SOLOPOS.COM - Mardianto (kiri) dan Pak Helep atau Sunarto (kanan) ketika sedang bersantai di warung belakang Pos SAR Wilayah II Baron. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, Gunungkidul-Harus beralih profesi yang sudah digeluti puluhan tahun terkadang menyisakan kerinduan dengan pekerjaan lama. Hal serupa dirasakan beberapa anggota Search And Rescue (SAR) Pantai Baron. Berikut kisah yang dihimpun Harian Jogja, Kusnul Isti Qomah.

Masih mengenakan baju dinas perhubungan, Sunarto duduk dengan santai di salah satu warung di Pantai Baron. Dia tidak sendiri ia ditemani rekan sejawatnya Mardianto. Mereka tampak ceria bercengkrama sembari mengingat-ingat masa muda dulu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sunarto yang memiliki julukan Pak Helep masih mengenakan baju seragam Dinas Perbuhungan Komunikasi dan Informatika (Disbuhkominfo) DIY sedangkan Mardianto mengenakan kaus.

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka sama-sama menjadi satpam di Dishubkominfo DIY. Namun, mereka tampak akrab sekali dengan para anggota Seacrh And Rescuee Wilayah II Baron.

Usut punya usut, kedua laki-laki itu rupanya sudah bergelut dengan dunia pecarian dan penyelamatan dari 1987 silam. Sudah sangat lama bukan? Selama 25 tahun lamanya mereka bergelut dengan ombak samudra.

Mereka hafal betul karakteristik laut dan cuaca. Mereka juga sudah melakukan banyak aksi heroik. Tak dibayarpun rela karena motivasi utama bukan cari duit.

“Awalnya nelayan lalu dilatih jadi satuan tugas pantai. Bisa menolong orang itu sudah membuat kami senang. Pada 1987 kami dibayar Rp2.500 per tiga bulan. He he he,” kenang Mardianto.

Pengabdian mereka seolah mendapatkan perhatian ketika pada 2012 ada lowongan menjadi pegawai negeri sipil untuk SAR. Mereka dan 22 rekan lainnya pun terdaftar. Tepatnya pada 1 Maret 2013 mereka resmi menjadi PNS untuk DIY. Namun kaget bukan kepalang rupanya mereka ditempatkan di Dishubkominfo sebagai satpam.

“Agak tidak nyambung dan saya harus belajar dari nol. Agak kagok. Tapi sekarang sudah biasa,” tutur Pak Helep.

Harus berpisah dengan samudra yang sudah seperti pekarangan sendiri membuat mereka sedih. Rindu akan bercanda dan bergaul dengan alam sering berkecamuk. Bahkan ketika ada peristiwa kapal kandas beberapa waktu lalu itu pun membuat mereka gatal.

Setiap pulang kerja warag Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari itu pun menyempatkan ke Posko Baron untuk mengikuti perkembangan. Pantauan melalui Handy Talky tetap dilakukan. Bagaimanapun jiwa relawan mereka tidak bisa padam.

“Kami masih sering ke laut dan kalau masih dibutuhkan tenaga kami, kami pun siap membantu,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya