SOLOPOS.COM - Tugu peringatan Dusun Lagetang, Banjarnegara (Facebook)

Kisah misteri Dusun Lagetang yang hilang dalam waktu satu malam.

Solopos.com, BANJARNEGARA – Di Indonesia ada cerita dusun yang hilang karena bencana longsor. Tidak seperti bencana longsor pada umumnya, dusun bernama Lagetang yang berlokasi di Kabupaten Banjarnegara disebut-sebut tertimpa bukit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Prasasti Dusun Lagetang (Facebook)

Prasasti Dusun Lagetang (Facebook)

Kisah misteri Dusun Lagetang kemudian dikait-kaitkan dengan azab Tuhan seperti halnya kota Sodom dan Gomorah di lembah Sungai Yordan. Dusun Lagetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara adalah dusun yang terletak di lembah sekitar Gunung Pengamun-amun.

Mayoritas warga Dusun Lagetang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Dusun ini dikenal memiliki hasil pertanian berkualitas tinggi. Alhasil, kondisi ekonomi warganya sangat baik.

Dari melimpahnya hasil alam dan ekonomi warga dalam kondisi baik. Ada satu cerita yang menyebut warga Dusun Lagetang dekat dengan hal-hal yang melanggar norma dan agama.

Berdasarkan cerita yang beredar, warga Dusun Lagetang kerap mengadakan pesta dengan mendatangkan penari-penari erotis, bahkan ada pula praktek hubungan sejenis.

Pada malam hari tanggal 16 April 1955 di tengah-tengah rutinitas pesta yang dilakukan warga, hujan turun sangat deras. Tidak ada satupun warga yang menghiraukan kondisi alam sekitar.

Peta Dusun Lagetang (Kaskus)

Peta Dusun Lagetang (Kaskus)

Hingga akhirnya hujan reda, bencana longsor pun terjadi hingga mengubur Dusun Lagetang beserta warga yang tinggal di sana. Bencana itu terjadi hingga dini hari 17 April 1955.

Kejadian menjadi sangat misterius karena longsor yang menimbun Dusun Lagetang secara logika hampir tidak mungkin terjadi.  Dusun Lagetang memang terletak di posisi lembah Gunung Pengamun-amun, namun di antara gunung dan dusun terdapat sungai dan jurang yang diceritakan tidak terkena efek longsor.

Toyib, salah satu saksi hidup memberikan keterangan di sebuah media online Februari 2016 lalu. Menurutnya, longsoran seolah-olah melompati sungai dan jurang kemudian menimpa Dusun Lagetang. Dusun yang terletak di posisi lembah itu tidak hanya rata, namun membentuk gundukan bukit baru.

Diungkap oleh Toyib yang pada waktu kejadian masih berusia 11 tahun. Pagi hari setelah kejadian, warga dusun sekitar Lagetang geger karena Gunung Pengamun-amun seolah-olah terbelah dan belahannya menimbun Dusun Lagetang.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara membuat monumen berupa tugu beton untuk mengenang bencana tersebut. Di tugu setinggi sekitar 10 meter itu terdapat prasasti dari besi yang mencatat waktu dan jumlah korban tewas dalam bencana tersebut.

Dalam prasasti yang sudah raib dicuri beberapa tahun lalu itu tertera korban jiwa dan waktu kejadian. Korban dari warga Dusun Lagetang ada 332 dan 19 orang dari luar dusun yang disebut sebagai tamu. Dari ratusan korban diceritakan hanya ada 20 jasad yang berhasil ditemukan.

Toyib bercerita ada dua korban selamat dalam bencana tersebut. Mereka adalah Mbok Rana dan Parmi, dua istri Kepala Dusun Lagetang. Keduanya sekarang sudah meninggal, untuk Parmi meninggal baru beberapa tahun lalu.

Meski sudah ada bukti tugu monumennya, bencana yang menimpa Dusun Lagetang masih tetap misterius. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tidak memiliki catatan apapun mengenai bencana tersebut. Praktis semuanya hanya cerita dari mulut ke mulut.

Di balik cerita bencana yang mengenaskan, area bekas Dusun Lagetang sudah berubah menjadi lahan subur.  Area tersebut dikenal sebagai lahan pertanian kentang yang memiliki hasil unggul. (Muhammad Rizal Fikri/JIBI/Solopos.com)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya