Anda bisa mencari berdasar kategori
atau judul berita
Masukan kata kunci

Kisah Makmuri, Eks Napiter Bom Bali 1 yang Kini Rajin Kampanye Cinta Damai

Kisah Makmuri, Eks Napiter Bom Bali 1 yang Kini Rajin Kampanye Cinta Damai
author
Ika Yuniati Senin, 12 Desember 2022 - 23:30 WIB
share
SOLOPOS.COM - Aksi simpatik pembagian ratusan kaos, stiker, bunga kepada masyarakat oleh Community Masyarakat Solo Cinta Damai, di traffict light The Park Mall Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jumat (9/12/2022). Komunitas tersebut juga melibatkan mantan Napiter Bom Bali 1, Makmuri,. (Solopos.com/Tiara Surya Madani).

Solopos.com, SUKOHARJO– Eks narapidana terorisme (napiter) yakni Makmuri bin Faturohman mengikuti aksi bagi kaos, sticker, dan bunga, di traffict light The Park Mall Solo Baru, Jumat (9/12/2022).

Kegiatan tersebut ia lakukan untuk mengampanyekan pentingnya cinta damai kepada masyarakat. Pria 60 tahun itu sempat terlibat dalam peristiwa bom bali 1 pada 2022.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kasus tersebut membuatnya harus menghuni lembaga permasyarakatan (lapas) selama lima tahun yakni pada 2002 hingga 2005. Setelah keluar dari lapas, sekarang ia aktif dalam kegiatan sosial, salah satunya mengajak masyarakat untuk selalu cinta damai.

Jamaah Islamiyah  bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman yang dilakukan di dua klub malam Bali hingga menewaskan 202 orang pada 12 Oktober 2002.

Selanjutnya, teror bom dari Jamaah Islamiyah kembali terjadi di J.W Hotel Marriott pada agustus 2003, kedutaan besar Australia pada September 2004, dan Bali pada Oktober 2005.

Baca juga: Peringati Sumpah Pemuda, Pemkab Sukoharjo Ajak Para Napiter Ikut Upacara

“Itu adalah keliru [bom bunuh diri] ditinjau dari berbagai maslahat dan disiplin ilmu. Saya berusaha melakukan aksi cinta damai agar umat tidak tercuci otaknya bahwa bom bunuh diri adalah jihad,” ungkapnya.

Kasus terorisme dapat dihindari dengan mempelajari ilmu fikih dengan benar. Ia beranggapan, realitas umat jika masih dalam tingkatan A jika dipaksakan ke tingkatan B adalah sebuah pemerkosaan.

“Jadi di Indonesia belum bumi jihad. Mengapa ada yang menamakan jihad? Jika seandainya ada orang miskin, belum mampu zakat mengapa dipaksakan zakat? Mengapa belum mampu haji, dipaksakan haji?,” lanjutnya.

Makmuri menjelaskan, dalam ilmu jihad ada beberapa fikih yang harus dipelajari secara teliti oleh pada alim ulama. Kefatalan dalam mempelajari ilmu fikih tentang berjihad adalah ketidakpahaman ilmu secara sempurna. Namun telah menjustifikasi kebenaran.

Baca juga: Syiar Kedamaian, Komunitas Ini Bagikan Ratusan Kaus dan Bunga di Solo Baru

“Jadi kuncinya ilmu, katakanlah banyak menyerap ilmu, belajar ilmu, dan bergantung pada ulama-ulama yang baik Insyaallah akan terjaga,” lanjutnya.

Merujuk dari apa yang telah ia alami, dalam mempelajari ilmu fikih harus menggunakan banyak rujukan terjadi kekeliruan dalam memahami teks.

“Memahami teks dalam fikih jika terjadi kekeliruan, bahasanya seperti hanya menggunakan satu pintu. Sedangkan ijtihad jika harus menggunakan 10 ya menggunakan 10 pintu,” lanjut dia.

Memahami ilmu fikih agar tidak terjadi kekeliruan yang menyebabkan ajaran menyimpang harus menyesuaikan fatwa lama dengam fatwa baru yang menjadi realitas umat hari ini.

“Dalam ilmu fikih Imam Syafi’i ada fatwa lama dan fatwa baru. Fatwa baru itu memperbaiki fatwa lama. Sebagai anak muda, hendaknya kita berusaha mengenal pendapat ulama yang fakih,” imbuhnya.

Baca juga: Pengamat Sebut Motif Pelaku Bom Bunuh Diri Mapolsek Astanaanyar Dendam Pribadi

Ia memberikan pesan terhadap seluruh umat muslim, yang seringkali dikaitkan dengan kasus terorisme agar mempelajari ilmu fikih mengenai jihad dari banyak guru.

“Contohnya berguru pada Imam Syafi’i, sudah tentu mumpuni. Seribu ulama kalah dengan Imam Syafi’i. Jika belum menemukan guru yang fakih, seharusnya banyak dipertimbangkan,” lanjutnya.

Makmuri menambahkan, parameter menemukan seorang guru dalam tingkatan fakih yakni dengan banyak bergaul dan menuntut ilmu. “Makanya banyak bergaul, menuntut ilmu. Sehari dua hari saja belum tentu ketemu,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya

Koran Solopos


Berita Populer

Dapatkan akses tak terbatas
Part of Solopos.com
ISSN BRIN