SOLOPOS.COM - Sejumlah karyawan menyelesaikan pesanan makanan di Jeo Catering, Dukuh Kebakan, Metui, Mojosongo, Boyolali. belum lama ini. (Solopos/Andhika Wahyu Purnama)

BANNER EKSPEDISI ENERGI 2021

Solopos.com, SRAGEN — Berawal dari hobi memasak, pasangan suami istri (pasutri) asal Boyolali sukses menjadi pengusaha katering yang memasok makanan dan snack ke ribuan karyawan 16 perusahaan besar di kabupaten tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pasutri itu adalah Djohan Krisna Setyawan, 40, dan Anidha Kurnia Pratama, 35, warga Kebakan, Metuk, Mojosongo, Boyolali. Pada 2009 silam, Djohan dan Anidha sama-sama bekerja di PT Pan Brothers Boyolali. Djohan bekerja sebagai buruh pabrik, sementara Anidha bekerja sebagai bidan yang memberi layanan kesehatan kepada buruh pabrik.

“Kami hanya karyawan biasa yang kebetulan suka memasak, bukan pintar masak sebenarnya. Awalnya beberapa teman sesama karyawan memesan menu makan siang. Kami melayani pakai tepak [wadah] plastik. Lalu, perusahaan kami ternyata butuh katering. Akhirnya, kami mengurus perizinan. Awalnya pesanan hanya 20 nasi bungkus/hari. Lalu berkembang ke pabrik lain. Sekarang rata-rata bisa melayani 10.000 nasi bungkus/hari,” papar Djohan kepada Solopos.com, Rabu (28/7/2021).

Baca Juga: Gemakan Peduli Lingkungan, Tim Ekspedisi Energi Serahkan Bantuan Pohon di Wonogiri

Ramahnya iklim investasi di Kota Susu, membuat banyak investor mendirikan pabrik di Boyolali. Setiap kali ada pabrik baru yang berdiri di Boyolali, Djohan selalu mendaftarkan Jeo Catering miliknya sebagai perusahaan penyedia jasa katering di perusahaan tersebut.

katering boyolali
Sejumlah karyawan Jeo Catering di Dukuh Kebakan, Metui, Mojosongo, Boyolali, bekerja menyelesaikan pesanan. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa)

Hingga akhirnya, Djohan yang didukung 82 karyawan bisa menjalin kerja sama dengan 16 perusahaan di Boyolali yang rata-rata mempekerjakan ribuan buruh.

Sempat Pakai Elpiji 3 Kg

“Di Pan Brothers Boyolali contohnya, di sana ada sekitar 25.000 karyawan yang bekerja dari pagi hingga malam. Kadang ada yang kerja lembur. Kebetulan kami menjadi salah satu yang menyuplai katering di sana,” ucapnya.

Baca Juga: Tim Ekspedisi Energi Serahkan Bibit Trembesi dan Mahoni kepada Pemkot Solo

Awal merintis usaha jasa katering di Boyolali, Djohan masih memakai tabung elpiji ukuran 3 kg. Djohan sadar ia tidak mungkin terus menerus menggunakan tabung elpiji 3 kg untuk menjalankan bisnis katering. Sebab, tabung elpiji ukuran 3 kg bersubsidi itu diperuntukkan warga kurang mampu.

“Dulu pernah memakai tabung gas 3 kg, tapi fatal akibatnya. Sebab, kompor kami itu menyala selama 24 jam. Akhirnya, terjadi kebakaran sampai dua kali sekitar 2012. Dulu kurang safety karena untuk menyalakan 20 kompor, butuh 20 tabung gas yang dipasang dengan selang karet. Karena tabung gasnya hanya 3 kg, ya harus sering-sering diganti,” jelas Djohan.

Sampai akhirnya, Djohan beralih menggunakan tabung gas ukuran 12 kg dan 5,5 kg. Dalam sebulan, rata-rata Djohan menghabiskan sekitar 300 tabung gas ukuran 12 kg.

Baca Juga: Jateng Ternyata Kaya Sumber Energi Baru dan Terbarukan Ramah Lingkungan

Ia juga menyarankan teman-temannya sesama pengusaha katering di Boyolali beralih ke tabung gas ukuran 12 kg. Walau lebih mahal, penggunaan tabung gas ukuran 12 kg jauh lebih aman bila kompor dipakai dalam waktu yang cukup lama.

Bikin Pertamina Penasaran

“Kebetulan saya itu jadi Ketua Asosiasi Penyelenggara Makanan Boyolali [APMB]. Semua anggota saya yang berjumlah 110 orang, saya sarankan memakai tabung gas 12 kg. Akhirnya, permintaan gas 12 kg itu cukup tinggi, sementara distributor resmi tak bisa mengkaver permintaan tabung gas teman kami yang ada di Klego dan Karanggede karena jaraknya terlalu jauh,” papar Djohon.

katering boyolali
Sejumlah karyawan Jeo Catering di Dukuh Kebakan, Metui, Mojosongo, Boyolali, bekerja menyelesaikan pesanan. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa)

Tingginya tingkat permintaan tabung gas ukuran 12 gram di Boyolali ternyata membuat Pertamina penasaran. Akhirnya, terjadilah dialog antara APMB dan Pertamina.

Baca Juga: PLTA Mrica Banjarnegara Jadi Titik Terakhir Perjalanan Tim Ekspedisi Energi 2021 Solopos

Sebagai bentuk penghargaan kepada pengusaha katering atas penggunaan tabung elpiji ukuran 12 gram, Pertamina menggulirkan sejumlah bantuan. Seperti pemasangan instalasi pipa gas yang terbuat dari besi, penyaluran bantuan kompor, hingga memberi pinjaman lunak tanpa agunan dan bunga kepada para pengusaha katering di Boyolali.

Bantuan Pinjaman Modal

“Kami diberi pinjaman modal tanpa bunga Rp100 juta/katering. Kami harus mengangsurnya selama tiga tahun. Setelah selesai, kami bisa mengajukan lagi pinjaman lunak sebesar Rp200 juta. Setiap tahun ada 2-3 kali pencairan. Bulan ini saja ada 20 orang yang dikucuri pinjaman dari Pertamina total senilai Rp2 miliar,” jelas Djohan.

Baca Juga: Memotret PLTP Dieng, Sumber Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan

Bantuan pinjaman modal itu amat bermanfaat bagi pengusaha katering di Boyolali. Pasalnya, datangnya pandemi membuat sejumlah perusahaan menunggak membayar katering. Padahal, para pengusaha katering ini tetap punya kewajiban untuk menyalurkan makanan kepada perusahan itu setiap hari.

“Ke depan kami berharap semua pabrik besar bisa memprioritaskan menggunakan jasa katering dari putra daerah. Saat ini, masih banyak perusahaan di Boyolali yang menggunakan jasa katering dari luar daerah seperti Semarang, Ungaran bahkan Tangerang. Dengan dukungan modal dari Pertamina, sekarang kami mampu bersaing dengan mereka,” ucap Djohan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya