mengambil ke rumah dengan naik bus,” ucapnya.

Langkah Nyoto memutuskan menjadi seorang nelayan pertama di Wuryantoro ternyata diikuti oleh warga lain. Beberapa orang bahkan belajar menjadi nelayan darinya.

Baca Juga: Gulma Tumbuh Subur di WGM Wonogiri, Ini Dampaknya

Setidaknya ada tiga hingga empat nelayan yang Nyoto ajari menangkap ikan. Ada yang bertahan sampai sekarang, ada pula yang tak tahan menjadi nelayan.

Aktivitas sebagai seorang nelayan masih dilakukan Nyoto hingga sekarang. Saat ini, usianya sudah menginjak 73 tahun. Meski tua, Nyoto mengaku tak bisa berdiam diri di rumah saja.

“Saya suka pusing kalau enggak ngapa-apain. Soalnya saya sudah biasa berangkat pagi, habis Subuh, mengambil hasil tangkapan ikan. Setelah diambil, saya menggarap sawah sampai siang. Sorenya pergi ke waduk lagi memasang jaring,” katanya.

sebagai nelayan pertama di WGM Wonogiri, Nyoto baru menggunakan perahu mesin sejak awal 2022. Di waktu sebelumnya, dia hanya mengandalkan rakit dan perahu dayung saat mencari ikan.

Baca Juga: Lestarikan Ekosistem! 100.000 Benih Ikan Ditebar di WGM Wonogiri

“Transportasi menangkap ikan dulu berbeda dengan sekarang. Kalau sekarang, rata-rata sudah menggunakan perahu mesin,” katanya.

Istri Nyoto, yakni Suripmi, 70, mengakui bahwa suaminya ialah orang pertama yang menjadi nelayan di WGM. Ia turut menyaksikan, jumlah nelayan bertambah sementara jumlah ikan berkurang dari tahun ke tahun.

“Hasil tangkapan ikan habis untuk beli rokok, pendidikan anak-anak, dan makan sekeluarga. Ini saja yang memperbaiki rumah anak-anak. Bukan saya atau Mbah Nyoto,” kata Suripmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya