Seorang warga melintasi monumen Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang menjadi simbol perjuangan Panglima Besar Angkatan Perang Letnan Jendral Soedirman saat merebut Yogyakarta, Kepurun, Manisrenggo, Klaten, Jumat (17/5).
JIBI/Solopos/Shoqib Angriawan

PromosiJalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mendengar nama Desa Kepurun, mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Namun, orang belum tentu tahu sejarah yang ada di desa itu.

Ekspedisi Mudik 2024

Bahkan, desa yang menjadi kawasan rawan bencana (KRB) II itu juga memiliki cukup banyak potensi, seperti pertanian, air, hingga pariwisata.

Berdasarkan cerita turun-temurun dari masyarakat sekitar, nama Desa Kepurun berawal dari perjuangan Pangeran Diponegoro dan prajuritnya untuk bergerilya melawan Belanda. Saat tiba di Kepurun, para pejuang kehabisan bekal dan kelelahan dan berhenti di desa itu.

Mereka berhenti di sebuah sendang kecil berukuran 4 meter x 3 meter. Kemudian, Pangeran DIponegoro dan prajuritnya pun mandi di sendang itu. Sementara, prajurit yang lain bertugas mencari bahan makanan yang bisa dibawa sebagai bekal.

Pangeran Diponegoro pun bertanya kepada prajuritnya yang telah mandi di sendang itu tentang kesiapan berperang mereka. Prajurit pun langsung menjawab pertanyaan dari Pangeran Diponegoro dengan kata “purun”. Purun itu berasal dari bahasa Jawa yang berarti mau.

Hingga saat itulah desa yang sempat menjadi tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro bernama Kepurun. Sendang yang menjadi tempat berendam Pangeran Diponegoro dan prajuritnya itu juga disebut dengan Sendang Surowanen.

“Surowanen dalam bahasa Jawa berarti kewanen, atau dalam bahasa Indonesia berarti keberanian,” jelas Kepala Desa Kepurun, Sukadi, saat ditemui Espos di kediamannya, Jumat (17/5) petang.

Kini, sendang itu ditumbuhi dengan tanaman awar-awar yang cukup rimbun. Namun, tidak semua orang berani memotong tanaman awar-awar yang rimbun itu. Selain itu, sedang Surowanen juga masih memancarkan air dari dalam tanah, sehingga kerap kali digunakan untuk berendam sejumlah orang.

Aktivitas berendam itu biasanya menjadi ritual bagi orang yang percaya akan manfaat dari air sendang itu. Ya, sendang itu dianggap keramat oleh sejumlah orang, baik masyarakat sekitar maupun dari luar. Setiap malam Jumat Kliwon, sendang itu sering dijadikan tempat berendam orang untuk meminta sesuatu.

“Tapi, masalah berendam itu memang kepercayaan masing-masing masyarakat. Orang yang percaya akan mengatakan berendam di sendang itu bisa mengabulkan permintaan,” ungkapnya.

Selain memiliki kisah perjuangan Pangeran Diponegoro, Kepurun juga pernah disinggahi pasukan Panglima Besar Angkatan Perang Letnan Jendral Soedirman dalam melawan pasukan Belanda di Jogja.

Monumen Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang diresmikan oleh oleh mantan Wakil Presiden RI, Adam Malik, pada 19 Desember 1982 itu masih berdiri kokoh di Kepurun, Manisrenggo, Klaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi