SOLOPOS.COM - Lokasi proyek tol Semarang-Batang yang melintasi Masjid Jami Baitul Mustaghfirin di Kampung Brigin Kulon, Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Selasa (27/3/2018). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Kisah misteri kali ini datang dari sekitar lokasi proyek tol Semarang-Batang, Kecamatan Ngaliyan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pembangunan ruas jalan tol Semarang-Batang di Kampung Bringin Kulon, Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, rupanya menyimpan segudang kisah misteri.
Salah satunya, terkait fenomena banyaknya warga yang meninggal di wilayah itu semenjak proyek tol itu dimulai medio 2017.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah seorang warga RT 003/RW 009 Kampung Bringin Kulon, Suratinah, menyebutkan semenjak proyek jalan tol Semarang-Batang dibangun melintasi kampungnya, banyak fenomena orang meninggal dunia. Kebanyakan, warga mengalami kematian secara misterius.

“Banyak [yang meninggal dunia] sejak pembangunan tol berjalan. Tahun ini saja sudah ada empat orang. Terakhir anak saya, yang meninggal karena kecelakaan pada 7 Maret kemarin,” ujar Suratinah saat dijumpai wartawan di lokasi pembangunan tol Semarang-Batang, Ngaliyan, Selasa (27/3/2018).

Suratinah mengatakan dari sekian banyak orang yang mengalami kematian hanya anaknya yang terlibat insiden. Sementara, sisanya mati secara mendadak tanpa diketahui penyebabnya.

“Seperti Pak Bandi, beliau meninggal Februari lalu. Enggak tahu apa penyebabnya, wong seusai menjemput anaknya sekolah. Habis itu, ada Pak Jufri yang meninggal seusai adzan,” terang Suratinah.

Senada juga diungkapkan warga lain Bringin Kulon, Nur Kosim. Pria yang juga menjadi pengurus Masjid Jami Baitul Mustaghfirin itu menyatakan semenjak pembangunan jalan tol itu sudah ada sembilan orang yang meninggal.
“Meninggalnya juga aneh, karena sebelumnya enggak menderita penyakit apa-apa,” tutur Kosim.

Musibah beruntun yang terjadi itu pun membuat warga Kampung Bringin Kulon menggelar pengajian tolak bala atau istigasah. Pengajian itu digelar di Masjid Jami Baitul Mustaghfirin yang sebentar lagi akan dirobohkan karena terdampak proyek tol Semarang-Batang pada Jumat (23/3/2018).

“Ya pengajian itu sebagai tolak bala agar musibah tidak lagi terjadi di kampung kami. Soalnya dulu sebelum proyek tol berjalan belum pernah ada pengajian atau syukuran baik dari pihak pengelola atau warga,” ungkap Kosim.

Kosim menambahkan musibah yang dialami warga Kampung Brigin bisa jadi dikarenakan proyek tersebut dibangun melintas di beberapa tempat keramat yang ada di kampung tersebut. Salah satu lokasi yang dianggap keramat itu tak lain adalah Sungai Cibebek.

“Di sungai itu memang kerap terjadi kejadian aneh. Seperti ada ular besar, bebek, padahal enggak ada warga sekitar yang memelihara bebek,” tutur Kosim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya