SOLOPOS.COM - Nareswari, petugas pengibar bendera dalam upacara HUT ke-69 Kemerdekaan RI di Gedung Agung Jogja. (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Ditunjuk sebagai pengibar bendera pada upacara kemerdekaan RI hanya berselang beberapa jam sebelum detik- detik proklamasi, bukan menjadikannya beban. Adalah Nareswari, siswi kelas 11 SMA Negeri 3 Jogja, si pengibar bendera di gedung Agung pada 17 Agustus itu. Berikut kisahnya yang dilaporkan wartawan Harianjogja.com, Andreas Tri Pamungkas.

Ditemui usai ramah tamah antar seluruh Pasukan Pegibar Bendera (Paskibraka) se-DIY di Bangsal Kepatihan, Ais, nama panggilan akrabnya menceritakan penunjukan pengibar bendera itu baru diputuskan sekitar pukul 08.00 WIB. Konsekuensi itu telah diumumkan oleh pelatih, bahwa pengibar bendera baru ditentukan pada hari itu juga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama masa karantina dari 2 Agustus, menurut wanita kelahiran 21 Juni 1998 itu, semua yang lolos Paskibraka di tingkat DIY diminta untuk mencoba membawa baki Sang Merah Putih. Lalu kemudian ada beberapa tahap yang harus dilalui nominasi calon pembawa baki, tapi sampai sehari sebelumnya pelatih belum mengumumkannya.

Mendengar namanya diumumkan pada hari H, ia mengaku tidak merasa kaget. “Karena semua harus siap menerima tanggung jawab, sehingga bukanlagi beban tapi tanggung jawab untuk bisa menjalankan tugas dengan baik,” ujar.

Bertugas dengan siapapun saat mengibarkan bendera, Ais mengatakan itu tak menjadi soal. Kekompakan antar anggota telah ditanamkan sejak awal di karantina. Pelatih mengajarkan anggota paskib adalah sebuah keluarga. Kebersamaan itu baginya membuat program karantina yang berat terasa ringan.

Proses karantina dijalami Ais bersama seluruh anggota Paskib sekak 2 Agustus di Pondok Pemuda, Ambarbinangun. Rutinitas dilakukan sejak subuh hingga petang, bahkan malam.

“Bangun jam empat pagi lalu menjalankan ibadah, lalu olah raga pagi. Sementara latihan baris- berbaris dari pukul tujuh sampai selesai,” katanya.

Hukuman berupa push up, kadang dialamatkan kepada mereka yang melakukan kesalahan. Namun menurutnya sanksi itu justru membantu anggota untuk teratur dalam baris- berbaris, meski sanksi fisik itu menimbulkan bekas di bagian tubuh.

Soal menjaga kesehatan, Ais mengatakan, menu makanan ketat sudah diatur oleh pelatih dengan menjaga lima sehat empat sempurna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya