SOLOPOS.COM - Nelayan Pantai Gesing. (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Nelayan di Pantai Gesing, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, kini tengah bersuka hati. Laut memberikan panen ikan pari. Setiap hari, mereka pun giat menyiapkan alat pancing untuk menangkap pari. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja Kusnul Isti Qomah.

Semilir angin menggoyangkan dedaunan di Pantai Gesing, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang. Kapal-kapal terparkir dengan rapi di bibir pantai. Tumpukan jaring teronggok di salah satu pojok pantai. Tampak, dua orang nelayan mencoba merapikan jaring tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seiring dengan dentuman ombak yang menerjang karang, pandangan tertuju pada aktivitas beberapa nelayan di bagian pantai yang lebih dalam. Mereka tampak sibuk mengurai mata pancing. Salah satu nelayan, Sadi duduk bersila menghadap ke arah pantai.

Ia memilih tempat yang teduh di bawah naungan pohon waru. Dengan telaten, ia menata sebuah alat yang disebut pancing senggol. Satu demi satu, mata pancing ia masukkan dalam jepet. Jika ada mata pancing yang bengkok, ia pun membenarkannya sendiri.

“Ini pancing yang digunakan untuk memacing ikan pari. Sekarang sedang musim,” ujar dia, Selasa (23/9/2014).

Pancing senggol tersebut terdiri dari mata pancing, tali tampar, dan tumbun atau pelampung dari busa. Semua itu dirangkai dalam satu jepet. Satu jepet terdiri dari 100 mata pancing. Para nelayan itu tidak membuatnya sendiri. Mereka membeli dari Cirebon.

“Harganya antara Rp90.000 hingga Rp100.000,” imbuh dia.

Nelayan lain, Suparmo mengatakan, setiap kali melaut, nelayan tak cukup membawa satu atau dua jepet pancing senggol. Biasanya, mereka membawa 60 hingga 70 jepet pancing senggol. Setiap jepet pancing senggol, lanjut dia, memiliki panjang sekitar 30 meter.

“Kami memasangnya pagi pukul 09.00 WIB dan diambil keesokan hari,” ujar dia.

Kegiatan nelayan tak berhenti di situ. Usai mengangkat pancing, mereka tetap harus merapikan pancing yang menjadi seperti benang kusut. Dengan sabar, mereka mengurai kekusutan tersebut. Kadang, tak cukup satu hari untuk merapikan pancingnya.

Untuk menyiasatinya, ketika hendak mengambil pancing yang sudah dipasang, nelayan sekalian membawa pancing yang akan dipasang. Alasannya, agar kerja menjadi efektif. Tak mengapa mereka harus bekerja non setop. Menjadi nelayan sudah menjadi pilihan.

“Hasilnya lumayan. Setiap nelayan bisa mendapatkan satu hingga dua kuintal ikan pari. Setiap kilogram dijual dengan harga Rp20.000,” ujar dia.

Para nelayan biasanya mencari ikan pari di perairan yang masih dekat dengan daratan. Jaraknya sekitar dua kilometer dari tepi pantai. Ikan pari mulai didapati ketika memasuki September. “Mungkin sampai Oktober masih ada,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya