SOLOPOS.COM - Suasana pengungsian di barak yang terletak di belakang Balai Kalurahan Glagaharjo, Cangkringan, Sleman pada Sabtu (7/11/2020). (Harian Jogja/Lajeng Padmaratri)

Solopos.com, SLEMAN — Seorang wanita lanjut usia (lansia) warga Sleman, DIY, Ratinem, 63, mengaku sudah empat kali ini mengungsi gegara erupsi Gunung Merapi.

Lantaran itu, dia tak kaget dengan suasana di barak pengungsian. Namun, di sisi lain Mbah Ratinem mengakui kondisi pengungsian erupsi Gunung Merapi pada tahun 2020 sangat berbeda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia dan seratusan pengungsi dari Dusun Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman, harus menempati bilik dilengkapi sekat untuk setiap bilik.

Virus SARS-CoV-2 Bersifat Aerosol, Waspadai Penularan Covid-19 di Udara

Petugas barak pengungsian membuatkan bilik-bilik berukuran 2,4 x 1,5 meter untuk warga yang menggungsi karena erupsi Merapi. Bagi pengungsi yang datang berpasangan, bisa mengisi satu bilik untuk berdua.

Ratinem mengungsi ke barak pengungsian di belakang Balai Kalurahan Glagaharjo karena rumahnya masuk wilayah Kawasan Rawan Bencana III. Peningkatan status Gunung Merapi dari waspada (level II) ke siaga (level III) membuat seluruh warga rentan di dusun yang berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Merapi itu diminta mengungsi.

Tak banyak yang dibawa wanita yang mengungsi karena Gunung Merapi diramal erupsi itu. Hanya pakaian miliknya dan suami masing-masing dua setel, sertifikat, surat-surat penting, serta obat-obatan.

Polisi Kantongi Delapan Akun Medsos yang Sebarkan Video Syur Mirip Gisel

Kebutuhan Periksa Kesehatan

Tak lupa, ia juga membawa cetakan foto rontgen jantung suaminya. Sang suami memang sakit. “Kalau jadwal kontrol ke rumah sakit harus bawa foto rontgen, jadi saya bawa ke sini,” kata Ratinem kepada Harian Jogja, Sabtu (7/11/2020) sore.

Wanita yang telah memiliki satu buyut ini mengaku sudah empat kali mengungsi gegara erupsi. Pertama tahun 1994, 2006, 2010, kemudian kali ini tahun 2020 ini.

“Kalau kejadian erupsi lagi, rumah ya sudah ditinggal saja. Yang penting awake, omahe ditinggal, ora mikir apa-apa [yang penting tubuhnya, rumah ditinggal, tidak perlu memikirkan apa-apa],” kata Ratinem.

Haul Habib Ali Di Pasar Kliwon Solo Ditiadakan Karena Pandemi Covid-19?

Kendati sudah berkali-kali mengungsi, Ratinem menyebut barak pengungsian pada erupsi Merapi kali ini berbeda. Jika 10 tahun lalu ia mengungsi di ruangan aula dan bercampur dengan pengungsi lainnya, maka kali ini hal itu tak terjadi.

Lantaran masih dalam kondisi pandemi Covid-19, petugas di barak membuatkan bilik-bilik berukuran 2,4 x 1,5 meter untuk masing-masing pengungsi. “Ini kan pandemi. Jadi dikasih sekat. Petugas juga bilang untuk pakai masker terus,” kata wanita lansia yang menghuni bilik nomor 39 ini.

Bersama 133 warga yang mengungsi karena erupsi lainnya, ia berbagi dua gedung di belakang balai kalurahan itu untuk mengungsi. Adapun jumlah lansia yang mengungsi di sana sebanyak 95 orang, lalu ada 30 anak-anak, tiga ibu hamil, serta lima orang difabel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya