SOLOPOS.COM - Katiman, 66, sedang duduk di pintu belakang bus bumel PO Raya di garasi sekaligus bengkel, Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Wonogiri, Rabu (29/6/2022) sore. Dia telah menjadi mekanik bus bumel selama 40 tahun sejak 1982. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Katiman, 66, duduk di depan garasi sekaligus bengkel perusahaan otobus (PO) Raya di Kelurahan Wonokarto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Rabu (29/6/2022) sore. Katiman memandangi bus bumel yang baru saja terparkir setelah beroperasi di jalanan Solo-Wonogiri.

Katiman menjadi mekanik bus bumel sejak 1982. Katiman sudah menjadi mekanik bus selama 40 tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Dari 11 bus, cuma dua itu yang beroperasi. Lainnya yang di belakang tinggal menunggu untuk dijual kiloan,” kata Katiman sembari menunjuk bus yang terparkir lebih kurang dua tahun.

Kondisi Katiman saat ini sudah tidak sekuat dulu. Secara fisik, ia tampak tegap dan segar. Tapi tubuh bagian dalam Katiman telah divonis dokter mengidap banyak penyakit.

“Ini jujur saja, di dalam tubuh saya hanya jantung yang masih normal. Lainnya, seperti empedu, paru-paru, dan gula darah, sudah rusak semua,” tutur dia.

Baca Juga: 27 Tahun Ngaspal Jalanan, Sopir Bus Bumel Setan Wonogiri Tetap Setia

Kondisi itu merupakan konsekuensi Katiman memilih menjadi mekanik bus bumel. Setiap hari, Katiman menghirup gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar solar.

Debu dan karat besi sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Ketika makan, oli mesin sering kali masih menempel pada tangan Katiman.

“Namanya orang bengkel, pasti ya enggak bersih kalau makan. Oli dan debu pasti belum benar-benar bersih walapun sudah cuci tangan,” jelas Katiman saat duduk di pelek ban warna cokelat yang sudah berkarat.

Dengan kondisi seperti itu, Katiman masih tetap berangkat ke bengkel bus bumel. Ia masih menerima keluhan dari para sopir jika ada kerusakan pada bus.

Baca Juga: Kisah Wong Wonogiri Pilih Sopir Bus Bumel daripada Jadi Pegawai

Tetapi, ia sudah enggan mengangkat beban yang terlalu berat. Katiman harus dibantu orang lain jika harus mengangkat bagian bus yang berat. Beruntung, ia selalu ditemani satu mekanik lainnya saat bekerja.

“Dari dulu sampai sekarang, pasti ada dua orang mekanik. Tapi sejak 1982, hanya saya yang masih bertahan di sini. Mekanik satu yang sekarang itu belum lama bergabung,” ucap Katiman.

Dengan risiko yang besar, Katiman mengaku tidak mendapat jaminan asuransi kesehatan atau kecelakaan kerja. Kalau pun ada, dia tidak mengetahui. Sebab selama ini jika sakit, ia harus menanggung biaya sendiri.

Saat ini, Katiman harus kontrol ke dokter setiap lima hari sekali. Ia memeriksakan kesehatannya di Kabupaten Sukoharjo. Sekira 30 menit dari rumahnya, di Giripurwo, Wonogiri. Pun setiap hari ia harus meminum obat resep dokter dan obat herbal.

Baca Juga: Sepi Penumpang, Kru Bus Bumel Solo-Wonogiri Kudu Setoran Rp1 Juta/Hari

Kabeh wis ginaris saka Gusti Allah [semua sudah digariskan oleh Allah SWT]. Saya tinggal menerima. Kalau waktunya meninggal ya meninggal, kalau belum ya belum,” katanya.

Kondisi bengkel bus yang sudah ia tempati selama 40 tahun itu, kini sudah berbeda. Dulu, Katiman bisa dengan mudah mengganti bagian bus yang rusak dengan yang baru.

Sementara sekarang, hal itu sulit dilakukan. Pasalnya, pemasukan dari bus yang beroperasi tidak mencukupi untuk meremajakan kondisi bus.

Katiman kerap kali terpaksa mengkanibal atau mengganti bagian bus yang rusak dengan bagian bus lain yang masih bisa digunakan. Itu bagian dari upaya agar bus tetap berjalan aman.

Baca Juga: Ratapan Kru Bus Bumel Jurusan Solo-Wonogiri yang Tergilas Roda Zaman

“Satu ban depan bus bumel, biasanya harus ganti dua bulan sekali. Harga satu ban senilai Rp2 juta. Itu belum ban dalam yang harganya ratusan ribu rupiah. Sekarang kami susah, enggak mampu. Makanya, biasanya hanya diganti dengan ban bus yang sudah tidak beroperasi,” kata Katiman saat coba menjelaskan kondisi keuangan perusahaan.

Katiman sudah mengalami manis pahitnya merawat bus bumel. Sekarang, bus bumel sama seperti Katiman, sudah memasuki masa senja kala. Tergerus roda zaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya