SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO&nbsp;</strong>– Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Solo telah dibongkar pada Februari 2018 lalu. Namun, masih ada <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180408/489/908873/kisah-misteri-arca-dwarapala-tak-bisa-dipindah-saat-thr-sriwedari-solo-dibongkar">kisah-kisah misteri</a> seputar pembongkaan taman hiburan rakyat. Salah satunya keberadaan sepasang Arca Dwarapala yang memiliki simbol laki-laki dan perempuan.</p><p>Kisah mistis keberadaan Arca Dwarapala yang tak mau dipindah dari bekas lahan THR Sriwedari Solo, meski telah digempur menggunakan martil. Petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Solo gagal memindahkan arca peninggalan sejak PB X itu. Berbagai upaya dilakukan dari mulai digempur hingga menggunakan eskavator. Saking buntunya, akhirnya pada 12 Februari 2018 dilakukan ritual khusus pembongkaran Arca Dwarapala.&nbsp;</p><p><img src="https://cms9.bisnis.com/images-data/uploads/images/arca-dwarapala-2.jpg" alt="" /></p><p>Ritual yang diberi nama Wilujengan itu diikuti berbagai pihak. Tokoh spiritual dari Abdi Dalem Ngulama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Puja Sentanadipura komat-kamit membacakan doa dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata yang dipercaya bersemayam pada Arca Dwarapala di lahan bekas Taman Hiburan Remaja (THR) Sriwedari Solo, Senin (12/2/2017) pagi sekitar pukul 08.00 WIB.</p><p>Ia mengenakan busana Jawa berupa beskap putih lengkap dengan jarit dan blangkon. Ia ditemani dua orang abdi dalem keraton. Di depannya tersaji nasi tumpeng lengkap dengan ingkung ayam, buah-buahan dan aneka kembang.</p><p>Para aparatur sipil negara (ASN) dari Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Solo dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo turut serta di sana. Selamatan bernama wilujengan itu memang dimaksudkan untuk memperlancar proses pemindahan dua arca ke Museum Radya Pustaka.</p><p>Kabid Cipta Karya DPUPR Solo Taufan Basuki saat berbincang dengan&nbsp;<em>Solopos.com</em>&nbsp;di sela-sela prosesi pemindahan, sempat kebingungan bagaimana cara memindahkan Arca Dwarapala di bekas lahan THR Sriwedari Solo itu.</p><p>Setelah upacara wilujengan selesai, para ASN menyantap hidangan yang ada. Selanjutnya, petugas DPUPR Solo, Banjir, mengemudikan ekskavator kecil mengeruk puing-puing bangunan bekas THR Sriwedari di sekitar arca laki-laki. Di sisi lain, arca perempuan sudah menggelimpang sejak beberapa hari lalu.</p><p><strong>Mistis</strong></p><p>Ajaib, dengan sekali dorongan dari ujung ekskavator, arca laki-laki ambruk. Petugas DPU lain lantas mengalungkan sebuah rantai ke badan arca. Rantai itu lalu dikaitkan ke ujung ekskavator yang lantas menarik perlahan arca menuju truk DPU yang sudah disiapkan.</p><p>Bukan perkara mudah memindahkan bangunan arca setinggi sekitar dua meter itu. Banjir harus berjuang keras sehingga arca tidak rusak. Setelah arca laki-laki berhasil diangkut ke truk, giliran arca perempuan yang prosesnya relatif lebih cepat.&nbsp;K.R.T Puja Sentanadipura mengatakan upacara itu dilakukan untuk memperlancar pemindahan dua arca untuk pembangunan Masjid Taman Sriwedari.</p><p>Menurutnya, arca yang dipindah adalah barang antik sehingga biasanya memiliki kekuatan lain. &ldquo;Ini memindah yang menunggu arca. Memang semua dalam kekuasaan Tuhan. Tujuan utama minta keselamatan bisa lancar,&rdquo; kata dia saat ditemui&nbsp;<em>Solopos.com</em>&nbsp;seusai wilujengan.</p><p>Meski sudah berhasil mengangkutnya ke truk, pekerjaan itu belumlah usai. Mereka harus menempatkan arca di depan Museum Radya Pustaka. Proses pemasangan bukan perkara mudah. Banjir harus berkali-kali mengganti posisi eksvator sehingga dapat menempatkan dua arca di bagian paling depan bangunan museum.</p><p>Arca laki-laki ditempatkan di sisi timur. Sementara arca perempuan ditempatkan di sisi barat. Penempatan dua arca yang juga disebut Reca Abang itu selesai sekitar pukul 09.30 WIB.</p><p><strong>Reco Penthung</strong></p><p>Kabid Pelestarian Cagar Budaya dan Permusiuman Disbud Solo, Mufti Raharjo, mengatakan dua arca itu dulunya mbegegek [berdiri tegak]. Namun, setelah dilakukan selamatan wilujangan, hanya disenggol sedikit saja, arca bisa menggelimpang.</p><p>&ldquo;Arca Dwarapala itu kalau menurut orang Jawa Timur disebut Reca Penthung. Dia tugasnya penjaga gerbang, penjaga serambi, penjaga teras, penjaga pintu depan. Makanya nanti di Radya Pustaka dimuliakan dengan ditempatkan di depan sebagai penjaga,&rdquo; ujarnya kepada&nbsp;<em>Solopos.com</em>.</p><p>Ia mengatakan sebelum berada di kawasan THR, dua arca itu dulunya berada di Bon Raja, dekat kandang gajah. Hal itu kemungkinan sudah terjadi sejak zaman Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SIKS) Paku Buwana (PB) X.</p><p>&ldquo;Wilujengan ini untuk memuliakan. Yang menjawab [interaksi dengan penunggu arca] adalah Ngulama Keraton karena ini dulu tlatahnya keraton. Niatnya dimuliakan, tidak disia-sia,&rdquo; terangnya.</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya