SOLOPOS.COM - Pohon randu alas tumbuh di dekat jembatan lama Nambangan, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Jumat (18/12/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI – Bagi orang yang sering atau pernah ke Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri melalui jembatan lama Nambangan di antara Dusun Nambangan dan Ngepos pasti sudah mengetahui dua pohon randu alas yang tumbuh di dekat jembatan.

Kedua pohon yang terletak di permakaman itu berukuran sangat besar dan tinggi. Pohon tersebut diyakini ada sejak zaman penjajahan Belanda, jauh sebelum jembatan lama Nambangan dibangun. Itu sebabnya warga di Desa Nambangan, Selogiri, Wonogiri, menganggap kedua pohon randu alas itu sudah menjadi bagian dari perkembangan wilayah setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga sekitar, Sukirman, saat ditemui Solopos.com di tempat usaha penjualan kayu miliknya, Jumat (18/12/2020), mengatakan tidak ada warga yang tahu kapan pohon tersebut tumbuh. Saat lingkungan mulai ditempati warga, pohon itu sudah ada.

Sendirian di Rumah, Gadis di Sragen Ini Dijaga Warga Satu RT 24 Jam/Hari

Dia menduga dua pohon yang sudah jarang ditemukan di wilayah lain tersebut ada sejak zaman penjajahan Belanda. Artinya, usia pohon randu alas di Desa Nambangan, Selogiri, Wonogiri itu sudah lebih dari 100 tahun.

Sukirman menyebut kedua pohon itu bukan sembarang pohon. Warga meyakini meyakini pohon dihuni sejumlah “penunggu” tak kasat mata. Kendati demikian “penunggu” pohon itu selama ini tidak pernah mengganggu warga.

Cabang pohon tersebut banyak yang tumbuh melintang di atas jalan. Hingga saat ini belum pernah ada pengguna jalan atau warga yang tertimpa cabang pohon yang patah.

Dahulu ada cabang pohon yang patah lalu menimpa jembatan lama. Jembatan rusak, tetapi tidak ada yang menjadi korban.

Nakes Wisma Atlet Diduga Mesum Sesama Jenis dengan Pasien Covid-19 Diperiksa

Penunggu

“Penunggu” hanya akan menunjukkan sesuatu jika ada bagian dari pohon randu alas di Desa Nambangan, Selogiri, itu diambil orang. Sukirman menceritakan, dahulu tetangganya pernah mengambil tanaman bunga anggrek yang menempel di pohon randu alas. Lalu tanaman itu ditanam di dekat rumahnya. Tak lama kemudian anak-anaknya dan anak-anak tetangganya tersebut tak bisa tidur karena badan panas.

“Setelah bunga anggrek dikembalikan ke tempatnya semula semua kembali baik-baik saja,” ucap Sukirman seraya tersenyum.

Dia melanjutkan, sejak Oktober 2020 lalu proyek fisik pembangunan jembatan lama di dekat pohon randu alas dikerjakan. Suatu ketika kontraktor berniat menebang sejumlah cabang pohon.

Rokok Biang Kerok Kebakaran Indekos di Gembongan? Ini Kata Polisi

Cabang pohon randu alas di Desa Nambangan, Selogiri itu perlu ditebang agar alat berat bisa masuk ke area proyek. Lalu pihak kontraktor bersama warga dan sesepuh menggelar tirakat/ritual “meminta izin” di dekat pohon yang akan ditebang cabangnya pada malam hari. Keesokan harinya penebangan dilakukan.

“Alhamdulillah penebangan berjalan lancar. Waktu itu banyak warga yang menyaksikan proses penebangan. Saya dan warga lain heran ada orang yang berani menebang pohon randu alas itu. Saya rasa yang menebang itu enggak mungkin “kosongan”. Pasti punya “sesuatu”,” ulas Sukirman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya